*Akira Anak Perampok (AAP)*
Alexandria terus menatap pergerakan jarum jam di atas papan tulis. Satu menit lagi, maka Akira akan menyelesaikan hukumannya.
Sebagai anak yang sering dihukum berdiri satu kaki saat pendidikan bersama Guru Jenggot Perak, Akira sudah terbiasa, bahkan berdiri satu kaki di atas tiang kayu dia biasa. Bola di atas kepalanya pun tampak tenang, tidak bergerak sedikit pun.
Sementara itu, Master Holfor menjelaskan tentang sejarah permainan yang menggunakan bola rotan yang telah digambarnya. Di tangan kanan lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu terpegang sebuah bola rotan yang lain.
“Permainan yang menggunakan bola rotan ini namanya sepak raga, berasal dari Negeri Malaya (Melayu). Mulai populer dimainkan pada abad ke-6 dan ke-7. Pada abad ke-8, ada seorang Malaya yang merantau ke Negeri Zonic ini. Ia mahir bermain sepak raga dan kemudian memperkenalkannya kepada bangsa ini ....”
“Maaf, Master!” seru Alexandria sambil tunjuk tangan. “Aku tidak begitu jelas melihat angka tahunnya!”
Alexandria menunjuk tulisan angka tahun di papan tulis sebelah kiri. Master Holfor lalu menengok ke sebelah kiri.
Tepat 30 detik sebelum waktu masa hukuman Akira selesai, tiba-tiba seorang sahabat Alexandria yang bernama Yuyuna meniup satu benda kecil tetapi panjang seperti selang. Dari lubang benda itu melesat sesuatu yang tidak terlihat oleh mata. Tahu-tahu ....
Set!
“Akk!” pekik Akira terkejut saat merasakan ada sesuatu yang menusuk lambung kirinya.
Hal itu membuat kaki kiri Akira turun dan bola di atas kepalanya jatuh ke lantai.
Pekikan Akira membuat Master Holfor segera menengok ke kanan.
“Ada apa, Akira?” tanya Master Holfor, ia tidak sedikit pun melihat gerakan Yuyuna yang meniup benda seperti sumpit.
“Tidak ada apa-apa, Master,” jawab Akira, memilih tidak melapor, padahal dia melihat Yuyuna yang duduk di meja saf kedua meniup sesuatu ke arahnya.
“Bolamu jatuh sebelum lima belas menit. Ulang hukuman itu dari awal!” perintah Master Holfor.
“Baik,” ucap Akira patuh dengan ekspresi yang tangguh.
Seorang murid lelaki berwajah tampan memungut bola rotan yang menggelinding ke dekat kakinya. Remaja beralis tebal itu lalu melemparkan bola kepada Akira.
Akira menangkap bola itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya diam-diam meraba lambungnya. Ia merasakan ada benda seperti jarum menancap di lambung kirinya. Ia mencabut jarum berbuntut pendek itu, tetapi pandangannya tajam kepada Yuyuna.
Dipandangi dingin oleh Akira, Yuyuna hanya tersenyum berwarna mengejek kepada orang yang baru diserangnya. Sebelumnya, Akira sudah pernah bertemu dengan Yuyuna saat menuju ke asrama. Yuyuna adalah salah satu dari empat murid yang bersama Alexandria.
Akira hanya memegangi jarum itu di tangan kirinya. Ia kembali meletakkan bola rotan di atas kepalanya lalu mulai kembali berdiri satu kaki. Kali ini Akira berdiri dengan kaki kiri saja. Sementara tangan kirinya terus memegangi jarum yang telah menimbulkan rasa nyeri di lambungnya.
“Tahun 634 sampai tahun 713 adalah masa permainan sepak raga dimainkan di kalangan bangsa Malaya,” kata Master Holfor, menjawab keluhan Alexandria tadi. Padahal, angka yang ditulis di papan tulis itu jelas terlihat oleh murid yang paling belakang.
Master Holfor melanjutkan penjelasannya. Seluruh murid harus benar-benar menyimak sehingga mereka bisa ingat dan hapal.
“Pada awalnya, permainan ini dilakukan dalam formasi melingkar yang hanya dimainkan oleh kaki, tidak boleh menggunakan tangan. Selama permainan, bola tidak boleh menyentuh tanah atau lantai. Namun, dalam perjalanannya di Negeri Zonic, penyuka permainan ini menciptakan dua jenis permainan, yaitu Tiga Sentuhan dan Tendangan Pemburu. Pada kelas kita kali ini akan mempraktikkan permainan Tiga Sentuhan,” jelas Master Holfor.
“Master!” seorang murid lelaki yang berdiri di saf depan ujung kanan mengangkat tangan kanannya.
“Silakan, Gugum!” kata Master Holfor.
“Permainan Tiga Sentuhan sudah biasa kami mainkan di waktu-waktu senggang, justru yang kami penasaran adalah permainan Tendangan Pemburu. Kami selama ini hanya menonton murid-murid Kelas Kuning dan lainnya memainkan permainan itu, tapi belum pernah memainkannya,” kata murid lelaki bernama Gugum, dialah yang tadi memberikan bola rotan kepada Akira.
“Benar, Master!” sahut Alexandria pula. “Hampir semuanya kami mahir bermain Tiga Sentuhan, karena itu sering kami mainkan. Tentunya kami ingin lebih cepat berkembang dengan mahir memainkan Tendangan Pemburu. Dengan begitu, murid-murid Kelas Putih Tingkat Lima bisa lebih cepat menyamai murid-murid Tingkat Enam dan di atasnya.”
“Baik, aku akan mengabulkan permintaan kalian. Namun, apakah kalian semua siap?” tanya Master Holfor.
“Siap, Master!” jawab para murid serentak dengan ekspresi gembira.
Alexandria bergeser ke dekat Rossifa yang mejanya ada di sebelah kirinya.
“Di permainan Tendangan Pemburu, kita harus memberinya pelajaran paling keras!” bisik Alexandria.
“Aku akan menargertkan dia di lapangan,” kata Rossifa. Meski ia seorang murid perempuan, tetapi ia sangat lihai menendang bola rotan.
“Semua meja sudah diberi?” tanya Alexandria.
“Sudah dilakukan oleh Yuyuna,” jawab Rossifa.
“Alexandria! Kembali ke mejamu!” perintah Master Holfor.
Tanpa menyahut, Alexandria kembali berdiri di belakang mejanya.
Akhirnya, Master Holfor sedikit mengubah penjelasannya. Ia akhirnya menjelaskan tentang permainan Tendangan Pemburu.
Permainan Tendangan Pemburu adalah permainan tim, tujuh lawan tujuh. Setiap tim boleh memiliki sepuluh orang pemain pengganti. Bagi tim yang menguasai bola harus menargetkan pemain lawan dengan bola yang ditendang tanpa boleh bola jatuh ke tanah atau lantai.
Permainan Tendangan Pemburu dimainkan di lapangan sepanjang 30 meter dan lebar 15 meter. Setiap kubu memiliki telur naga yang harus dijaga dari hantaman bola. Jika telur naga terkena, maka tim pemilik telur naga akan mendapat tiga kali serangan hukuman, di mana tim yang diserang tidak boleh mengelak atau bergeser saat dihukum, hanya boleh menangkis dengan kaki.
Biasanya, permainan Tendangan Pemburu baru mulai dimainkan oleh murid-murid Kelas Putih Tingkat Sepuluh.
Itulah yang dijelaskan oleh Master Holfor.
Akhirnya, Akira berhasil melewati hukuman dengan lancar dan aman selama 15 menit. Akira memberikan kembali bola rotannya kepada Master Holfor.
“Pilihlah salah satu meja untuk menjadi mejamu!” perintah Master Holfor.
“Baik, Master,” ucap Akira.
Akira lalu melangkah pergi masuk ke antara susunan formasi meja. Semua mata murid di kelas itu memandangnya, terutama Alexandria dan keempat sahabatnya. Akira berjalan lewat di dekat Yuyuna. Ia memandang Yuyuna tanpa berkedip. Tanpa terlihat oleh Master Holfor yang dipunggunginya, Akira memperlihatkan jarum sumpit di tangan kirinya kepada Yuyuna. Penunjukan Akira itu seolah memberi pesan kepada Yuyuna.
“Jarum ini nanti akan aku pulangkan kepadamu!” ucap Akira ketika posisinya melintas di samping Yuyuna.
Yuyuna hanya mendelik mendengar pesan yang biasa, tetapi nadanya berisi ancaman. Akira lalu menyematkan jarum itu di depan bajunya.
Akira mencurigai Alexandria adalah orang yang berada di belakang serangan kepadanya sebagai anak baru. Ia hanya bisa menduga bahwa Alexandria ingin membalas dendam atas kekalahannya dalam pertarungan tes. Karena itu, Akira sengaja memilih meja kosong yang tepat ada di samping kanan Alexandria.
Sebelum tiba di mejanya, Akira menatap tanpa berkedip kepada Alexandria.
Deg!
Jantung Alexandria tersentak mendapat tatapan berani dari Akira. Tatapan itu seolah menunjukkan bahwa Akira akan melawan jika diintimidasi, meski postur tubuhnya sedikit lebih kecil dibandingkan Alexandria dan teman-temannya.
Akhirnya Akira tiba di mejanya dan berdiri sempurna menghadap ke depan kelas, memerhatikan penjelasan Master Holfor. Ia letakkan kedua tangannya di atas meja.
Namun, Akira segera terkejut. Meja itu terasa agak lembab oleh suatu bahan seperti salep tetapi bening dan agak lengket. Akira cepat berpaling memandang tajam kepada Alexandria yang juga meliriknya sambil tersenyum sinis.
“Pembalasanku atas kecuranganmu di duel lalu masih ringan. Nanti kau akan merasakan yang lebih hebat,” ucap Alexandria pelan kepada Akira, tetapi pandangannya tetap terarah ke depan.
Akira tidak menanggapi. Ia mulai merasakan gatal pada kedua telapak tangannya.
Semua meja yang kosong telah diberi salep gatal oleh Yuyuna, sehingga meja mana pun yang dipilih oleh Akira, kemungkinan besar Akira akan terkena perangkap.
Akira mulai menggaruk-garuk telapak tangannya bergantian. Meski hanya gatal, tetapi itu sangat mengganggu. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
hukum sebab-akibat msh berlaku yak kak sandaria 😂wehh salah Alexandaria mksdnya
lawann kirr moal cicing wae
2023-05-22
1
rajes salam lubis
mantap betul betul
2023-04-23
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
aku suka ini... 🤣🤣
2023-03-23
1