Panasnya terik matahari siang itu tidak menyurutkan semangat Aying. Hanya membutuhkan waktu satu jam Aying tiba di desa mati. Seperti namanya desa yang didatangi Aying tidak berpenghuni, hanya satu tempat yang terlihat sangat ramai, senyum tawa senda gurau yang menjadi satu di sana semakin membuat Aying merasa sangat kesal mendengarnya.
Diam-diam Aying memulai rencananya yang sudah disusun sepanjang jalan, pertama dirinya hanya perlu menceburkan 1 pil rahasia ke dalam sumur yang hanya ada satu di desa dan itu sudah dilakukan saat tiba tadi.
Karena air adalah konsumsi utama mereka menunggu racun sampai ke tenggorokan tidak butuh waktu lama, beberapa orang yang bolak balik mengambil air dari dalam sumur hanya disambut senyuman licik Aying dari kejauhan.
"Kenapa ini, kenapa aku merasakan tubuhku tiba-tiba tidak bertenaga," ucap salah satu pembunuh bayaran.
"Aku juga merasakannya, mengangkat tangan saja aku tidak bisa," sahut pembunuh bayaran lainnya.
"Kenapa ini," teriak lainnya dari dalam.
Aying yang memantau dari kejauhan mulai berhitung, tepat dihitungan ke sepuluh suara tidak lagi terdengar, Aying ke luar dari tempat persembunyiannya dan berjalan ke arah markas pembunuh bayaran.
Sampai di sana para pembunuh bayaran yang melihat seseorang menggunakan jubah merasa sangat terkejut, tubuh mereka yang sudah tidak bisa digerakkan bahkan sudah tidak bisa bersuara hanya pasrah melihat orang berjubah itu perlahan berjalan mendekati mereka.
Aying tanpa banyak bicara langsung mengeluarkan pedangnya dari dalam cincin ruangnya, para pembunuh bayaran semakin kaget melihat pedang yang dipegang oleh Aying.
"Heeeeeeeeeeh, kalian pasti tidak menyangka hari ini datang juga pada kalian," ucap Aying.
"Hahahaha, aku lupa kalian tidak akan bisa menjawabku karena aku yang sudah membuat kalian seperti ini," sambung Aying sambil membuka penutup jubahnya.
"Sudahlah, dari pada aku berbicara pada setengah mayat lebih baik aku menjadikan kalian sebagai mayat saja, salahkan diri kalian sendiri karena mengambil jalan yang salah," ucap Aying
Wheeeeeeeeeeeeessssss.
Aying mengangkat pedangnya menebas kepala para pembunuh bayaran di depannya, melihat ketakutan di mata mereka sebelum pedangnya menebas leher Aying merasa sangat puas.
Aying memasuki markas yang terbuka lebar, sama seperti di luar para pembunuh bayaran di dalam semua sudah tidak bisa bergerak dan bersuara, Aying mengangkat pedangnya menusuk berulang kali dan menebas leher para pembunuh di depannya sambil tersenyum.
Darah memenuhi meja kursi dan lantai, Aying tidak merasa jijik menginjak darah yang menjadi genangan di lantai, sambil menghampiri yang tersisa tidak lupa Aying menatap ke sekelilingnya memperhatikan siapa tau ada yang tidak terlihat olehnya.
"Aaaaaarrrrrrkkkkkh, sepertinya semua sudah selesai," ucap Aying setelah menusuk yang terakhir.
Aying bersiap keluar baru berjalan beberapa langkah Aying kembali menghentikan langkahnya, Aying menyeringai dan berjalan mengendap-endap ke pojok meja paling depan.
"Taaaaaaarrrrraaaaa." teriak Aying.
Di bawahnya Ketua pembunuh bayaran terbaring, Aying bisa merasakan Ketua itu juga terkena racun dari pil rahasianya, tapi Aying juga bisa merasakan Ketua itu tidak terkena sepenuhnya dan masih bisa bicara.
"Apa kamu berharap aku tidak akan menemukanmu dan kamu bisa selamat," ucap Aying.
"Jawab aku, aku tau suaramu masih berfungsi," sambung Aying.
"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa membantai anggota ku?" tanya Ketua pembunuh bayaran.
"Padahal kamu sudah melihat ini, kenapa masih tidak menyadarinya juga," ucap Aying sambil mengusap pedangnya.
"Itu tidak mungkin, kamu bukan dia, dia bukan wanita," sahut Ketua pembunuh bayaran yang langsung gemetar.
"Suuuutttttsss, kita ganti pembicaraan, beritahu aku siapa yang menyuruh kalian para kelompok pembunuh bayaran untuk membantai Klan Saga" ucap Aying.
"Aku sarankan kamu tidak mencari tahunya, kamu tidak akan bisa menerima konsekuensi jika tau yang sebenarnya," sahut Ketua pembunuh bayaran.
"Ahhhhhh, jadi seperti itu, kalau begitu untuk apa aku banyak bicara," ucap Aying.
"Tidak tau sekarang masih bisa tau nanti, karena aku akan membantai kalian semua kelompok pembunuh bayaran dan aku memulainya dari kalian kelompok pembunuh bayaran darah merah. Selesai," sambung Aying sambil menusuk jantung Ketua pembunuh bayaran.
"Sepertinya masih ada yang kurang, karena ini adalah pembantaian lebih bagus kalau aku tinggalkan sedikit petunjuk," ucap Aying.
Aying menggambar tengkorak dari darah di kepala Ketua pembunuh bayaran di lantai,, tidak berhenti sampai disitu dinding dipenuhi Aying dengan kata mati.
Setelah mengelap pedangnya dan memasukkan kembali ke cincin ruang Aying bergegas pergi. Permulaan dendamnya baru saja dimulai, masih banyak yang harus dibantai habis tapi sebelum itu Aying berpikir untuk menguasai kelima elemen terlebih dulu.
Aying yang sudah menyimpan jubahnya kembali berjalan pergi, elemen pertama yang harus dikuasainya adalah air dirinya harus mencari tempat yang sangat kaya akan air.
"Laut, hanya laut yang cocok untuk berlatih menguasai elemen air," ucap Aying sambil terus berjalan.
Setelah berjalan selama dua hari Aying tiba di pelabuhan terdekat, Aying bergegas naik ke salah satu kapal tanpa mempedulikan ke mana tujuan kapal.
Brrrrraaaaaaaaaaaak.
Brrrrrrrraaaaaaaaaaaak.
Brrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaak.
Baru saja Aying menutup mata suara keributan memekik telinganya, Aying menggertakkan giginya sambil berusaha kembali untuk tidur.
"Semua dengar, jika kalian ingin selamat serahkan barang berharga kalian, jika tidak ingin selamat pilih sendiri jalan kematian kalian dengan melompat atau kami bunuh," teriak Ketua perampok kapal.
Semua yang ada di atas kapal ketakutan, semuanya tentu saja rela memberikan harta mereka dari pada mati begitu saja.
Masih belum puas dengan hasil jarahannya Ketua perampok berjalan memutari kapal, melihat seorang wanita yang tertidur Ketua perampok tersenyum dan langsung mengguyurkan air.
Aying yang basah perlahan membuka matanya, seluruh tubuhnya yang basah membuatnya langsung berdiri dan mencoba mengeringkan bajunya.
"Apa kamu bodoh, aku yang menyiram mu, serahkan semua barang berharga yang kamu bawa atau pilih sendiri jalan kematian mu mungkin jika kamu menyerahkan tubuh mu aku akan mempertimbangkan untuk tidak membunuhmu," ucap Ketua perampok.
"Heeeeeh, apa kamu berbicara padaku," sahut Aying tanpa mempedulikan perampok yang mengelilinginya.
"Hahahahahaha, Tentu saja, kamu pikir orang bodoh mana yang kami ajak bicara, cantik cantik ternyata bodoh, " ucap Ketua perampok sambil tertawa.
Aying menyunggingkan bibirnya dan berjalan santai ke arah Ketua perampok, tepat saat Aying berdiri di depannya Aying tersenyum dan menancapkan cakar Harimau api ke jantung Ketua perampok.
"Berani mencari masalah denganku yang hanya diam sama saja mencari mati," ucap Aying.
Bleeeeeeeees.
Aying mengeluarkan jantung Ketua perampok dan melemparkannya ke laut, Ketua perampok yang mati saat itu juga membuat semua yang ada di kapal menjerit histeris.
"Dasar orang-orang aneh, jika dia tidak mati kalian semua yang akan mati kenapa hanya diam," ucap Aying sambil kembali berbaring.
"Yang dikatakannya memang benar, tunggu apalagi bunuh mereka semua," teriak salah satu penumpang.
Buuuuuuuug, buuuuuuuuug.
Braaaaaaaaaaaaaaaak.
Aying membangkitkan keberanian semua penumpang yang ada di kapal, hanya dalam hitungan menit anggota perampok berhasil dibunuh dan dilempar ke laut.
Para penumpang yang ingin berterima kasih kembali menghampiri Aying, melihat Aying yang tertidur semua terdiam dan mencoba tidak bersuara sedikitpun sebelum Ayinf terbangun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments