AAP 9: Trauma Dalam Air

*Akira Anak Perampok (AAP)*

 

“Tes untuk tingkat dua!” kata Rayni mengajak Akira untuk masuk arena berikutnya yang ada di ruang kaca sebelah.

Dalam ruangang itu, adalah sebuah arena berupa jembatan lintasan lurus di atas kolam air yang penuh rintangan penghalang. Kanan kiri jembatan adalah dinding yang memiliki berbagai alat untuk menjatuhkan orang yang melintas. Ada tembakan bola, semprot air, ayunan gada, dan yang lainnya. Tinggi jembatan dari permukaan air kolam lebih tinggi dari kepala Akira. Lebar lintasan jembatan hanya dua jengkal dan ada bagian jembatan yang terputus.

“Lewati semua rintangan di atas jembatan. Ada sepuluh rintangan. Jika kau jatuh, gagal. Dan ada tiga kali kesempatan mencoba!” jelas Rayni.

Akira hanya mengangguk. Dia lalu berdiri di depan tangga naik ke jembatan. Akira memerhatikan model rintangannya satu per satu, tapi Akira belum mengetahui beberapa jenis rintangan lainnya di atas jembatan.

“Bersiaplah! Mulai!” seru Rayni.

Akira segera menaiki tangga dan langsung berlari kecil di atas tangga. Usianya tidak membuat Akira takut dengan berlari di ketinggian.

Bang! Bang! Beg!

Jburr!

Baru berlari beberapa meter di jembatan, dari tembok samping kanan kiri menembakkan beberapa bola kepada Akira. Bola pertama luput, tapi bola kedua tepat mengenai kepala Akira. Akira oleng seketika dan jatuh ke dalam kolam.

Di dalam air, Akira meronta gelagapan seperti tidak bisa berenang, sebab kedalaman kolam cukup dalam. Sejenak terlintas dalam ingatan Akira peristiwa buruk saat ia jatuh terjun ke dalam sungai dan hanyut di malam hari.

Melihat Akira meronta-ronta di dalam air seperti tidak bisa berenang, Rala Badar jadi panik bukan main. Dia jadi heran karena waktu itu Akira sudah bisa mengatasi traumanya.

Rayni juga sempat terkejut, karena menurut pengakuan Akira sebelumnya bahwa dia bisa berenang.

Rayni membatalkan niatnya untuk terjun ke kolam menolong. Ternyata Akira berubah tenang dan berenang ke tepi kolam. Akira kembali naik dengan kondisi basah kuyup.

“Kau tidak apa-apa, Akira?” tanya Rayni memastikan.

“Tidak.”

Rala Badar pun di luar sana merasa lega. Mungkin Akira hanya terkejut saat jatuh ke air.

“Masih mau mencoba?” tanya Rayni.

Akira mengangguk lalu melangkah ke depan tangga. Ia basah kuyup, pakaiannya menjadi lebih berat dan air bertetesan ke lantai. Namun, itu bukan masalah.

“Mulai!” seru Rayni lagi.

Akira yang memang berjiwa petarung bergerak cepat naik dan berlari kecil seperti tadi di atas jembatan.

Bang! Bang!

Akira yang berlari sambil mengawasi meriam bola di dinding, dapat mengelak dari enam tembakan bola. Bahkan Akira sempat berjongkok saat satu bola menembak ke arah kepala.

Sroots!

Lolos rintangan pertama, rintangan selanjutnya adalah meriam air. Akira lolos dari semprotan air, tapi semprotan itu berjalan mengejar. Akira harus berlari kencang, apa lagi rintangan ketiga adalah jembatan yang putus dan yang ada hanya palang-palang besi di sebelah atas. Akira harus bergantung dengan tangan untuk sampai ke jembatan selanjutnya. Palang besi itu cukup tinggi. Karena itu Akira berlari kencang sekaligus menghindari semprotan air.

Di ujung jembatan yang putus, Akira melompat tinggi dan kedua tangannya berhasil menjangkau palang besi. Ada sepuluh palang besi yang harus digantungi olehnya.

Sementara di luar sana, Rala Badar begitu tegang dan gregetan sendiri di sebelah Sukrama.

Akira berhasil berjalan menggantung dengan kedua tangannya melewati sepuluh palang besi. Dengan hati-hati dia turun kembali ke jembatan berikutnya. Akira kembali berlari tanpa tahu rintangan apa lagi yang ada di jembatan itu.

Alangkah terkejutnya Akira ketika dinding panjang dan lebar di sisi kanan bergerak maju ke arahnya. Tampaknya sudah pasti Akira akan terdorong jatuh oleh dinding itu. Akira memilih berhenti unruk berpikir. Matanya yang liar mencari cara menunjukkan kecerdasannya. Lari kencang pun tetap akan terkena, melompat ke atas tidak mungkin, melompat ke air berarti gagal.

“Aaah!” teriak Rala karena yakin Akira akan gugur, karena rintangan itu sepertinya mustahil dilalui.

“Dia berhasil!” kata Sukrama yang membuat Rala Badar cepat melotot seksama menyaksikan.

Ketika jarak dinding itu tinggal beberapa jengkal lagi, tiba-tiba Akira menjatuhkan tubuhnya. Bukan ke air, tapi tengkurap di atas jembatan. Rupanya bagian bawah dinding memiliki ketinggian sebetis dari atas jembatan. Dan dinding itu berhenti tepat di atas punggung Akira lalu ditarik kembali oleh mesin penggeraknya. Itulah jalan satu-satunya menghindar dari dorongan dinding.

Setelah itu, Akira cepat bangun dan berlari. Namun, dinding dari sebelah kiri bergerak datang dengan cara yang sama. Akira pun melakukan tindakan serupa. Setelah dinding kedua berhenti di atas punggungnya dan berbalik, Akira cepat bangkit dan kembali berlari. Akira lolos dan masuk ke rintangan berikutnya.

Selanjutnya, beberapa meter ke depan, di atas jembatan menggantung sepuluh gantungan gada yang bergerak mengayun teratur ke kanan ke kiri dengan ritme bergantian. Ayunan gada yang satu dengan yang lain tidak seirama. Akira harus melalui kesepuluh halangan ayunan gada. Jika terkena, maka gada akan mendorongnya jatuh ke air.

Ternyata rintangan yang satu ini dengan mudah Akira lalui tanpa kesulitan. Termasuk lintasan yang diberi sekat-sekat setinggi pinggang, Akira hanya perlu turun naik melaluinya.

Adapun rintangan ketujuh adalah jembatan yang berubah hanya setipis jari. Akira harus berjalan pelan dan menjaga keseimbangannya dengan baik. Itu pun berhasil Akira lalui. Jembatan berikutnya adalah jembatan berjalan yang memiliki lapisan yang berputar dari depan mundur ke belakang. Selain keseimbangan, Akira harus berlari cepat melawan arus seperti berlari di alat treadmill.

Pertama menginjak jembatan itu, Akira nyaris terpeleset. Akira terpaksa harus berlari kencang. Berjalan biasa akan terbawa mundur, berlari pelan akan jalan di tempat. Itu pun akhirnya Akira lalui.

Selanjutnya, jembatannya tidak berjalan, tapi ada rintangan gawang setinggi lutut dengan jarak tertentu yang bergerak berjalan. Ketika Akira berada di jembatan itu, Akira terpaksa harus melakukan lompatan di tempat lebih tinggi dari lututnya dan mendarat dengan sempurna agar tidak oleng dan jatuh. Sambil bergerak maju, Akira beberapa kali harus melompat sempurna.

Rintangan terakhir terdiri dari beberapa jembatan putus pendek-pendek. Bedanya, semua jembatan pendek itu bergoyang agak kencang ke kanan dan ke kiri. Namun di sebelah atas, diberi bentangan tambang yang berfungsi sebagai pegangan. Akira pun berpikir sejenak, hingga akhirnya dia pun memutuskan.

Akira memutuskan meraih tali lalu kedua kakinya pun ia naikkan ke tambang. Kemudian Akira merayap bergantung di tambang. Akira merasa sangat ragu untuk berjalan di jembatan yang bergoyang kencang itu, meski tangannya bisa berpegangan pada tambang. Maka Akira memilih cara aman dengan hanya melalui tambang.

“Akira anak yang cerdas!” puji Sukrama kepada Rala Badar.

“Lulus!” seru Rayni ketika Akira sampai di finish.

Akira berlari mengitari kolam dengan wajah dingin tapi semangat. Di luar arena kaca, Rala Badar begitu gembira.

Di arena ketiga, adalah sebuah kolam murni. Tapi di dalam air kolam ada sesuatu.

“Tes untuk tingkat tiga! Aturannya tidak sulit. Kau harus menyelam dan mengumpulkan 20 bendera, lalu kau bawa ke tepi tempat aku berdiri. Kau hanya memiliki satu kesempatan bernapas keluar dari air setelah menyelam. Dan selalu ada tiga kali mencoba!”

Akira hanya mengangguk lalu berdiri di bibir kolam.

“Mulai!” seru Rayni.

Jbur!

“Harkll!”

Akira langsung terjun ke dalam air. Namun, semuanya cukup terkejut ketika Akira meronta di dalam air dan gelagapan seperti tidak bisa berenang lagi. Air kolam sempat tertelan oleh Akira. Rayni memperhatikan sejenak.

“Uhuk uhuk uhuk! Hoekh!”

Akira muncul ke permukaan dan mengeluarkan kepalanya dari air sambil terbatuk-batuk dan ingin muntah. Itu karena air tertelan olehnya cukup banyak.

“Gagal!” seru Rayni.

Akira berenang ke tepi.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Rayni memastikan.

“Tidak,” jawab Akira pelan sambil kembali naik.

“Baik, atur dulu pernapasanmu dan tenangkan pikiranmu. Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu bila kau terjun ke air!” kata Rayni.

Akira lalu melakukan olah pernapasan dan mencoba menenangkan pikirannya. Mengolah pernapasan adalah hal yang biasa Akira lakukan bersama ayah kandungnya.

“Aku dan Ibu mengalami masa buruk di dalam air,” kata Akira kepada Rayni setelah pernapasannya selesai. Lalu serunya pelan, “Aku siap!”

“Mulai!” seru Rayni.

Jbur!

Akira kembali terjun. Tampak Akira meronta kecil. Namun, itu cepat teratasi. Di dalam air, Akira melakukan penyelaman untuk mengumpulkan bendera kain yang dipasang di untaian-untaian tali di dalam air kolam. Bendera-bendera kecil itu tinggal tarik dalam mengambilnya.

Menyelam bukanlah hal sulit bagi Akira. Usia sekecil itu, Akira telah diajarkan berbagai kelebihan oleh kedua orang tuanya, termasuk berenang dan menyelam. Apalagi belakangan ayah angkatnya menjadi guru yang baik baginya. Kecepatan dan ketahanan Akira dalam menyelam tergolong tinggi.

“Hebat, Akira tidak melakukan pencurian napas yang diberikan!” ucap Sukrama memuji lagi.

“Aku yang mendidiknya. Hahaha!” kata Rala Badar seraya tertawa, seolah-olah Akira adalah murni buah karyanya.

“Lulus!” seru Rayni yang turut kagum, sebab Akira mampu tidak melakukan peluang pencurian napas yang diperbolehkan sekali. (RH)

Terpopuler

Comments

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

sesuatu apaan tuhh

2023-05-21

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

lanjutkan terus om

2023-04-23

0

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap betul betul

2023-04-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!