Taipan Qatar Si Pencuri Hati

Taipan Qatar Si Pencuri Hati

Bab 1

"Pak, pesanan AyoMakan, Town house, atas nama Bapak Isaac Ibrahim" izin gadis muda dengan jaket hijaunya.

"Bisa ktpnya?" Gadis itu mengambil ktp dalam dompetnya, ia tadi telah diberitahu oleh si pengorder, untuk menyiapkan ktp. Namun ia tak menanggapinya.

"Mbak langsung saja naik, pakai jalan yang ujung ya, lantai paling atas" Satpam memberitahukannya.

Gadis itu memacu motor beatnya, menuju lantai paling atas. Ia disuguhi pintu gerbang tinggi menjulang. Ia kembali memarkirkan beatnya. Berjalan menuju pos satpam.

Berjalan perlahan, memperhatikan rumah-rumah yang berada di dalam gerbang tinggi itu.

"Gile rumah siape aja dah nih? Pantes dimintain ktp dibawah tadi, Di atas gedung begini, apa nggak takut rubuh apa yah?" Monolognya.

"Bisa dibantu mbak?"

"Eh, pak, ini, ada pesanan AyoMakan pak, atas nama Isaac Ibrahim" ucapnya saat ia merasakan tepukan di bahunya.

"Oh masuk aja mbak,"

Dan pintu gerbang di depannya membuka dengan sendirinya. Gadis itu bergegas mengambil tas dengan banyak makanan didalamnya.

"Lho mbak, masuk naik motor aja mbak, rumah pak Isak Ibrahim masih jauh di dalam" tegur si satpam. Dengan cengiran Gadis itu kembali ke motornya.

Ia masuk dan mencari rumah si pengorder. Ia tadi sempat terbelalak melihat nominal orderannya. Untung saja mereka membayar lewat aplikasi.

"273"

"273"

"273"

"Itu" gadis itu menggendong tas besar berwarna hijau menuju pintu, dan menekan bel rumah.

"Siapa?" Suara serak terdengar dari bel yang ia tekan.

"Eh, e, itu, Leha, Saya Leha pak" Ya dia Sholeha Badrun, Anak Haji Hamid Badrun. Leha gugup.

"Mau Ada perlu apa?" Kembali terdengar dari benda kotak didepannya.

"Ah, saya dari AyoMakan pak, antar pesanan,"

"Masuk dan letakan diatas meja makan, dan disana ada ongkos mu," 

Klek!

Pintu di depannya terbuka, Leha berjalan perlahan memasuki rumah mewah itu. Ia mencari meja makan si pemilik rumah, wajahnya tercengang melihat kemewahan mengelilinginya saat ini, mulutnya menganga lebar.

Leha melihat meja marmer besar dengan banyak kursi juga tudung saji diatasnya, pasti ini meja makannya pikir Leha. Gadis itu meletakkan tas besarnya.

Ia mengeluarkan semua makanan yang dipesan. Menyeret tudung saji yang ternyata ada tumpukan uang di dalamnya. Ia melihat kertas dengan tulisan disana. Leha meraih kertasnya. 

"Ongkos" bisiknya. Mata Leha berbinar, ia memfoto lembaran kertas dan tumpukan uang berwarna merah, juga memfoto makanan yang diorder si pemesan. Juga berselfie dengan uang dan makanannya.

"TERIMA KASIH PAK!" Teriaknya kencang. Mata lelaki dalam kamar rumah itu membuka lebar, ia terkejut dengan teriakan Leha.

"Hmgrn!" Ia baru saja tertidur, dan suara teriakkan itu mengganggunya. Lelaki itu turun dari ranjangnya, dan menuruni tangga dengan tergesah. Ia ingin memaki si pengantar makanan itu.

Ping!

Terima kasih pak tipsnya,

Lelaki itu membuka pesannya, disana ada tiga foto, ternyata dari si ojol.

Terdengar suara motor yang dipacu di depan rumahnya. Leha keluar rumah mewah itu dengan sumringah. Ia menyapa satpam dengan ramah. Dengan mengambil ktp yang ia titipkan.

Ia tak tahu si pemilik rumah itu sedang geram padanya dan memberinya  bintang satu pada aplikasi.

***

"Dapat berapa duit lu hari ini?" Seorang lelaki menunggu kedatangan wanita itu. Leha masuk dalam pekarangan rumahnya, ia menatap si lelaki dengan sumringah. Perkenalkan Dia Udin Saripudin. Sahabat dari orok Leha.

"Lumayan, nambah-nambahin ongkos ke Qatar, Gimana bentar lagi piala dunia mulai? Udah dapet tiketnya?"

"Tiket, beres, Hotel, beres, tiket liga, juga beres, entar kita ambil waktu nyampe Qatar" ucap Udin.

"Emang elu terbaik! gak sabar ketemu sama ayang beb aku" ia menciumi gantungan kunci motornya, ada figur mini, pemain bola idola Leha, si Abang Neymar.

"Dih jijik ah lu, Ha!" Udin menoyor kepala Leha. Kemudian masuk kedalam rumah Leha. 

Didalam rumah Udin menghampiri, lelaki berpeci, dengan perawakan bulat, sibuk di depan kompor.

"Abah ganteng kesayangan Udin, masak apa Abah ganteng, bolehkah Udin ikut mencicipinya" Rayu si Udin.

"Kagak pergi lu! Kesini cuman buat makan doang! Ini buat bontot Abah, kesayangan Abah, Sini Leha, Abah buat nasi uduk sama semur jengkol kesukaan bototnya Abah" 

Dia, Haji Hamid Badrun, Abah si Leha. Makelar kambing dan bebek. Leha seorang piatu, Uminya yang bernama Julaeha Maemunah meninggal saat Leha brojol. Jadi ia tak pernah mengenal si Umi.

Dan sampai saat ini Pak Haji Hamid Badrun tak sekalipun ingin menikah lagi. Katanya karena mencintai si Enyak.

Duh jadi ikut baper kan si Leha, ia ingin juga mendapatkan jodoh seperti sang Abah, semoga ia dan Bang Neymar berjodoh.

"Enak nih" Udin sudah duduk dengan piring kosong miliknya.

Plak!

Tangannya yang akan menyendok nasi uduk dipukul oleh Leha. "Lau tuh ya kagak bisa liat makanan, ini buat gue!" Leha merebut piring Udin.

"Ambil lagi sono, makan yang banyak yah bontot Abah"

"Ah elah, males beut lu!" Omel Udin, ia juga lapar mencium aroma lezat dari makanan yang katanya buatan si Abah.

Semua tahu Abah, masak air saja gosong, apalagi memasak nasi uduk lengkap seperti ini, kemungkinan Abah Hamid memesan nasi uduk dari mpok Jana.

"Nanti dulu mau mandi" Leha berjalan memasuki kamarnya. Dan kebiasaannya mendekat pada meja rias, disana ia menempelkan bibirnya pada foto Neymar.

"Aku pulang Hubby" ucapnya.

Leha bukan seperti penggemar bola pada umumnya, lebih tepatnya ia hanya penggemar Neymar dan tahu sedikit tentang bola. Ya bisa dibilang fans karbitan lah. Namun jangan sedih kamarnya penuh dengan poster juga foto Neymar. Ya dia se-obsesi itu.

Bahkan di pintu kamar tidurnya tertulis NEYMAR WIFE'S, diranjangnya pun ada dua buah bantal bertuliskan Mrs Neymar, dan Neymar's. Dan si Udin, sahabat itu, sering mengatainya gila akan kegemarannya.

Sebenarnya Udin lah yang mengenalkan gadis itu pada bola. Ia hanya menemani si Udin saja. Namun saat ia melihat Neymar, ia menjadi terobsesi dengan lelaki asal klub Brasil itu.

"Kagak ada ya Leha?! KAGAK BOLEH!" Suara tinggi, Abah Hamid melipat tangannya didada. Matanya tajam melihat bontotnya itu yang berniat meninggalkannya. Meja makan menjadi memanas.

"Bah! Leha udah dari empat tahun nabung buat ini, Bah" Leha memelas. Leha sarjana dengan kerja serabutan, ia menabung semua penghasilannya bertujuan untuk menonton liga piala dunia secara langsung di Qatar.

Ide tercetus setelah ia menonton piala dunia di televisi. Dengan percaya diri ia mengatakan pada Udin akan menonton langsung pertandingan bola. Dan bertemu dengan Neymar.

Dari situ Leha menjadi lebih giat mencari cuan. Apapun ia lakukan dari menjadi kasir di mini market, ojol dan ngangon bebek dan kambing milik sang Abah.

Bahkan ia akan meng-cuan-kan apapun perintah Abah Hamid, kadang ia mendapat ceramah panjang karena pamrih. Dan dengan setia Leha mendengarkan wejangan orang tua satu-satunya.

Sedangkan abang-abangnya jauh dirantau, dengan keluarga masing-masing. Pulang hanya jika hari besar di kalender. Leha memiliki dua saudara lelaki, Sulung Badrun dan Solikin Badrun. Dengan lima keponakan yang gemoy.

"Jauh itu, Abah kagak bisa!" ucap Abah Hamid. Ia melirik sang anak.

"Abah, Leha nggak sendiri, bareng si Udin, Udin punya teman disana, ya kan Din?" Si Udin masih menikmati semur jengkol mpok Jana, bingung melihat mata Leha mengedip aneh.

"Aw!" Kakinya diinjak oleh Leha. Udin sadar saat melihat Abah Hamid menatapnya bergantian dengan Leha.

"Iya Bah, tenang, Ada, disana ada temen Udin, pokonya Leha, tinggal berangkat aja, nggak usah ngurus ini itu. Semua beres." melihat Leha mengangguk yang setuju dengan ucapannya,

Abah Hamid menghela nafasnya, ia masih tak setuju, ia memiliki satu ide lagi untuk mengurungkan niat anaknya pergi ke Qatar, Abah Hamid tahu Leha akan dengan gamblang menolak mentah-mentah. Calon suami.

Abah beranjak dari kursinya. Ia masuk dalam kamar. Dan menguncinya. Leha melihat pintu kamar Abah Hamid dengan nelangsa. 

Paginya saat sarapan, Leha telah memasak makanan kesukaan si Abah, roti sumbu goreng dengan kopi hitam.

"Sarapan Bah" sapa Leha.

Abahnya duduk dengan acuh. Dan menikmati Roti sumbunya. Leha menunggu peluang untuk kembali merayu Abahnya.

Setelah serasa menemukan waktu yang pas, ia mendekati si Abah, "Bah Leha tahu, Abah sayang Leha, ini sekali seumur hidup Leha bisa lihat idola Leha Bah" ucap Leha.

"Sekali aja Bah, setelah Umi gak ada, Idola Leha yang nemenin Leha Bah, Leha tahu ada Abah juga yang nemenin Leha, tapi Abah juga sibuk nyari duit buat Leha. Izinin Leha ya Bah" sendu.

Abah Hamid, menyurukkan selembar kertas didepan Leha. 

"Tanda tangan!" Ucap Abah.

Sebelum ia lemah dengan cerita kesenduan Leha pada Uminya. Leha menarik kertas bermaterai diatasnya dan membacanya.

"Bah! Ini beneran?" Jeritnya,

Abah Hamid hanya mengangguk dengan tangan melipat didada. Leha masuk ke kamar, ia mengambil bolpoin, kembali ke meja makan dan menandatangani lembaran bermaterai itu.

"Leha? beneran, mau nikah?" Abah Hamid tercenung.

Menarik kertasnya dan melihat tanda tangan anaknya ada di atas materai.

Ia tak menyangka Leha dengan mudahnya menyetujui kertas yang menyatakan jika Leha telah kembali dari Qatar ia harus membawa calon suami dan menikah.

Abah Hamid yakin Leha akan menolak tapi pikiran Abah Hamid meleset jauh. Anaknya itu dengan cepat menyetujui keinginannya.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!