*Akira Anak Perampok (AAP)*
“Mainkan!” teriak Master Holfor sambil melempar bolanya ke arah Alexandria yang sudah bersiap menerima bola pembuka.
Sementara beberapa langkah di seberang garis tengah lapangan, berdiri Gugum yang siap memberikan tekanan terhadap Alexandria.
Ketika bola melesat cepat dari tangan Master Holfor. Gugum segera maju melewati garis tengah dan masuk ke wilayah lapangan Tim Dua. Ia bergerak cepat memepet posisi Alexandria berdiri. Menurut aturan, lemparan bola pertama dari wasit tidak boleh diblokir. Bola hanya boleh diblokir setelah pantulan pertama.
Tak!
Alexandria tidak terganggu dengan pepetan dari Gugum. Terbukti, tangkas Alexandria menyambut bola rotan lemparan Master Holfor dengan tendangan tinggi seatas kepala yang diarahkan jauh ke belakang.
Duk!
Murid lelaki pemain tengah cepat mengikuti jatuh bola dan menahannya dengan dahinya, lalu memantulkan ke kaki.
“Maju!” teriak Alexandria lantang memberi komando.
Alexandria dan empat anggota timnya serentak berlari maju melakukan gerakan menyerang masuk ke wilayah Tim Satu. Barulah setelah itu pemain tengah yang memainkan bola di kakinya, menendang bola melambung ke depan, lalu ia kejar dan menendang lagi dengan cara yang sama sampai masuk ke wilayah Tim Satu.
Gugum mencoba mengikuti pergerakan Alexandria.
“Kenapa kau mengikuti aku, Gugum?” tanya Alexandria seraya tersenyum, terkesan meremehkan.
Gugum tidak menjawab.
“Kau menyukaiku, sehingga kau mengambil kesempatan dalam pertandingan?” tanya Alexandria dengan maksud memprovokasi.
Mendelik Gugum atas tudingan gadis belia nan cantik itu.
“Jika aku menyukaimu, aku pasti sudah berada di timmu,” sangkal Gugum sambil terus bergerak mengikuti perpindahan posisi Alexandria.
“Berarti kau menyukai Ferilly atau si anak baru itu!” tukas Alexandria lagi.
“Hentikan celotehanmu, Alexa!” hardik Gugum.
Seorang pemain depan kanan Tim Satu mencoba menghadang laju lari pemain tengah Tim Dua yang menggiring bola di udara. Namun, pemain tengah Tim Dua lebih dulu menendang bola ke arah samping kanan.
Pemain kanan Tim Dua menyambut dengan sundulan yang langsung ia arahkan ke depan, lalu mengejarnya dan langsung tendang ke tengah sebagai umpan lambung. Yang diarah adalah Alexandria.
Buru-buru Alexandria berlari menyambut, Gugum pun mengejar. Alexandria memilih melompat tinggi dengan kaki naik ke atas. Sementara Gugum juga melompat mencoba merebut dengan sundulan.
Tak!
Akira yang melihat gerakan salto Alexandria dalam menendang bola di udara, terperangah takjub. Ia sangat ingin bisa seperti itu. Dari bangku cadangan bersama 17 rekan lainnya, ia benar-benar serius menyaksikan jalannya pertandingan.
Tendangan kuda yang juga disebut tendangan salto milik Alexandria, lebih dulu menghantam bola yang masih tinggi di udara dibandingkan sundulan kepala Gugum.
Dak!
Bola rotan itu melesat cepat dan mengenai perut pemain tengah Tim Satu yang tidak bisa menghindar.
“Gugur!” teriak Master Holfor keras dari pinggir lapangan.
Teriakan itu membuat pertandingan terhenti.
Alexandria tersenyum sinis sambil berjalan melewati depan tubuh Gugum yang gagal memblokir bola.
“Baru satu korban,” ucap Alexandria.
Sementara pemain tengah Gugum yang terkena tembakan dinyatakan gugur atau mati. Ia pergi berjalan ke luar lapangan, bukan ke arah kursi cadangan.
“Ferilly!” teriak Gugum memanggil.
Ferilly yang duduk di bangku cadangan bersama Akira, segera menepuk paha Akira.
“Aku duluan. Aku akan mengincar Alexandria!” bisik Ferilly kepada Akira, lalu berdiri dan langsung berlari masuk ke lapangan.
Ferilly berlari menghampiri Gugum lalu menepuk telapak tangan Ketua Tim sebagai tos.
“Berikan yang terbaik, Ferilly!” kata Gugum.
“Siap, Ketua!” ucap Ferilly tersenyum lalu mengambil posisi sebagai pemain depan kanan.
Sementara Alexandria telah berdiri di titik tempat pemain Tim Satu mati sambil memegang bola rotan di tangan kanannya.
Setelah satu tim berhasil membunuh satu anggota tim lawan, mereka akan kembali memegang bola dan memulai dari titik di mana anggota lawan terbunuh.
“Siaaap! Lanjut!” teriak Master Holfor dari pinggir lapangan.
Alexandria segera melempar bola jauh ke anggotanya di sisi kiri lapangan. Pemain kiri segera menyambut dengan dadanya. Lalu menendangnya memberi operan kepada temannya yang sudah berlari ke depan.
Dengan lihainya, bola di terima dengan tendangan punggung kaki, membuat bola memantul rendah. Lalu tendangan berikutnya menyambar, membuat bola melesat ke arah Alexandria yang sudah berlari kencang mendekati posisi tiang telur naga Tim Satu.
Namun, operan itu kurang akurat, sehingga Gugum yang mengawal Alexandria lebih dulu melompat menyundul sekaligus mengoper kepada Ferilly.
“Serang balik!” teriak Ferilly sambil langsung mengoper ke sisi kiri lapangan. Di sana ada pemain depan kiri yang siap menerima operan.
Gugum, Ferilly dan ketiga anggota lainnya cepat berlari kencang masuk ke wilayah Tim Dua. Gugum meninggalkan Alexandria. Gadis bermata sipit itu ganti mengejar pergerakan Gugum. Anggotanya juga segera berlari mundur ke daerah pertahanan.
Sementara itu bola digiring di udara di sisi kiri lapangan. Selanjutnya bola disepak jauh ke tengah, mengarah depan Gugum. Ketua Tim Satu itu lebih dulu menahan bola dengan dadanya dibandingkan Alexandria yang memepet. Intimidasi yang dilakukan oleh Alexandria membuat Gugum tidak bebas untuk menembak ke arah telur naga yang sudah dekat. Terpaksa bola ia oper ke Ferilly yang berposisi lowong tanpa pengawalan.
“Slonga! Bersiaplah!” teriak Ferilly kepada kiper Tim Dua sambil memantulkan bola dengan sundulan. Ferilly melambungkan bola agak ke depan untuk melakukan tendangan eksekusi yang keras.
Posisi bola melambung ke titik pertengahan jarak antara Alexandria dan Slonga, hanya saja jarak Ferilly lebih dekat.
Slonga dengan serius memasang kuda-kuda untuk melindungi telur dari tembakan. Sementara Alexandria yang merasa tidak mungkin untuk memblokir, hanya berdiri di tempat menunggu hasil yang akan diraih oleh Ferilly.
Demikian pula dengan Gugum. Karena Ferilly berniat mengeksekusi telur naga, ia pun berdiri diam menunggu di sisi kanan Alexandria.
Dak!
Alangkah terkejutnya Alexandria. Ternyata Ferilly menendang kencang dengan kaki kiri. Artinya, tendangan gadis berambut pirang seperti lelaki itu tidak mengarah ke Slonga yang membentengi telur naga dengan tubuh besarnya, tetapi mengarah sebaliknya, yaitu ke arah Alexandria.
“Hah!” pekik Alexandria terkejut sambil respek menghindar ke kanan.
Bduk!
Saking paniknya karena tidak mau kena eksekusi, Alexandria tidak sadar bahwa di kanannya ada Gugum yang sedang berdiri. Tak ayal lagi, Alexandria menabrak keras tubuh pemuda tanggung itu.
Kedua muda-mudi belia itu jatuh bertindihan di lantai dengan posisi Gugum di bawah. Untung saja wajah Alexandria tidak menabrak wajah Gugum, tetapi hanya menabrak dada.
“Hahaha…!” meledaklah tawa murid-murid lain, termasuk para sahabat Alexandria dan Gugum.
“Tim Dua!” teriak Master Holfor tanpa peduli dengan insiden yang terjadi di antara kedua Ketua Tim itu. Master Holfor menyebut bahwa Tim Dua yang berhak memegang bola dalam lanjutan permainan, sebab bola melesat tanpa mengenai target dan lolos jatuh ke lantai.
Buru-buru Alexandria bergerak bangun dengan wajah putihnya yang tersemu merah. Ia memasang wajah ketus.
“Alexa, yang benar saja! Memangnya kau tidak melihat aku ada di sebelahmu?” hardik Gugum kesal.
“Aku melihat bola, bukan melihati kau!” kilah Alexandria seraya mendelik kepada Gugum.
Cuwiiiwit!
“Lanjut! Lanjut! Jangan pandang-pandangan begitu!” teriak Slonga yang tadi bersiut kencang, lalu tertawa kencang.
“Hahaha!” tawa para murid lagi.
“Ayo!” seru Gugum memberi komando kepada timnya untuk kembali ke wilayah lapangan mereka.
Gugum, Ferilly dan anggota timnya yang lain segera berlari pulang ke wilayahnya.
Permainan akan dilanjutkan kembali. Bola telah dipegang oleh kiper Tim Dua, Slonga. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Otiswan Maromon
woohw
2023-05-19
0
rajes salam lubis
lanjutkan terus om
2023-04-28
0
rajes salam lubis
mantap betul betul
2023-04-28
0