Turun Dari Kapal

Hembusan angin terasa sangat kencang, Aying yang tertidur perlahan membuka matanya, Aying berdiri di pinggir kapal sambil memperhatikan sekelilingnya, saat ini dirinya sudah berada di tengah-tengah laut dan tempat seperti itu yang cocok untuknya menguasai unsur air.

Byuuuuuuuuuuuuuuur.

Suara air mengejutkan semua orang yang ada di kapal, saat melihat ke arah tempat tidur Aying mereka menggelengkan kepala tidak percaya, bagaimana bisa orang yang menyelamatkan mereka malah menceburkan diri ke laut.

"Bagaimana ini, apa kita menolongnya?" tanya seorang wanita.

"Dia bisa membunuh Ketua perampok dengan tangan kosong, memangnya apa yang bisa kita bantu," sahut lainnya.

Aying yang menceburkan diri ke laut bergegas menyelam ke dasar, di kehidupan sebelumnya dirinya tau bagaimana cara bernafas di dalam air dan itu bisa digunakannya sekarang.

Sampai di dasar laut Aying duduk bersila, Aying mencoba tetap tenang dan memfokuskan tubuhnya agar menyatu dengan laut.

Dinginnya air laut malam hari tak menyurutkan semangat Aying, dalam diamnya Aying bisa merasakan tubuhnya berputar mengitari pusaran air. Ketenangan adalah salah satu kunci keberhasilan, tak peduli bagaimana air terus membawa tubuhnya berputar Aying mencoba tetap tenang.

"Di mana ini," ucap Aying yang tiba-tiba berdiri di atas air.

Wheeeeeeeeessssss.

Air menerpa Aying yang masih kebingungan, tubuh Aying dipenuhi goresan air yang baru menerpanya sangat tajam terkena setetes saja membuatnya terluka.

Aying mencoba tetap tenang semua rasa sakit yang dirasakannya saat air menggoresnya mencoba tak dihiraukannya, pendirian Aying yang sangat kuat, dan tak melawan serangan air yang terus-menerus mengarah padanya tiba-tiba saja merasakan serangan menghilang.

Tangan Aying yang baru mengepal tiba-tiba mengeluarkan buih, Aying cukup terkejut melihatnya, tidak mungkin secepat itu dirinya sudah berhasil menguasai elemen air.

"Aku menghargai usahamu, ketenangan dan keteguhan mu memang pantas dihargai, pergilah," ucap suara yang tidak tau dari mana asalnya.

Aying menganggukkan kepalanya dan bergegas naik ke atas. Saat Aying turun sebelumnya dirinya sama sekali tidak memberitahu kapal untuk menunggunya, sepertinya dirinya hanya bisa menunggu kapal lain lewat.

"Itu, itu dia yang menyelamatkan kita," teriak seorang wanita yang sedari tadi berdiri dipinggir kapal.

Suara teriakan sang wanita memanggil banyak orang berkumpul, semua yang ada di kapal merasa berhutang budi pada Aying itu kenapa mereka tetap menunggu Aying walau sudah sehari semalam berada di tengah laut.

Semua yang ada di atas kapal saling bahumembahu membantu Aying kembali naik ke kapal, seorang pedagang yang ada di kapal bahkan memberikan Aying baju baru untuk mengganti bajunya yang basah.

Haaaaaaaah.

Aying menghela nafas panjang, baru kali ini dia mendapatkan perlakuan seperti sekarang. Di kehidupan sebelumnya dirinya yang Ketua Klan sangat disegani dan dibenci, karena disegani tidak ada yang berani berbuat apa-apa tanpa perintahnya dan karena dia juga dibenci kebanyakan tidak akan ada yang peduli padanya.

"Kenapa kalian masih di sini?" tanya Aying.

"Kamu sudah membantu kami dari para perampok itu, tentu saja kami harus balas budi," ucap seseorang.

"Jadi, sekarang sudah balas budi diantara kita impas bukan," sahut Aying.

Semua orang di atas kapal saling pandang satu sama lain, bisa dibilang menunggu Aying adalah balas budi mereka, jadi yang dikatakan Aying ada benarnya diantara mereka sudah impas.

"Karena sudah impas kalian urus saja urusan kalian sendiri, jangan lagi menggangguku," ucap Aying.

Semua orang yang mengerumuni Aying satu persatu kembali ke tempat semula, sebagian bahkan saling berbisik mengatakan bahwa Aying sangat sombong dan mereka menyesal telah membantunya.

Aying sengaja melakukannya, dirinya tidak ingin membuka hubungan dengan banyak orang luar karena tidak selamanya orang yang baru dikenal akan menjadi teman sampai akhir.

Sampai di pelabuhan Aying bergegas turun terlebih dulu, Aying berjalan pergi meninggalkan pelabuhan mengikuti langkah kakinya.

Setibanya di kota Aying langsung mencari penginapan untuknya beristirahat dan mencoba melihat apa unsur air benar sudah dikuasainya.

Aying duduk di samping tempat tidur sambil membuka tangannya, awal mula mengeluarkan unsur tidak semudah setelah terbiasa mengeluarkannya.

Aying perlahan membuka telapak tangannya dan mencoba mengeluarkan unsur airnya, di telapak tangannya Aying bisa merasakan sesuatu tertahan dan menutupi air yang ingin ke luar dari telapak tangannya.

Aying menghela nafas panjang, dirinya lupa satu hal yaitu ketenangan yang menjadi segalanya.

Setelah menghela nafas Aying menutup matanya dan perlahan kembali membukanya, Aying mencoba kembali mengeluarkan air dari tangannya sama seperti sebelumnya.

Air dari tangan Aying ke luar dan langsung masuk kembali, Aying yang sudah melihatnya merasa benar adanya, sekarang dirinya sudah berhasil menguasai umsur air dan hanya perlu berusaha mengendalikannya saja.

Aying berusaha mencoba kembali mengeluarkan air dari dalam tangannya, tak lama Aying melihat perlahan air sedikit demi sedikit ke luar dari tangannya.

Berusaha semalaman penuh membuahkan hasil yang sempurna untuk Aying, saat ini unsur air sudah bisa dikendalikannya dan diubah sesuka hatinya.

"Heeeeeeh, unsur air memang cukup sulit, tapi ke depannya elemen lainnya akan lebih sulit dari elemen air ini," ucap Aying.

"Apa yang sedang kamu buat?" tanya Wang yang baru bangun dari tidurnya.

"Berusaha menguasai kelima elemen, dan aku sudah berhasil menguasai salah satunya," ucap Aying.

"Sejak kapan kamu belajar bercanda? aku bertanya serius padamu," sahut Wang yang langsung ke luar dari tubuh Aying.

"Apa ini yang kamu sebut bercanda," ucap Aying.

Aying memperlihatkan ke Wang air yang keluar dari tangannya, Aying juga memperlihatkan ke Wang kalau dirinya bisa merubah bentuk air menjadi es.

"Jadi, kamu benar-benar sudah menguasai elemen air," ucap Wang.

"Tentu saja, setelah ini aku bahkan ingin menguasai elemen logam," sahut Aying dengan santai.

Wang menggelengkan kepalanya, baru beberapa hari dirinya tertidur sebenarnya apa saja yang sudah dilewatkannya.

"Jadi saat aku tertidur apa saja yang kamu lakukan? Kamu tidak menemui masalah besar bukan?" tanya Wang.

"Apa membantai juga masalah besar buatmu?" tanya Aying balik.

"Membantai siapa?" tanya Wang yang benar-benar tidak mengerti.

Saat dirinya tertidur dirinya akan tertutup dari dunia luar, semua gerakan Aying dan apa yang dilakukannya sama sekali tidak dirasakan olehnya.

"Pembunuh bayaran darah hitam," ucap Aying.

"Apa!" sahut Wang yang terkejut.

"Kamu langsung bergerak membalas dendam sendirian, kenapa kamu bersenang-senang tidak menungguku," ucap Wang.

"Bukannya masih ada lain waktu untuk kamu ikut bersenang-senang, sebelum pergi aku meninggalkan tanda aku berharap kelompok pembunuh bayaran lainnya segera mengetahuinya, karena aku lebih suka membantai mereka dalam ketakutan mereka itu sendiri," sahut Aying, Aying tersenyum menatap langit kamar tempatnya menginapnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!