Menjual

Wang masih penasaran dengan perkataan Aying, apa di kehidupannya yang dulu Aying lernah menguasai kelima unsur itu dan masih mengingat caranya. Kalau memang benar tentu saja sangat mudah untuk Aying menguasai kelima elemen itu, tapi kalau di kehidupan sebelumnya Aying belum pernah menguasai semuanya ingin menguasai salah satu dari elemen itu saja sangat sulit.

"Kamu, apa di kehidupanmu yang dulu pernah menguasai kelima elemen itu?" tanya Wang yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Tidak," sahut Aying.

"Lalu bagaimana caramu ingin menguasainya, murid dari serikat penyihir saja hanya bisa menguasai satu elemen dan kamu malah mau menguasai semuanya," ucap Wang.

"Sudah aku bilang aku memiliki cara sendiri," sahut Aying sangat santai.

"Baiklah, kalau begitu tunjukkan padaku caranya," ucap Wang.

"Caranya hanya ketenangan batin," sahut Aying,

Wang semakin tidak mengerti apa yang dimaksud Aying apa hubungannya dengan 5 unsur dan ketenangan, semakin dipikirkan Wang semakin bingung sendiri.

"Sudahlah kita bahas yang lain saja, setelah ini apa yang akan kamu lakukan?" tanya Wang.

"Kita akan berpergian jauh dan membutuhkan banyak kepingan emas, jadi aku ingin membuat banyak pil sebelum berangkat dan menjualnya," ucap Aying.

"Baguslah. Ahhhhhhhh, aku lelah berpikir, dari sekarang sampai beberapa hari ke depan aku akan beristirahat aku berharap kamu tidak menemukan masalah saat di perjalanan nanti," sahut Wang.

"Masalah apa yang berani mendatangiku," ucap Aying pelan.

Aying kembali mengeluarkan semua bahan herbal yang masih dimilikinya, sama seperti sebelumnya bahan dibagi menjadi dua bagian, Aying ingin membuat beberapa ramuan dan pil untuk berjaga-jaga jika dirinya sendiri membutuhkannya.

Sambil menunggu pil nya jadi Aying mulai meracik ramuan, Aying mulai meracik ramuan herbal penambah energi dan ramuan racun kematian. Tak menunggu waktu lama semua pil yang dibuat oleh Aying telah siap. 5 pil menerobos tingkat, 5 pil anti racun, 5 pil kecantikan dan 1 pil rahasia.

Setelah menyimpan semuanya ke beberapa botol Aying bersiap kembali ke kota, masih sama seperti sebelumnya Aying masuk ke dalam kota menggunakan token dari Raja Duan Wei dan berganti menggunakan jubah tidak jauh dari gerbang kota.

Aying dengan penuh kemisteriusannya berjalan memasuki rumah lelang dan menghampiri Wei, Wei yang melihat Aying datang kembali hanya lewat beberapa hari merasa sangat terkejut, Wei langsung berpindah ke ayahnya dan membangunkan sang ayah yang sedang tertidur.

"Apa kamu tidak melihat ayah baru saja tertidur," ucap Pak tua Hu yang masih menutup matanya.

"Dia datang lagi," sahut Wei.

"Dia siapa? Kalau dia yang mencari tungku kamu tinggal bilang tungku sudah terjual," ucap Pak tua Hu.

"Haaaaaah, kalau begitu aku akan bilang pada orang yang ayah beri tungku itu kalau ayah tidak ingin menemuinya," sahut Wei bersiap pergi.

Mata pak tua Hu yang terpejam terbuka lebar, pak tua Hu langsung melompat dari tempat tidurnya dan menatap Wei yang menggelengkan kepala.

"Di mana dia sekarang?" tanya pak tua Hu.

"Ada di depan, dia masih sama seperti sebelumnya masih sangat misterius," ucap Wei.

"Semakin tertutup orang itu semakin tinggi yang ada di belakangnya kamu tidak perlu mengurusi itu, biar ayah sendiri yang mengurusnya," sahut pak tua Hu sambil berjalan pergi melewati Wei.

Pak tua Hu berjalan ke arah Aying yang hanya berdiri dan menundukkan kepalanya, Pak tua Hu bergegas duduk di depan Aying dan meminta pelayannya untuk menutup rumah lelang.

"Kamu datang kemari pasti ada keperluan," ucap pak tua Hu.

"Tentu saja, yang pertama aku ingin menjual ini semua," sahut Aying menaruh botol di depan pak tua Hu.

Pak tua Hu membuka satu persatu botol di depannya mencoba mencium bau dari yang ada di dalam botol, baru mencium satu botol pak tua Hu menatap Aying dan menaruh kembali botol yang dipegangnya.

"Dua hari, dua hari lagi aku akan bantu melelang pil-pil ini," ucap pak tua Hu.

"Guruku membutuhkan keping emas untuk membuat banyak pil, guru memintaku menjual ke rumah lelangmu karena merasa berhutang budi padamu," sahut Aying.

"Tapi ini semua sangat mahal, dari baunya saja bisa dipastikan kalau ini sangat murni," ucap pak tua Hu.

"Kamu bisa mengambil semua keuntungan itu, cukup beri aku harga normalnya saja," sahut Aying.

"Kalau begitu baiklah, biasa harga normal 30 keping emas aku akan memberimu 40 keping emas persatu butir pilnya," ucap pak tua Hu.

"Sepakat," sahut Aying.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkannya," ucap pak tua Hu yang langsung berjalan kembali ke kamarnya.

Wei yang melihat ayahnya kembali masuk ke kamar merasa sangat penasaran apa yang dibicarakan ayahnya pada Aying, belum sempat Wei bertanya dirinya mendengar ayahnya yang terus bergumam sendiri.

"Berbuat baik menghasilkan baik, aku tidak menyesal," ucap pak tua Hu sembari berjalan ke luar membawa sepeti kecil kepingan emas.

"Ini, di dalam sini terdapat 320 keping emas ini harga dari keenam pil yang ada di atas meja itu," ucap pak tua Hu

"Di atas tutup botol sudah kutulis nama pil itu, semoga pil itu laku terjual," sahut Aying sambil mengambil peti yang dipegang pak tua Hu.

"Dan satu lagi, guruku memberi ini khusus untukmu," sambung Aying.

"Apa ini?" tanya pak tua Hu.

"Ramuan racun titik kematian, ramuan itu setetes saja bisa membunuh tanpa membuat curiga," ucap Aying setengah berbisik.

"Hahahaha, kalau begitu aku akan menerimanya dengan senang hati, beritahu gurumu jika ingin menjual pil datang saja kemari lagi," sahut pak tua Hu dengan wajah yang sangat gembira.

"Tentu saja, kalau begitu aku langsung ke keperluanku yang kedua, dari kota ini di mana markas kelompok pembunuh bayaran terdekat?" tanya Aying.

"Dari kota ini kelompok pembunuh bayaran yang terdekat berada di desa mati, jaraknya 7 kilometer dari sini," ucap pak tua Hu.

"Heeeem, apa nama kelompok pembunuh bayaran itu?" tanya Aying lagi.

"Kelompok pembunuh bayaran darah hitam, kalau boleh tau ada keperluan apa kamu bertanya tentang kelompok pembunuh bayaran?" tanya pak tua Hu balik.

"Itu urusanku, aku pergi dulu," sahut Aying.

Sebelum meninggalkan kota Aying meminum seteguk ramuan penambah energi yang dibuatnya, saat ini tubuhnya masih jauh dari kata kuat dengan bantuan ramuan energi setidaknya energinya akan terus bertambah dan bisa mengurangi rasa lelahnya.

Aying berjalan ke luar kota menuju desa mati yang dikatakan pak tua Hu, Aying sudah tidak sabar pembalasannya akan segera dimulai dan kelompok pembunuh bayaran darah merah adalah target pertamanya.

"Kalian semua tunggulah kedatanganku," ucap Aying sambil mengepalkan tangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!