AAP 10: Dua Duel

*Akira Anak Perampok (AAP)*

 

Akira masuk ke arena keempat dengan kondisi basah kuyup. Di tengah lapangan ada arena berupa lingkaran cukup besar yang dibentuk menggunakan tambang. Dalam lingkaran juga ada lingkaran dengan tali lebih kecil.

“Tes untuk tingkat keempat!” seru Rayni.

Teng!

Rayni memukul sebuah kentongan besi yang menggantung di tiang luar lingkaran. Setelah itu, sebagian lantai di seberang lingkaran bergerak terbuka cukup lebar menciptakan lubang berbentuk persegi empat.

Deg!

Terkejut jantung Akira saat melihat seorang lelaki sangat gemuk naik keluar dari dalam lubang. Lelaki gemuk itu tidak berbaju dan hanya bercelana panjang hitam. Tampak perutnya begitu besar membulat dengan dada yang besar berlipat menggantung di tubuhnya. Sepasang lengannya bahkan lebih lebar dari tubuh Akira. Lipatan dagunya yang menggantung membuat lehernya hilang. Rambutnya yang agak panjang dikuncir di belakang kepala.

“Apa-apaan ini?!” protes Rala Badar emosi. “Anakku mau diadu dengan orang sebesar itu? Itu mustahil!”

“Jika Akira memang tidak bisa, berarti gagal. Tapi kami memberikan ujian tes, selalu memiliki peluang untuk berhasil, meski peluang yang ada hanya satu peluang dari seratus kemustahilan!” kata Sukrama mencoba menenangkan Rala Badar.

Lelaki besar super gemuk itu memasuki lingkaran arena dan berdiri mengangkang di dalam lingkaran kecil. Sorot matanya tajam menatap Akira.

“Namanya Godam. Tiga kali kesempatan mencoba. Terserah bagaimana caranya, kau harus menjatuhkan Godam dari berdirinya. Godam tidak akan menyakitimu. Tidak ada aba-aba dariku. Terserah kau mau menyerang dari arah mana. Hanya itu!” jelas Rayni.

Akira lalu berjalan memutari lingkaran arena sambil memandangi tubuh Godam, seolah sedang mencari titik lemah Godam. Mendorongnya jatuh jelas tidak mungkin. Setelah berputar satu putaran, Akira berhenti tepat di depan Godam yang hanya tersenyum seolah mengejeknya.

Akira lalu mengambil jarak mundur yang agak jauh lalu dia berlari maju dan melakukan lompatan tinggi menerkam.

Pak! Blugk!

Akira menerkam ke kepala Godam dan mendorong wajah bakpao itu dengan kedua tangannya. Namun, kepala itu hanya terdorong di leher tanpa mendorong tubuh Godam sedikit pun dari posisi berpijaknya. Sementara Akira jatuh berdebam. Akira kesakitan.

“Dua kesempatan lagi!” seru Rayni.

“Hohoho!” tawa Godam layaknya seorang raksasa di mata Akira. 

Akira kembali bangkit seraya meringis, tapi dia tidak putus asa. Di benaknya sudah tergambar satu-satunya cara. Dan itu harus berhasil. Untuk lompatan, sampai. Tinggal peluang mengambil kesempatannya yang sangat kecil.

Akira lalu berlari-lari kecil memutari lingkaran. Dari lari kecil berubah kencang menjauhi lingkaran lalu berbelok melesat dari arah depan. Akira kembali melakukan lompatan tinggi, tapi yang maju kedua kaki terlebih dulu.

Godam cepat memasang telapak tangannya di depan wajah guna menangkis terjangan Akira, dari pada wajah gemuknya tambah bengkak. Namun yang mengejutkan Godam, terjangan dan tubuh Akira lewat di atas bahunya. 

Seb!

“Akk!” pekik Godam tertahan ketika dalam terjangan Akira yang berlalu, tangan mungil anak perempuan itu berhasil meraih kunciran rambut Godam. 

Dan dengan sekuat tenaga Akira menarik kunciran Godam. Selain menyakiti kulit kepala Godam, tarikan itu ternyata mampu menarik tubuh atas Godam. Godam yang tidak beranjak menjadi terganggu keseimbangannya. Godam yang dalam posisi berdiri di kedua tumitnya berusaha mempertahankan keseimbangannya dengan memutar-mutar kedua tangannya.

“Aw!” pekik Godam lagi saat merasakan kulit kakinya tersakiti.

Spontan orang besar itu mengangkat kaki kirinya yang dicubit oleh Akira dengan keras. Dan otomatis pula, keseimbangan yang labil pun jadi hilang.

Bem!

Seperti raksasa tumbang ke bumi.

“Lulus!” teriak Rayni.

“Yeaa!” teriak Rala Badar pula di luar sana.

Godam hanya menghempaskan napas. Dia harus kalah oleh bocah seumur tunas jagung.

Rayni kembali mengajak Akira untuk pindah ke arena berikutnya. Sementara Godam masuk ke dalam lubang lantai tempat ia tadi keluar.

“Tes untuk tingkat kelima!” teriak Rayni.

Arena kelima adalah sebuah lapangan berbentuk segi empat berlantai matras hitam untuk beladiri.

Teng!

Rayni memukul sebuah kentongan besi yang menggantung di tiang luar lapangan. Setelah itu, sebagian lantai yang tidak tertutupi matras bergerak terbuka cukup lebar, menciptakan lubang berbentuk persegi empat.

Dari dalam lubang itu melangkah naik seorang anak remaja berusia 14 tahun, tiga tahun lebih tua dari Akira. Gadis remaja itu mengenakan pakaian serba hitam. Di dada kanan bajunya ada gambar sebuah logo pisau yang menusuk bauh apel. Gadis itu berkulit putih cantik. Matanya agak sipit dan memiliki sepasang alis yang panjang, memberi model mata yang khas dan menarik. Sebagian rambutnya dibiarkan terurai, sebagian lagi dikepang kecil lalu dilingkarkan di kepalanya. Tinggi tubuhnya tidak jauh berbeda dengan Akira.

“Namanya, Alexandria, Kelas Putih tingkat lima,” kata Rayni memperkenalkan calon lawan duel Akira berikutnya.

Akira mengangguk seraya tersenyum kepada gadis bernama Alexandria. Namun, Alexandria memberikan sikap dingin, tanpa senyuman atau anggukan balasan.

“Tugasmu menjatuhkan dia tanpa boleh menyerang wajah. Jika sampai menyerang wajah, maka gugur. Ada tiga kali kesempatan!” kata Rayni.

Akira mengangguk. Ia lalu maju masuk ke atas arena. Ia berdiri berhadapan langsung dengan Alexandria.

“Mulai!” teriak Rayni.

Akira langsung bertolak dan melompat cepat hendak menyeruduk perut Alexandria dengan bahunya.

Kecepatan Akira dalam menyerang sempat membuat Alexandria terkejut. Namun, ia adalah seorang wanita yang tangkas. Cepat ia bergeser dari tempat berdirinya sambil kakinya mendorong keras pinggul Akira.

“Dua kesempatan lagi!” teriak Rayni saat Akira jatuh bergulingan di matras.

Akira segera bangun. Kegagalan itu membuatnya tertantang untuk berhasil menaklukkan Alexandria.

Akira kembali berdiri berhadapan dengan Alexandria. Kali ini gadis remaja itu tersenyum kecil tapi pahit rasanya, senyuman yang meremehkan. Melihat senyuman yang merendahkan tersebut, Akira merasa tersulut emosinya.

“Mulai!” teriak Rayni kembali memberi aba-aba.

Akira kali ini berlari maju. Alexandria juga maju. Namun, Alexandria maju lalu bergeser sedikit ke samping, membiarkan tubuh dan serangan Akira lewat tipis di sisinya. Seiring itu, dengan mudahnya Alexandria menyodorkan kaki kanannya guna menyandung pergerakan kaki Akira. Itu berhasil.

Bluk!

“Satu kesempatan lagi!” teriak Rayni.

Akira tersungkur di matras.

Seraya meringis, Akira bangkit berdiri. Ia segera kembali ke posisinya semula. Kedua gadis kecil itu kembali saling berhadapan dan saling menatap tajam.

“Mulai!” teriak Rayni lagi.

Akira berlari, tapi tidak langsung menyerang. Ia berlari mengelilingi posisi Alexandria. Ia mengulang gaya serang saat menjatuhkan Godam.

Tindakan Akira itu membuat Alexandria harus memutar wajah, mengikuti gerakan lawannya. Alexandria hanya berbalik sesekali, tetapi pandangannya terus mengikuti pergerakan Akira.

Hingga semenit berlalu, Akira masih saja berlari hanya memutari Alexandria, tanpa menyerangnya. Seolah ia sedang mencari titik lengah Alexandria yang justru tidak didapat-dapatnya.

Alexandria jadi kesal. Akhirnya ia memutuskan, tiba-tiba ia menyerang Akira yang terus berlari. Melihat Alexandria menyerangnya dari samping, Akira mendadak tancap gas, membuatnya terhindar dari serangan Alexandria.

Setelahnya, Akira tiba-tiba berbelok tajam dalam kecepatan lari yang tinggi. Ia melompat menerkam Alexandria dari samping. Sementara Alexandria yang belum kembali ke dalam kuda-kuda, terkejut. Terkaman cepat itu ia duga akan menubruk tubuhnya hingga harus jatuh bersama.

Untuk menghindari terkaman itu, terpaksa Alexandria mengangkat lututnya setinggi perut. Akibatnya, terkaman Akira tertahan dan wajahnya menabrak lutut Alexandria.

Akira jatuh ke matras dalam kondisi lubang hidung mengeluarkan segaris darah.

“Pelanggaran! Alexandria gugur!” teriak Rayni.

Terkejut Alexandria mendengar keputusan wasit Rayni.

“Aku protes!” teriak Alexandria cepat. “Aku tidak menyerang wajahnya, tetapi dia yang menabrakkan wajahnya ke lututku!”

“Alexandria, kau sebagai seorang yang sudah mahir, seharusnya tahu bahwa gerakanmu akan mengenai wajahnya!” tandas Rayni.

“Huh!” dengus Alexandria lalu berbalik pergi menuju lubang lantai tempat ia tadi keluar.

Tampak di balik dinding kaca, Rala Badar terlihat cemas, karena Akira masih terbaring di matras sambil pegangi hidungnya yang berdarah.

Rayni segera memeriksa kondisi Akira. Hidung Akira tidak patah, hanya mengeluarkan darah karena terbentur tempurung lutut Alexandria.

“Tes dihentikan! Akira lulus sampai ke tingkat lima!” teriak Rayni.

“Itu pencapaian yang sudah bagus untuk anak perempuan seusianya,” kata Sukrama kepada Rala Badar.

“Syukurlah,” ucap Rala Badar tersenyum lebar. Ia begitu gembira melihat kehebatan putri angkat semata wayangnya. “Akira sangat berbakat.”

“Ya, Akira sangat berbakat. Jika dia giat, masa depannya akan bagus di sini,” kata Sukrama membenarkan. (RH)

Terpopuler

Comments

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

Booommmm klo raksasa tumbang bunyinya 🤣

2023-05-21

1

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

seratus kemustahilan itu mksdnya paan yak om?
lbh bnyk mustahil gtu yak, gk mungkin

2023-05-21

1

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

macem sumo yak?

2023-05-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!