Pagi hari sebelum subuh Dinda sudah bangun terlebih dahulu, karena itu sudah menjadi kebiasaan Dinda setiap harinya
Dinda mulai mencuci dan membersihkan rumahnya, mulai ngepel nyapu masak dan sebagainya
Apa lagi sekarang dia harus lebih mandiri karena harus sekolah juga
Saat adzan subuh di kumandangkan di sana lah sarapannya sudah tersedia, dan semuanya sudah bersih
Dia kembali ke kamarnya untuk siap siap mandi dan siap siap berangkat sekolah
Dimas sedang melaksanakan sholat subuh di kamarnya, dan hendak keluar kamar membangunkan Dinda dia malah kaget semuanya sudah rapi dan bersih
" Din.... Dinda " Panggil Dimas pada Dinda
" Iya..." jawab Dinda dari arah kamarnya
Tok tok tok...
" Dinda...." Panggil Dimas sambil mengetuk pintu kamar Dinda
" Iya.... Apaan sih..." Jawab Dinda kesal sambil menggunakan hijabnya
" Apa?" jutek Dinda saat di depan pintu
" Loe bersihkan semuanya?" tanya Dimas pada Dinda
" Iya kenapa?" tanya Dinda balik
" Gue gak suka" jawabnya ketus
" Bodo amat... Gue lebih gak suka rumah loe kayak kandang sapi" jawab Dinda sebenarnya agak tersinggung tapi sengaja dia tepis dan gak mau kebawa baper ini baru beberapa jam dia tinggal di sana, kalau sudah baper duluan malah justru akan membuatnya tersiksa
" Gue sadar diri sadar posisi dan juga sadar rai, " ucap Dinda lagi
" Masih subuh gue gak mau debat sama Elo, " tambahnya sambil keliar kamar dan berjalan ke arah dapur
Dinda mengikutinya ke arah Dapur dan duduk di meja makan, karena dia mulai terasa lapar untuk segera sarapan
Dimas mengikutinya dari belakang dan mau kesal gimana, mau bantah gimana, tapi dia gengsi kalau semua ini di kerjakan sama Dinda
" Mau sarapan sekalian? Nih, udah ada" jawab Dinda sambil menyodorkan roti dan telur ceplok setrngah mateng dan saus mayones serta sosis beberapa biji
" Sorry adanya cuman itu di kulkas loe, untuk ganjal perut aja" ucap Dinda lagi
Dan Dimas sebenarnya kesulitan untuk cari bahan, karena Dinda begitu santai dan merendah sampai dia kesulitan untuk merendahkan Dinda
" Loe udah pake seragam sekolah, emang elo mau sekolah di mana?" tanya Dimas mengalihkan pembicaraan
Dia masih mengalihkan karena gengsi mau ambil roti, walaupun perutnya cukup lapar
" Ya terserah Elo, gue mau loe sekolahin dimana, gue ngikut aja, gue mah apa, kan hidup gue sekarang numpang sama Elo" jawab Dinda lagi sambil menggigit roti yang isinya di isi telur
" Ngapain sekolah toh cuman bakal jadi ibu rimah tangga" Ucap Dimas cukup membuat Dinda tersentil hatinya
" Ya senggaknya walaupun nantinya gue cuman di dapur gue tetap punya ilmu yang bida untuk membelajari anak anak gue nanti" jawab Dinda tetap santai
" Siapa yang mau punya anak dari Elo, gue sih ogah, lihat aja males" jawab Dimas makin menyenggol dan mengikis hati Dinda
" Gue juga gak berharap dari Elo, gue sadar Diri kok, sadar Muka juga, siapa sih gue, punya apa sih gue, sampe berharap punya keturunan dari pak dosen sukses, kaya raya, kan gak mungkin, " jawab Dinda santai makin merendah banget
Hal itu membuat Dimas gelagapan dan agak gimana, karena Dimas juga punya perasaan
" Ya sudah kalah sadar diri" ucap Dimas akhirnya
" Iya, tapi kalah loe memang gak ingin gue sekolahin gue gak apa apa, gue mau minta surat pindah aja, dan izin dari elo, biar gue bisa berusaha untuk tetap lanjut sekolah, nanti masalah biaya biar gue cari sendiri deh gak apa apa, kan Spp gratis paling beberapa kan gak tiap bulan" jawab Dinda audah pasrah sama hidupnya sendiri
Karena menurutnya sekolah dan pendidikan itu penting, kalau memang yang bertanggung jawab membiayai tidak mau
Dimas seolah takut sendiri mendengar ucapan Dinda barusan, yang ada kalau nanti Dinda bilang sama orang tuanya makin mati dia di hajar masa mertuanya dan orang tuanya
" Enggak.... " jawab Dimas cepat
" Kenapa? Kan Elo gak mau kan gue sekolah, ya itu artinya loe keberatan biayain gue sekolah, ya udah gak apa apa, gue bisa kok sambil kerja" jawab Dinda lagi
" Sambil kerja, apa kata emak elo dan emak gue kalau elo kerja" jawab Dimas gak terima
" Oh... Elo takut gue bilang sama mereka, tenang aja, gue tau kok porsi orang rumah tangga itu prifasi, jadi tenang aja mereka gak bakalan tau" jawab Dinda tetap santai dan sangat pasrah
" Dari pada gue sekolah dengan biaya terpaksa dan nanti elo ungkit gue makin berat, santai aja brow gue bisa jaga rahasia kok, slow slow" jawab Dinda seolah tanpa terbebani
Dimas masih diam, dia gak tau harus gimana, nikah TANPA RASA CINTA memang cukup membuatnya terbebani
Apa lagi di tambah 1 orang yang mengusik hidupnya, Dimas seolah merasa terusik dengan keberadaan Dinda saat ini dalam hidupnya
Berdua dengan pacarnya cukup happy gak mau ada yang ke 3 dalam hubungan mereka sehingga Dimas merasa bebannya bertambah
Karena dia juga memberi jatah bulanan untuk pacarnya perawatan dan lain lain
" Gue minta izin itu aja" Ucap Dinda lagi
" Kerja dan sekolah? Loe bisa?" tanya Dimas seolah meremehkan
" Elo SMA aja belum lulus mau kerja apa,?" tanya Dimas makin meremehkan
" Yang penting halal" jawab Dinda singkat
" Okey... Gue udah selesai sarapan, boleh minta file surat pindah yang loe janjikan semalam?" ucap Dinda gak mau basa basi
" Udah di kirim langsung ke alamat email elo" jawab Dimas santai
" Okey... Terimakasih, kalau gitu gue langsung jalan aja ya, gue gak tau ada sekolahan di sebelah mana, jadi gue berangkat dulu aja sambil cari cari" jawab Dinda langsung berdiri dan pergi dari hadapan Dimas
Gak tau apa yang di rasakan Dinda saat ini, pengen nangis tapi untuk apa? Nangis bukan membuat dia kembali kekehidupan sebelumnya,
Ini takdir jalan hidup yang harus dia lalui dengan pasangan TANPA RASA CINTA
Di kamar, Dinda menekan dadanya kuat dan memejamkan matanya
" Bismillah ya Allah... Kuatkan hambamu ini dalam menjelajah kehidupan baruku" ucap Dinda menguatkan dirinya
" DERAI AIR MATA, Elo udah TAMAT, jadi gak boleh keluar lagi ya" ucap Dinda pada dirinya sendiri
Dinda mulai menyiapkan diri, dengan menggunakan bedak tipis dan lipsglos kemudian memakai hijab dan sekaligus memakai tasnya juga
Dimas masih bingung dengan perasaannya sendiri, dengan sikap Dinda yang seolah tanpa protes sama sekali, masih takut nanti kalau ketahuan orang tuanya juga
" Gue berangkat dulu ya, " Ucap Dinda mengulurkan tangannya
Ya walaupun gak di akui dan TANPA RASA CINTA Dinda tau semua perlu ridho dari suaminya
Dimas melongo karena gak faham, Dinda langsung meraih tangan Dimas, dan menciumnya
" Assalamualaikum.." Ucap Dinda sambil jalan keluar tanpa beban dan terlihat begitu Happy .
Dimas ada rasa gimana gitu saat meluhat kepergian Dinda yang seharusnya jadi tanggung jawabnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Reni Ajja Dech
krennn Thor.semangattt
2023-10-20
1
Maulana ya_Rohman
mewek aku😢😢😢😢😢
2023-04-25
0
Devi Arisanthy
up donk
2023-02-12
0