Bab 14

Keesokan harinya di pagi buta dalam keadaan masih mengantuk Nami membangunkan semuannya dan berangkat menuju bandara.

Nami dibantu para pekerjanya sudah menyiapkan segala keperluan Isak yang menolak dengan tegas. Perjalanan liburan yang telah ia atur.

Nalen, Isak dan Leha mendorong koper dengan mengantuk. Sara memeluk sang tunangan. Sedangkan Nami sangat bersemangat. Dan pak Ibrahim, mengurus segalanya dengan sang asisten.

Mereka menggunakan pesawat pribadi. Terdapat 5 kamar. Di pesawat pribadi milik keluarga Ibrahim yang satu ini.

Pesawat pribadi yang mereka pakai ke Jepang berbeda dengan pesawat yang Leha naiki saat ke Qatar. Mereka mendapatkan kamar masing-masing dan bergelung perjalanan panjang 10 jam 30 menit waktu penerbamgan dari Doha menuju Tokyo.

Dan nanti di Tokyo, Nami memiliki kejutan untuk mereka.

Leha merasa terkungkung benda berat. Ia terbangun dengan lengan kekar memeluk perutnya, Kebiasaan Isak jika mereka tertidur di ranjang yang sama. Suka sekali lelaki itu memeluknya.

Tapi setelah bangun Isak bersikap seperti tak terjadi apa-apa. Awalnya Leha kesal. Tapi setelah menjadi kebiasaan ia pun terbiasa.

Untuk tidak menambah masalah. Leha keluar kamar dan bergabung di kursi dengan yang lainnya. 

Mereka tiba jam 2 sore waktu jepang. Dan akan menginap sehari di Tokyo. Nami sudah mengatur semuanya. Jemputan membawa mereka pada hotel terdekat.

Waktu bebas mereka bisa berjalan-jalan tapi jetlag, Mereka memutuskan makan malam di kamar masing-masing dan kembali beristirahat.

***

"Bang bangun!"

Leha menggoyangkan tubuh Isak namun bukan terbangung Lelaki itu malah lebih merengkuh Leha.

"Nanti" Ucap Isak.

Alaram berbunyi nyaring, Isak melenguh, Suara Nami menjadi alaram bagi mereka. Mau tak mau Isak bangin dan segeda masuk kamar mandi.

Leha menyeduh dua kopi satu untuk dirinya. Dan satu untuk Isak. Ia membuka gorden. Melihat pemandangan kota Tokyo.

"Ini kopinya"

Leha memberikan cangkir yang masih mengepul pada Isak yang baru keluar kamar mandi.

"Terima kasih" Lelaki itu menghirup cairan coklat itu.

"Mandilah"

Tanpa diperintah Leha telah ngacir kekamar mandi. Tidak perlu waktu lama. Leha telah segar. Ia melihat Isak duduk di kursi sudah rapi. Sibuk dengan laptop.

"Aku akan memundurkan kepulanganmu ke Indonesia. Kau sudah membawa semua barangmu kan?"

Saat di Qatar, Isak menyuruhnya mengemasi semua barangnya jangan ada yang tertinggal. Leha menghela nafas berat. Ia akan memanfaatkan segala momen dengan Nami dan Sara. Waktu kebersamaannya dengan keluarga Ibrahim.

"Ya"

"Karena kau akan pulang langsung dari sini, bersama Rena. Saya telah mengaturnya. Untuk persyaratan ke 2 dan ke 3 mu, kau bisa hubungi saya kapan saja,"

"Ya, terima kasih Bang"

Seakan Isak menegaskan pada Leha jangan terbuai karena ini hanya sandiwara. Rasa tak enak kembali Leha rasakan. Ia telah membohongi keluarga Ibrahim. Rasa yang pernah ia lupakan. Leha terlena.

Lesu. Leha berjalan ke tempat Hair dryer. Dan mengeringkan rambutnya.

Pukul jam 9, Nami telah segar menunggu keluarganya di lobby hotel. Ia mengenakan pakaian rapi dan membawa bendera segitiga kecil. Yang menandakan ia adalah guide tour kelompok.

Leha kembali sekamar dengan Isak. Tak terjadi apapun mereka hanya tidur tapi yang membuatnya risih, Isak selalu menghancurkan blokade guling di antara mereka dan tidur dengan memeluk dirinya.

Nami telah memberi pesan untuk mengatur alarm ponsel mereka masing-masing untuk bangun. Dan setelah sarapan di hotel mereka cek out.

"Ini tas kalian, sedang kan koper-koper kalian telah dikirim ketempat tujuan dan telah selamat."

"Sekarang percayakan tour ini pada saya" ucap Nami formal.

"Saya akan membimbing kalian menuju Nagano"

"Baiklah sekarang naik ke mobil!"

Nami bersemangat ia mengacungkan benderanya. Mereka menuju stasiun Tokyo. Keadaan musim dingin. Tak bersalju.

Mereka menaiki kereta shinkansen menuju Nagano, tujuan Nami adalah Desa Hakuba. Tempat Rena dan Raka berlibur.

Mendengar Rena bercerita bagaimana indahnya Hakuba dengan salju putih yang tebal, juga mendengar Rena tidak sabar menanti snowboarding.

Nami menjadi ingin bergabung. Mereka sudah lama tidak snowboarding. Dan Nami memutuskan menyusul Rena diam-diam.

Juga agar lebih berkesan. Nami mengatur agar mereka transit di Tokyo. Dan akan dilanjut menggunakan Shinkansen ke Nagano dan diteruskan menggunakan bus ke Desa Hakuba.

Bus mereka menurunkan di stasiun Tokyo. Dan mereka membawa bekal untuk dimakan dalam perjalanan. Mereka  sudah duduk manis dalam Shinkansen. Kereta cepat. Tak sampai satu setengah jam mereka sampai di stasiun Nagano.

"Sudah semua turun? Ayo ikuti saya, kemari, kemari, kemari"

"Waah saljuuu" teriak Leha. Ia berlari menuju tumpukan salju tipis. Udara semakin dingin. Isak menaikan topi mantelnya.

"Bun liat"

Leha menghembuskan udara dari mulutnya yang akan menjadi asap.

"Waaahh" ia meraih salju dan memainkannya.

"Nanti saat kita tiba di tujuan lebih banyak salju yang akan kamu temui Leha. Sekarang ayo kita menuju bus kita"

Ajak Nami formal. Ia masih setia dengan peran menjadi tour guide.

"Baik"

Dengan sumringah Leha mengandeng Nami begitu pun dengan wanita paruh baya itu. Senang dengan kepuasan Leha.

Nami menunjukan bus berwarna hitam mewah, mereka akan naik bus menuju desa Hakuba. Bus yang disewa oleh Nami, terdapat 12 kursi kulit yang nyaman.

Mereka telah melaju ke desa Hakuba. Memakan bekal yang telah mereka beli. Bekal Leha adalah omurice.

Sedangkan Isak memilih sushi. Yang membuat Leha bergidik. Ia bukan penyuka makanan mentah.

"Hmmm enaaakk"

Leha melahap habis bekalnya. Telur dadar lembut berpadu dengan nasi goreng saos tomat, sungguh perpaduan yang ciamik. 

Apalagi disuguhi dengan pemandangan indah yang menambah kenikmatan hakiki. Leha juga ikut meramaikan berduet dan karaoke bersama Nami. Tak lupa ia pun menguploadnya ke sosial mediannya. Bermain uno dengan Sara. Tidur.

"Selamat datang di desa Hakuba, kita akan menuju Mominoki hotel dan ada onsen disana. Ish bunda nggak sabar mau beremdem, udah lama ya sayang"

Anggukan Ibrahim menjadi jawaban Nami. 

"Bangun! Hei!"

Isak dengan telunjuknya menjauhkan kepala Leha dari pundaknya. Enak sekali wanita ini menjadikannya guling.

Ia melakukan berbagai cara melepaskan rangkulan Leha, bahkan akan pindah tempat duduk namun Nami dengan gerakan mata juga peringatan sebagai Tour Guide membuat Isak tetap pasa tempatnya.

"Anggota, tidak diperbolehkan, melangkahi aturan. PATUHI DAN JAGA! paham?"

Nami berucap dengan tatapan mata tak santai juga senyuman ala ramah tamah. Isak yang ngeri hanya mengangguk cepat.

Nalen tak bersuara. Lelaki itu tak lagi mengganggu Leha. Ia mendengar sesuatu yang membuatnya tak lagi usil.

Leha membuka matanya. Ia mengumpulkan nyawanya yang tercecer di alam mimpi.

Netranya menangkap gundukan putih yang luas dari jendela bus. Ia beranjak cepat meninggalkan kursinya.

"Hei tenang bisa tidak?" Nalen yang tak sengaja Leha senggol.

"Maaaaf" Ucap Leha sambil lalu. Ia memegang topinya yang agak miring. Suasana tidak sedingin di Nagano. Walau Leha sudah memakai semua untuk membuat tubuhnya tetap hangat.

"Lapangan salju" pekik Leha kegirangan.

Ia mengeluarkan ponsel dan menjepret apapun, berselfie, juga membuat video. Nami dan Sara ikut beegabung dengan kegirangan Leha.

Para lelaki membawa barang yang ada di bus dan membawanya masuk kedalam hotel. Melakukan cek in di lobby. Dan lagi-lagi Isak dan Leha satu kamar.

"Apa ada kamar kosong, yang besar pun tak apa" tanya Isak pada resepsionis.

"Maaf Tuan semua kamar full book."

"Terima kasih"

Isak mendesah. Ia pasrah. Dan membawa tas Leha bersamanya. Ia melirik ke para wanita yang terlihat dari lobby, bermain lempar bola salju.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!