Meningkatkan Tingkatan

Aying kembali berkeliling pasar mencari api suci untuknya membuat Pil, sampai di ujung pasar Aying melihat sebuah rumah kecil bertuliskan menjual aneka api suci, Aying yang memang sangat membutuhkan api suci langsung berjalan ke arah rumah kecil itu dan masuk ke dalamnya.

"Permisi, apa ada orang," ucap Aying yang baru masuk beberapa langkah.

"Ahhhhh, ada pembeli rupanya," sahut nenek tua.

"Kamu kemari pasti ingin mencari api, kamu lihat-lihat saja dulu yang mana yang menurutmu cocok ambillah," ucap sang Nenek.

"Baik," sahut Aying.

Feng memperhatikan satu persatu api yang berada di dalam botol kaca, warna api yang dilihatnya sangat beraneka ragam namun sayang semua api bersifat setengah jadi.

"Sudah berapa lama buka di sini Nek?" tanya Aying sambil terus memperhatikan api.

"Sudah sangat lama, Tempat ini dan semua api yang ada di sini adalah peninggalan anakku itu kenapa aku tetap tinggal di sjni dan menjualnya," ucap sang Nenek.

Aying mengeluarkan beberapa keping emas dan menaruhnya di meja dan Nenek, walau Ayung tidak menemukan api yang cocok untuknya tapi melihat sang Nenek yang tinggal sendiri diusia setua itu membuatnya merasa kasihan.

"Maaf Nek api yang kucari tidak ada di sini, Nenek terima saja ini," ucap Aying.

"Nak aku memang tua tapi aku bukan pengemis," sahut sang Nenek.

"Aku juga tidak menganggap Nenek seperti itu, aku memberikan itu karena aku menghargai orang yang lebih tua dariku," ucap Aying.

"Kalau begitu aku pergi dulu Nek, diusia Nenek sekarang Nenek harus menjaga diri baik-baik," sambung Aying yang bersiap pergi.

"Tunggu, tunggu wanita muda," ucap sang Nenek.

Panggilan sang Nenek menghentikan langkah Aying, Aying memutar badannya menatap sang Nenek yang berjalan ke arahnya dibantu tongkat kayu yang ada di tangannya.

"Aku terima niat baikmu, tapi sebagai gantinya kamu juga harus menerima niat baikku," ucap sang Nenek membuat Aying kebingungan.

"Maksud Nenek?" tanya Aying.

Sang Nenek memegang tangan Aying sambil tersenyum, Aying yang tidak tau apa yang dilakukan dan Nenek hanya diam dan terus memperhatikannya.

Dari tangan sang Nenek Feng bisa merasakan sesuatu yang panas berpindah ke telapak tangannya, semakin lama panas yang dirasakan Aying masuk ke dalam tangannya dan menyebar ke seluruh tubuhnya bagai di sambar petir.

"Jaga itu baik-baik wanita .uda," ucap suara sang Nenek yang terdengar sangat jauh.

Pooooook.

Tepukan di pundaknya mengejutkan Aying, Aying bergegas memutar badannya ingin melihat siapa yang menepuk pundaknya.

"Apa yang kamu lakukan di sini? wania muda seperti mu bisa dalam bahaya jika berada di tempat seperti ini sendiri," tanya seorang ibu-ibu menatap Aying penuh heran.

"Aku hanya ingin membeli api," ucap Aying.

"Api apa?" tanya ibu itu lagi.

"Haaaaah."

Aying langsung mundur, Aying tidak percaya rumah kecil yang dilihatnya tadi sudah tidak ada.

"Sudahlah ini mau malam kamu lebih baik segera pergi dari sini," ucap ibu itu sembari meninggalkan Aying.

"Rumah tadi ke mana perginya," ucap Aying bertanya-tanya sendiri.

"Haaaaah, itu bukan rumah benaran. Ada sesosok roh Nenek yang menipumu, sebelum kamu sampai di rumah itu aku sudah berusaha memanggilmu tapi tidak kamu dengar," sahut Wang.

"Menipu bagaimana?" tanya Aying tidak mengerti.

"Itu hanya perkiraan ku saja," sahut Wang.

"Jadi apa yang kamu lihat di dalam rumah itu?" tanya Wang balik.

"Rumah itu menjual bermacam-macam api suci setengah jadi tapi karena tidak ada yang cocok denganku aku tidak membelinya," ucap Aying.

"Benarkah? Lalu apa yang ada di tubuhmu itu, coba kamu buka telapak tanganmu," sahut Wang.

Tepat setelah Aying tersadar Wanh bisa melihat di tubuh Aying memancar api suci, api suci yang seharusnya hanya bersemayam di telapak tangan malah bersemayam di seluruh tubuh Aying.

"Ini," ucap Aying yang baru membuka telapak tangannya.

Api berwarna biru terang membara di tangan Aying, Aying tiba-tiba teringat sebelum tersadar tadi sang Nenek menggenggam tangannya dan memintanya menjaga apa yang diberikannya.

"Apa kamu tau api apa itu?" tanya Wang.

"Aku belum pernah melihatnya sebelumnya," tanya Aying.

"Tentu saja kamu belum pernah melihatnya, itu bernama api es biru api suci yang hanya bisa di dapat dari benua es salju" sahut Wang.

"Di mana lagi benua Es itu? Aku baru kali ini mendengarnya," ucap Aying.

"Lupakan itu, sekarang kamu sudah memiliki api suci dan tungku kamu sudah bisa membuat ramuan dan pil bukan," sahut Wang mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja," ucap Aying yang langsung berjalan pergi.

Sebelumnya Aying yang sudah dibekali oleh ibu barunya cincin ruang saat berangkat ke kompetisi mempermudah Aying menyimpan semua yang dibelinya, Aying bahkan menyimpan pedangnya karena tidak ingin ada yang mengenali pedang miliknya.

Aying mencari penginapan yang jauh dari keramaian agar tidak mengganggu orang sekitarnya, setelah berkeliling Aying yang tidak menemukan tempat yang cocok terpaksa langsung berjalan ke luar kota dan menuju sungai terdekat.

"Kenapa kamu malah ke sini?" tanya Wang.

"Aku punya cara sendiri," sahut Aying.

Bulan yang bersinar terang di atas seperti mendukung Aying yang bersiap meracik ramuan, sebelum itu Aying lebih dulu mengeluarkan bahan-bahan herbal yang akan digunakannya untuk membuat pil.

Satu persatu bahan dimasukkan ke dalam tungku, setelah merasa semua cukup Aying mengeluarkan api biru es miliknya di tangannya dan melemparkannya ke tungku.

Sambil menunggu pil jadi Aying menyiapkan bahan yang digunakannya untuk berendam, satu persatu bahan diremasnya dan digosok ke seluruh tubuhnya.

"Seharusnya aku membutuhkan bak khusus, tapi seperti ini saja sudah cukup bagus," ucap Aying.

Melihat tungku bergetar dan mengeluarkan asap Aying bergegas membuka tungku, 5 pil penerobos tingkat yang sudah jadi diambil Aying satu dan langsung menelannya.

Bloooook blooooook blooooooook.

Buih mengelilingi Aying yang berendam sambil menutup matanya, dari tubuhnya asap terus mengepul asap yang awalnya putih berubah menjadi hitam dan perlahan menghilang.

Semalaman penuh Aying terus berendam. Matahari pagi yang menyinari matanya membuatnya perlahan membuka matanya.

Aying bisa merasakan kultivasinya meningkat, saat mengepalkan tangan Aying merasa kekuatannya bertumpu menjadi satu. Aying berpikir tidak sia-sia dirinya dulu menjadi Ketua Klan, pil dan ramuan yang digunakan untuk berendam benar-benar ampuh.

"Lumayan, menerobos sampai ranah Qi bintang 1 akhir, tapi berturut-turut terus menerobos tingkat tidak bagus bagi tubuhmu," ucap Wang.

"Aku tahu itu, saat ini selain menerobos tingkat aku juga harus memiliki keahlian lain," sahut Aying.

"Maksudmu menguasai jurus," ucap Wang.

"Itu salah satunya, dan satu lagi aku ingin menguasai 5 unsur alam," sahut Aying.

"Apa," Wang terkejut mendengar perkataan Aying.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!