AAP 3: Jika Gelap, Pergilah!

*Akira Anak Perampok (AAP)*

Dengan pakaian yang masih basah, Kayla melaksanakan salat di tanah gua kecil itu. Perempuan cantik itu bercucuran air mata hingga tubuhnya terguncang-guncang.

Sementara Akira terbaring lemah tanpa baju beralaskan dedaunan yang telah ditata rapi oleh ibunya. Api unggun kecil cukup menghangatkan tubuhnya. Gadis 11 tahun itu mengalami kelemahan dan beberapa kali harus menelan air sungai saat dipaksa menyelam oleh sang ibu demi keselamatan mereka.

Akira pun menangis melihat ibunya yang tak henti-hentinya menangis, bercucuran air mata dalam salat hingga doanya. Jiwa kecil Akira sudah bisa merasakan kepedihan yang mungkin lebih besar dirasakan oleh sang ibu. Amarah yang memupuk dendam membara harus terbelenggu oleh ketidakberdayaan. Bahkan tangis Akira lebih nyaring terdengar dibandingkan sesegukan sang ibu. Akira tahu bahwa ayahnya telah mati dibunuh oleh orang-orang berpakaian besi itu.

“Sudah tidak usah menangis,” kata Kayla lembut kepada anaknya seusai mengakhiri doanya. Perempuan yang masih tergolong muda itu menghampiri anaknya, mengusap kepalanya dan mecium lembut dahinya.

“Ibu juga menangis,” kilah Akira dan tangisnya kian keras.

Kayla segera memeluk erat anaknya.  Ingin ia menenangkan, tapi justru ia ikut terlarut dalam tangisan.

“Ayah mati karena melindungiku,” ratap Akira begitu sedih.

“Tidak. Ayahmu pendekar hebat, panah yang menancap di punggungnya tidak ada artinya. Kau juga harus menjadi anak yang kuat seperti ayahmu!” hibur Kayla. “Beristirahatlah!”

Kayla kembali membaringkan tubuh putrinya.

“Ibu harus melihat kondisi ayahmu, semoga ayahmu masih hidup. Kau istirahatlah di sini, Nak. Nanti Ibu akan kembali membawa makanan,” kata Kayla.

“Iya,” angguk Akira.

“Kau masih ingat pesan Guru Jenggot Perak? Jika Ibu tidak kembali sampai sore, tinggalkan tempat ini dan pergi cari orang yang bernama Penunggang Angin. Kau punya kakek di Pulau Layar dan kakakmu berguru di Sekolah Urat Bumi. Kau bisa mencari mereka bertiga. Dan ingat, hindari jika bertemu prajurit berpakaian besi atau prajurit pemerintah.”

“Tapi Ibu harus kembali ke mari!” pesan Akira.

“Iya. Tapi jika sampai matahari tenggelam Ibu belum datang, pergilah! Kau masih ingat pesan Ibu?”

“Tapi ....”

“Tidak! Ibu harus mencari ayahmu. Tunggu Ibu di sini!”

Dengan berat Akira akhirnya mengangguk. Kayla kembali mencium putrinya.

“Tidurlah! Salaaam!”

“Wassalaaam!”

Kayla segera keluar dari gua. Tidak lupa ia merapikan dahan-dahan pohon yang menjadi penutup mulut gua.

Akira kemudian terlelap nyenyak dalam waktu cepat. Hingga waktu berputar. Kayu pun akhirnya padam habis terbakar. Tinggal bara yang bertahan. Kondisi dalam gua pun berubah gelap.

“Ibu!” panggil Akira saat mendapati pandangannya yang terbangun hanya melihat gelap dan sedikit bara api yang tersisa. “Ibu!”

Akira memanggil lebih kencang. Namun, hanya gema suaranya yang menjawab. Sadar bahwa ibunya tidak kembali, sedangkan hari sudah gelap, Akira pun kembali menangis. Ia bangun dan meraba-raba mencari bajunya. Usai berbaju, Akira berusaha membuat api di kayu sebagai obor. Sesuai pesan ibunya, ia harus pergi.

Sambil tetap menangis, Akira berjalan ke luar. Belum terlalu malam. Langit masih memberikan cahaya. Kunang-kunang sudah ramai bertebaran.

Sruutr!

“Ibuuu ...!” pekik Akira panjang saat tubuhnya terperosok jatuh ke bawah.

Jbuur!

Tubuh Akiraa jatuh ke sungai.

Sebelumnya, pada siang yang lalu, Kayla dengan langkah penuh hati-hati kembali ke Desa Petobat. Sejak ia mulai memasuki desa, kepedihan mengiris-iris hatinya.

Yang ia jumpai adalah mayat-mayat penduduk Desa Petobat yang bergelimpangan, yang notabene adalah anak buah suaminya beserta keluarga mereka.

Laki-laki, perempuan hingga anak-anak tewas dibunuh dengan anak panah. Di beberapa bagian jalan ada membekas jejak kaki kuda yang banyak. Selain tiga kuda yang datang ke rumah Srikandar, ada satu pasukan kuda datang masuk ke desa itu dan melakukan pembantaian.

“Sadis!” desis Kayla memendam amarah yang bergejolak hebat.

Kayla hanya bisa melalui mayat-mayat itu tanpa bisa berbuat sesuatu. Ia kian bergegas menuju rumahnya. Anak panah bertebaran di mana-mana. Ribuan anak panah itu jelas dilepaskan oleh pasukan yang berjumlah besar. Harapan untuk menemukan suaminya dalam kondisi bernyawa rasanya adalah hal mustahil.

“Kanda!” pekik Kayla histeris saat pandangannya tertumpu pada sesosok tubuh bersimbah darah dengan tiga anak panah menopang punggungnya.

Tubuh berpakaian putih yang telah merah oleh darah itu memiliki dua lubang luka pada dada dan perut. Tragisnya, tubuh itu sudah tidak memiliki kepala.

“Kandaaa!”

Histeris Kayla berlari kepada tubuh yang adalah mayat suaminya, Srikandar. Dipeluknya kuat tubuh tanpa kepala itu. Kayla segera mencari-cari potongan kepala suaminya di antara puluhan mayat lelaki yang semuanya tewas oleh panah.

Tiba-tiba wajah sedih cantik itu berubah begitu sangar penuh dendam. Matanya mendelik saat dilihatnya seorang lelaki kekar berpakaian biru ketat duduk di tangga rumah memerhatikannya. Pemuda itu tidak lain adalah prajurit yang tadi mengejarnya di terowongan rahasia. Prajurit bernama Sohor itu memegang sebuah besi besar berbentuk silinder yang memiliki beberapa lubang pada ujungnya dan beberapa tombol di ujung lainnya.

“Benar dugaanku, kau akan kembali ke sini, Cantik!” kata Sohor seraya tertawa ringan, menunjukkan karakter pembantai berdarah dingin.

Kayla bangkit berdiri. Ia tutup wajahnya dengan cadar.

“Jika kau tidak membunuhku, maka kematianmu adalah awal kehancuran seluruh Pasukan Zabaniyah dan pasukan besi!” seru Kayla.

“Wow! Hahaha!” Sohor tertawa meremehkan.

Dengan santai Sohor mengarahkan moncong senjata silindernya kepada Kayla. Sambil tersenyum meremehkan, ia menekan salah satu tombolnya.

Bang!

Empat peluru besi melesat. Namun, Sohor harus mendelik ketika empat peluru itu terhenti oleh hadangan cepat kiblatan selendang cadar Kayla. Empat peluru itu gugur ke tanah.

Selanjutnya Kayla berlari cepat menyambar sebilah golok dan melompat laksana lesatan panah. Posisi tubuh Sohor yang hanya duduk biasa jadi gelagapan. Tepat ketika serangan Kayla sampai, Sohor menekan tombol senjatanya.

Tang!  Blarr!

“Akh!”

Sabetan golok Kayla lebih dulu menebas senjata itu hingga tembakan berubah ke bawah. Tembakan bom itu seketika menghancurkan tangga dan mengenai kaki kiri Sohor. Sohor terpental ke belakang menghantam dinding papan yang penuh ditancapi anak panah. Beberapa pangkal panah bahkan menusuk pungggung Sohor. Sementara Kayla terpental dan jatuh berdebam di tanah akibat ledakan itu.

“Akh!” jerit Sohor saat mencabut punggungnya dari panah. Seketika darah mengucur deras. Kaki kirinya yang hancur membuat Sohor kesulitan berdiri. Buru-buru Sohor mencari senjatanya.

Melihat usaha Sohor, Kayla juga cepat bangkit dan berlari meluruk dengan golok siap bunuh. Sohor buru-buru melompat mencoba meraih senjatanya yang tergeletak di lantai papan.

Tseb!

“Hekhr!”

Lebih dulu golok besar Kayla menusuk perut Sohor, membuat pemuda itu berhenti bergerak. Namun, telunjuk Sohor sudah menekan satu tombol merah pada senjata besinya.

Tut tut tut!

Suara nyaring terdengar dari benda silinder itu. Kayla yang mengerti, spontan melompat menjauh.

Bdluarr!

Besi silinder itu meledak dahsyat yang menghancurkan rumah itu. Kayla yang belum terlalu jauh, terpental hebat dan keras menghantam batang pohon di halaman. Tubuh Kayla jatuh berdebam dan tidak bergerak dalam posisi tengkurap. Sementara tubuh Sohor telah hancur berkeping-keping.

Setengah jam kemudian, tiga penunggang kuda berpakaian besi hitam, lengkap berhelm besi hitam, memasuki halaman. Sejenak ketiganya berhenti di tengah halaman. Satu penunggang kuda maju ke dekat puing-puing rumah.

“Sohor mati!” seru prajurit besi itu ketika mengenali wajah Sohor yang cukup hancur tanpa badan lagi.

“Lawannya juga mati!” seru prajurit yang lainnya yang menyodok-nyodok punggung dan kepala Kayla dengan gagang tombak besinya.

“Ayo!” ajak prajurit yang memimpin sambil memutar balik kudanya.

Ketiga prajurit besi berkuda itu segera meninggalkan tempat tersebut. Sebelumnya, mereka cepat datang ke lokasi pertarungan karena mendengar suara ledakan yang memang keras.

Alam mulai meremang, matahari bergerak tenggelam. Desa Petobat yang kembali menjadi desa mati mulai menggelap. Setelah berlalu beberapa jam, ternyata tangan Kayla bergerak.

“Ukh!”

Terdengar suara Kayla merintih. Tubuhnya bergerak lalu berbalik. Tampaklah luka bakar cukup parah dialami sebagian tubuh Kayla, termasuk sebagian wajah Kayla.

“Akira!” ucap Kayla terkejut ketika sadar bahwa gelap mulai datang. Ia seketika teringat dengan putrinya di gua.

Seraya menahan sakit dan perih, Kayla berusaha bangkit. (RH)

Terpopuler

Comments

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

kayla jdi buruk rupa gk nih yaaak

2023-05-20

1

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

say goodbye sohor nyawa di byr nyawa😡

semoga Kayla baik-baik bae

2023-05-20

1

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

rasain si sohor, karma tuh

2023-05-20

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!