Satu persatu peserta kalah dengan lawan masing-masing, yang tersisa hanya 12 orang termasuk Aying yang menang pertama.
Teng.
Lonceng kembali dibunyikan pertanda babak pertama selesai, babak kedua yang akan segera dilaksanakan di sambut dengan tenang oleh Aying.
"Babak selanjutnya pertarungan tidak berdasarkan nomor, siapa yang ingin menantang siapa dipersilahkan, bahkan bisa membuat kelompok untuk mengalahkan yang mereka mau," ucap kasim menyampaikan sesuai yang dikatakan Kaisar sebelumnya padanya.
Aying hanya tersenyum mendengar perkataan sang kasim, aturan babak kedua sudah direncanakan oleh Kaisar Duan Wei Aying yakin setelah ini dirinyalah yang akan dijadikan target para peserta.
"Kami berlima ingin menantang dia," ucap Hong La anak saudagar kaya yang sangat sombong, Hong La bahkan membayar peserta jauh sebelum pertandingan dimulai agar siapapun yang menang ikut bersamanya untuk menyerang Aying.
"Bagaimana Aying? kamu berhak menolak," sahut sang kasim seperti meremehkan.
"Aku tidak menolak, biar lebih cepat kalian semua langsung saja menyerang ku," ucap Aying dengan santai.
"Sombong sekali, jangan menyesali perkataanmu," sahut Kaisar yang semakin kesal pada Aying.
"Aku tidak akan menyesal," ucap Aying.
"Kalian lawan saja dia, aku ingin melawan siapa yang bertarung terakhir," ucap Gen Dis gadis yang duduk di pinggir arena.
"Bagus, kalau begitu kami bersembilan yang akan melawannya, siapapun namamu kamu harus ingat pedang kami tidak memiliki mata jika mengenaimu bahkan sampai membunuh mu itu bukan salah kami," teriak Hong La.
"Berisik, maju saja akan kubuat kalian semua berlutut," ucap Aying.
Teng teng teng.
Lonceng kembali dibunyikan pertanda pertandingan di mulai,
Hong La dan sembilan orang lainnya mengelilingi Aying yang hanya diam tanpa mempersiapkan apapun, dari tempat duduknya Kaisar Duan Wei tersenyum kali ini Aying pasti akan kalah pikir Kaisar.
Wheeeeeeeeeeeessssssss.
Hong La mengayunkan pedangnya diikuti peserta lainnya menyerang ke arah Ayingng. Tanpa senjata Aying hanya bisa menghindar untuk sementara, gerakan cepat Aying membuatnya bisa menghindari semua serangan, setelah mempelajari setiap gerakan lawannya Aying kembali menghentikan langkahnya.
"Serang dia, sepertinya dia sudah kelelahan," ucap Hong La memerintah
.
Wheeeeeeessss.
Aying menangkap satu persatu pedang yang mengarah padanya hanya dengan satu tangan, dalam sekali tarik pedang di tangan semua terlepas dan terlempar menjauh.
Aying mengambil kesempatan berlari ke arah para peserta, Aying memukul semua peserta tepat di belakang leher dengan cepat, cara cepat melumpuhkan lawan tanpa membunuh yang dulu dikuasainya ternyata sangat berguna untuknya saat ini.
Melihat sepuluh peserta tidak sadarkan diri termasuk Hong La para juri merasa sangat takjub, baru kali ini mereka menyaksikan pertandingan pemula yang sangat memukau.
"Sekarang giliran ku," ucap Gen Dis.
"Ambil ini, aku tidak ingin dikira menindas yang lemah," sambung Gen Dis melempar ke arah Aying salah satu pedang milik peserta.
"Apa kamu yakin aku menggunakan pedang," sahut Aying.
"Memangnya kenapa? mereka kalah karena lemah tapi beda denganku," ucap Gen Dis.
"Aku menyukai percaya dirimu, kalau begitu majulah," sahut Aying.
Wheeeeeeeeessssssss.
Teng teng teng.
Aying menangkis pedang Gen Dia dengan mudah, Aying bahkan melakukannya hanya dengan satu tangan.
"Apa hanya segini kemampuan mu?" ucap Aying sengaja memancing emosi Gen Dis.
"Kamu meremehkan ku, terima ini" sahut Gen Dis.
"Pedang tanpa bayang," teriak Gen Dis.
Wheeeeeeeeeeeeeeessssssss.
Duuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaaar.
Jurus pedang yang dikeluarkan Gen Dis membuat ledakan tepat di tempat Aying berdiri, Gen Dis yang mengira jurus pedangnya berhasil mengalahkan Aying bersiap turun dari arena.
"Apa itu yang kamu banggakan," ucap Aying yang ke luar dari asap sisa ledakan.
Gen Dis memutar badannya menatap Aying, Gen Dis tidak percaya Aying baik-baik saja setelah terkena jurusnya.
"Caramu mengeluarkan jurus itu salah, apa mau aku betulkan," ucap Aying lagi.
Gen Dis berpikir jika Aying saja bisa terhindar dari jurusnya bisa dibilang dia bukan orang biasa, perkataannya yang ingin membetulkan jurus darinya pasti bukan omong kosong belaka.
"Tidak perlu, aku menyerah," sahut Gen Dis.
"Suatu hari nanti saat bertemu lagi aku akan mengalahkan mu," sambung Gen Dis.
"Kalau begitu, bisa ditentukan sekarang siapa pemenangnya," ucap Aying.
Teng.
Lonceng berbunyi tanda pertandingan berakhir, ketiga juri yang di pilih Kaisar langsung turun ke arena dan mengangkat tangan Aying.
"Selamat, kamu sudah menjadi pemenang bagaimana jika masuk ke salah satu perguruan kami," ucap Ketua Yuriu dari perguruan Matahari.
"Tidak, aku tidak ingin berguru," sahut Aying cepat.
"Kenapa tidak kamu pikirkan dulu," ucap Ketua Yuriu lagi.
"Aku tidak perlu berpikir, jawaban ku tetap sama," sahut Aying.
Ketiga ketua langsung terdiam saling pandang, ketiganya baru tau kenapa Kaisar sangat kesal pada Aying ternyata Aying sangat sombong bahkan berani menolak mentah-mentah tawarannya.
"Aku tidak menyangka kesombonganmu sesuai dengan kemampuanmu, ambillah token ini sebagai hadiah utama pemenang sisanya akan aku kirim ke rumah keluarga mu," ucap Kaisar Duan Wei.
"Aku menerimanya," sahut Aying sambil berlalu pergi.
"Ahhhhh, aku tau kenapa sebelumnya Kaisar mencoba mempersulitnya," ucap Ketua Yuriu.
"Awalnya aku tidak suka karena dia sombong bahkan aku sebagai Kaisar saja tidak dihargainya, tapi melihat kemampuannya aku jadi yakin satu hal dia bukan pemula aku tidak boleh mencari masalah dengan nya," sahut Kaisar Duan Wei.
Sampai di gerbang istana Aying yang belum dijemput memutuskan berjalan kaki, Aying ingin mengejutkan ibu barunya itu bahwa dirinya berhasil menjadi pemenang dan membawa nama baik bagi keluarga.
Di jalan Aying beberapa kali melihat pembunuh bayaran melewatinya, Aying membiarkan mereka semua karena sadar dirinya belum mampu melawan para pembunuh bayaran itu dan yang terpenting bagi Aying para pembunuh bayaran itu tidak mencari masalah terlebih dulu padanya.
Jauh sebelum memasuki wilayah keluarganya Aying menghentikan langkahnya di sebuah tempat makan, Aying ingin mengisi perutnya sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.
"Apa kamu sudah mendengarnya?" tanya seorang pria yang duduk tidak jauh dari Aying.
"Apa maksudmu berita tentang hancurnya keluarga nyonya besar itu?" sahut pria lainnya.
"Aku dengar nyonya itu dan seluruh yang ada di dalam rumah mati di bunuh, untuk sekarang yang tersisa hanya Putrinya yang menghadiri kompetisi kerajaan," timpal pria yang baru datang.
Aying yang mendengar pembicaraan ketiganya tiba-tiba memiliki firasat tidak enak, Aying langsung menghampiri ketiganya dan duduk di depan mereka.
"Berita yang kalian bicarakan di mana tempatnya?" tanya Aying.
"Ahhhh kamu ketinggalan beritanya ya, nyonya besar yang tinggal di selatan itu," sahut pria di depan Aying.
Jeddddddddaaaaaaarrrrr.
Aying bagai disambar petir, rumah ibunya terletak di bagian selatan dan ibunya adalah nyonya terkenal, mungkinkah yang sedang dibicarakan mereka adalah ibu barunya pikir Aying.
Aying langsung berlari meninggalkan tempat makan, dirinya ingin memastikan sendiri apa benar yang dikatakan orang-orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments