*Akira Anak Perampok (AAP)*
Master Holfor cukup terkejut melihat murid-murid Tingkat Lima sudah bisa bermain permainan Tendangan Pemburu. Ia tidak menyangka sebelumnya.
Meski beberapa murid terlihat masih sulit menyesuaikan diri dalam permainan, tetapi pertandingan tetap terlihat menarik antara Tim Satu dan Tim Dua.
Satu demi satu anggota kedua tim berguguran. Satu demi satu pula pemain cadangan masuk ke lapangan sebagai pengganti anggota tim yang mati.
Hingga waktu istirahat tiba, ada lima pemain yang masih bertahan di lapangan. Mereka adalah Gugum, Ferilly dan Srugal dari Tim Satu serta Alexandria dan Slonga dari Tim Dua.
Namun, terlihat jelas warna penargetan dilakukan oleh kedua tim. Semenjak Ferilly masuk, ia begitu ketara sengaja menargetkan Alexandria, bahkan satu eksekusi telah berhasil mengenai tubuh pemimpin wanita itu, membuat nyawa Alexandria tinggal dua.
Sejak itu pula, Alexandria juga menargetkan Ferilly sebelum Akira memiliki giliran untuk masuk. Namun, Ferilly termasuk lincah dan gesit, sehingga bola eksekusi Alexandria banyak yang terbuang karena lepas target. Sebaliknya, Gugum lebih mengincar pemain non andalan dari tim lawan, hasilnya anggota Tim Dua lebih banyak yang mati duluan.
“Kalian hebat-hebat saat bermain!” puji Akira kepada Tim Satu saat mereka berkumpul sambil minum air yang disediakan oleh pengurus lapangan.
“Akira, kau harus rela tidak turun bermain jika kami yang menang, karena Alexandria dan para sahabatnya tidak akan melepaskanmu. Lihatlah, Rossifa yang mahir bermain sengaja belum diturunkan,” ujar Ferilly kepada Akira.
“Kecuali kita kalah dan pemain cadangan sudah habis, terpaksa kau turun,” kata Srugal yang sempat babak belur karena menahan bola eksekusi dari Alexandria saat mengincar telur naga. Dua kali wajahnya terkena bola dengan telak.
“Kalian semua harus hati-hati, saat Rossifa, Nadin dan Finna masuk, permainan pasti akan berubah,” kata Gugum.
“Aku berharap hari ini memiliki kesempatan bermain meski harus babak belur,” kata Akira yang mengerti akan kekhawatiran para sahabat barunya. Namun, ia juga sangat suka tantangan.
Sementara di sisi lain, Tim Dua juga sedang mendiskusikan taktik di babak berikutnya.
Pertandingan Tendangan Pemburu baru berakhir jika semua anggota dari salah satu tim mati semua. Setiap 30 menit akan diberi waktu untuk istirahat. Namun, jika pertandingan berlangsung alot dan panjang, waktu istirahat bisa dua kali, bahkan pernah sampai tiga kali di tingkat level mahir.
Plok plok plok!
Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan Master Holfor yang keras menggema di dalam ruangan luas Lapangan Tiga itu. Itu adalah tanda bahwa semua harus kembali ke posisinya masing-masing untuk melanjutkan permainan yang cukup melelahkan.
Kedua tim kembali menempati wilayah lapangannya masing-masing. Mereka kembali saling berhadapan. Kini bola ada di tangan Master Holfor. Kali ini bola jatah untuk Tim Satu.
“Mainkan!” teriak Master Holfor sambil melemparkan bolanya kearah Gugum yang masih memiliki tiga nyawa.
Tak!
Gugum dengan mudah menerima lemparan bola dengan sepakan silang. Alexandria membiarkan Gugum, ia tidak memepetnya.
Namun, ketika Gugum mengoper bola kepada Ferilly yang bergerak masuk ke wilayah lawan, Alexandria segera melakukan pengawalan ketat terhadap Ferilly. Sementara Gugum hanya dikawal oleh pemain yang bermainnya masih lugu.
Akhirnya, Ferilly cukup terintimidasi oleh pengawalan Alexandria yang ketat. Permainannya jadi tidak sebebas di babak pertama. Di sisi lain, Gugum menjadi lebih predator.
Dak!
Tidak butuh waktu lama, Gugum melakukan eksekusi terhadap pemain lawan yang mengawalnya dengan penuh keraguan. Pemain yang terkena bahunya itu, harus rela keluar lapangan lebih cepat.
“Gugur!” teriak Master Holfor, setia sebagai wasit.
“Nadin Hen!” teriak Alexandria memanggil seorang sahabatnya.
Nadin Hen, gadis belia berambut keriting segera bangkit dari bangku cadangan. Ia tersenyum sambil berlari kecil masuk ke lapangan Tim Dua.
Pak!
Ia melakukan tos dengan Alexandria.
“Kawal ketat Gugum, kalau perlu peluk juga tidak apa-apa!” bisik Alexandria.
“Hahaha!” tawa Nadin Hen, lalu katanya kepada sahabatnya itu, “Bukankah dia milikmu?”
Alexandria hanya tersenyum lebar.
Kini bola dipegang oleh Gugum. Permainan kembali akan dilanjutkan dengan tujuh lawan tujuh.
“Siaaap! Lanjut!” teriak Master Holfor dari pinggir lapangan.
Gugum melempar bola ke satu anggotanya yang ada di sisi kiri wilayah musuh. Bola disambut dengan paha, lalu punggung kaki, lalu disepak kepada Ferilly yang dekat dengan sisi kiri tiang telur naga.
Slonga cepat bersiap melindungi telur naga. Badan Slonga yang besar menjadi penghalang pandangan bagi Ferilly, terlebih ada Alexandria memepet posisinya.
Duk!
Terpaksa Ferilly menyundul bola dengan keras sehingga melambung melampau atas Slonga dan tiang telur naga. Umpan itu sebenarnya untuk Gugum agar bisa langsung mengeksekusi telur naga dari seberang yang tidak terlindungi oleh Slonga.
Gugum cepat berlari maju mengejar. Namun, Nadin Hen lebih dulu berlari di depan Gugum, mendahului tubuh Ketua Tingkat Lima itu.
Dak! Dak! Dak!
Nadin Hen yang masih bugar melompat dengan tingginya. Ia menggunakan sundulannya untuk mengoper ke posisi Slonga yang kemudian disundul lagi ke atas Alexandria.
Giliran Ferilly yang mencoba mendesak Alexandria, tetapi arah sundulan Slonga akurat. Alexandria dengan mudah menjangkau bola rotan itu dan memantulkannya maju. Bola melambung agak jauh ke depan.
Alexandria lalu berlari cepat mengejar di bawah lambungan bola, meninggalkan Ferilly yang cepat mengejar.
Belum lagi Alexandria membawa bola masuk ke wilayah Tim Satu, satu anggota Tim Satu datang menghadang. Alexandria tahu bahwa teman sekelasnya itu kurang pandai dalam berbagai permainan.
“Tangkap!” teriak Alexandria kepada teman lelakinya itu, sambil ia menyundul agak keras dengan dahinya.
Karena dikuasai oleh ketegangan saat menghadang, anggota Tim Satu itu gelagapan. Ia bukannya menghindar, tetapi malah menangkap bola dengan kedua tangannya.
“Gugur!” teriak Master Holfor.
“Hahaha!” tertawalah murid-murid yang di dalam maupun di luar lapangan.
Aturannya, bola aktif tidak boleh ditangkap atau dipegang oleh tangan, termasuk kiper. Bola hanya boleh dipegang saat melakukan lemparan setelah ada yang gugur atau bola jatuh ke lantai.
“Tajay!” teriak Gugum memanggil salah satu pemain andalannya.
Masuknya Tajay yang memiliki postur pendek tapi gesit, memperkuat kubu Tim Satu. Hasilnya….
“Finna!” teriak Alexandria setelah satu anggotanya gugur.
Finna Riwe, sahabat Alexandria yang ahli di bidang mesin segera berlari masuk ke lapangan.
Komposisi Tim Dua menjadi lebih ideal. Alexandria sukses membatasi pergerakan Ferilly. Ia terkadang dibantu oleh Finna Riwe dalam mematahkan penguasaan bola Ferilly. Sementara Gugum dikawal ketat oleh Nadin Hen yang ternyata sangat gesit bergerak.
Di posisi lain, Tajay tidak berdaya menghadapi Beng Beng, murid terbesar di Tingkat Lima. Kegesitannya tidak banyak berfungsi di hadapan Beng Beng.
Akhirnya, bola lebih banyak dikuasai oleh Tim Dua. Ketika Gugum dan teman-temannya menguasai bola, Alexandria dapat dengan mudah merebut bola. Akibatnya, dalam waktu yang singkat, satu demi satu anggota Tim Satu bertumbangan.
Hingga akhirnya, Tim Satu menyisakan dua orang cadangan, yaitu Akira dan satu rekannya lagi bernama Naya. Sementara Tim Dua menyisakan tujuh orang cadangan, termasuk Rossifa.
“Gugur!” teriak Master Holfor keras, untuk kesekian kalinya, setelah satu anggota Tim Dua sengaja tidak mengelak ketika Ferilly mengeksekusi.
“Rossifa!” teriak Alexandria.
Rossifa yang berpostur tinggi besar untuk anak setingkatnya, segera berlari masuk ke lapangan dan melakukan tos kepada sahabat-sahabatnya.
“Berjuang sampai orang terakhir!” teriak Gugum, tetap semangat meski ia lelah.
“Berjuang!” teriak anggota Tim Satu yang lain.
Permainan kembali berlanjut.
“Gugur!” teriak Master Holfor tidak lama kemudian.
Ternyata Tajay yang terkena eksekusi dari Rossifa.
“Naya!” teriak Gugum.
Murid yang duduk di sebelah Akira segera masuk ke lapangan. Namun, baru saja pertandingan berlanjut setengah menit, Naya sudah terkena eksekusi oleh Nadin Hen.
“Gugur!” teriak Master Holfor lagi.
“Akira!” teriak Gugum menyebut anggota cadangannya yang terakhir.
Dengan senyum yang lebar, Akira berlari masuk ke lapangan dan melakukan tos. Saat tos dengan Ferilly, sahabat berambut pirangnya itu berbisik.
“Bola langsung pantulkan, jangan dimainkan!”
“Baik!” ucap Akira mengangguk.
Akira segera menempati posisinya. Ia menatap tajam kepda Alexandria dan teman-temannya yang sudah banjir keringat.
Namun, di dalam pikirannya, Akira memiliki rencana sendiri dalam menghadapi pertarungan ini.
Alexandria, Rossifa, Nadin Hen, dan Finna Riwe menatap tajam kepada Akira dengan senyum tipis menyeringai, menyeramkan. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Otiswan Maromon
seruuu
2023-05-19
1
rajes salam lubis
mantap betul
2023-04-28
1
🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
waah pasti seru ini
2023-03-24
2