\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Hari ini sejak pagi suasana di panti asuhan Kasih
Bunda sudah di warnai kesibukan. Namun sesuai
permintaan dari Tuan Adiyaksa, pernikahan ini
akan di adakan secara tertutup, sesungguhnya
itu adalah syarat yang telah di tetapkan oleh cucu
Tuan Adi sendiri. Dia terpaksa menerima semua
perjodohan ini dengan catatan dan berbagai
syarat yang di ajukan.
Saat ini Kanaya bersama dua orang MUA yang
sengaja di kirim oleh Tuan Adi tengah berada di
dalam kamar. Waktu menunjukan pukul 9, sedang
ijab kabul pernikahan akan di langsungkan pukul
10 tepat, mengingat Aham tidak punya banyak
waktu karena dia memutuskan untuk tidak libur
dari semua kesibukannya.
Kedua orang MUA yang telah selesai membantu
merias sedikit wajah Naya saat ini tampak terdiam
terkesima menyaksikan bagaimana bercahaya nya
sang pengantin. Sungguh Kanaya bagaikan sebuah
rembulan yang begitu mengagumkan. Di lengkapi
dengan gaun pengantin warna putih, menambah
aura kecantikannya semakin terkesan begitu
berbeda dan istimewa.
Saat ini di halaman rumah utama tampak
beberapa mobil mewah telah tiba, Tuan Adi
keluar dari dalam mobil utama di dampingi
oleh asisten pribadi nya di kawal ketat oleh
dua orang bodyguard.
Ini cukup aneh, karena ibu kandung dari Aham
tidak turut datang untuk menghadiri pernikahan putranya ini. Selain itu Aham juga belum terlihat kehadirannya.
Tuan Adi langsung masuk ke dalam rumah di
sambut oleh orang-orang dari KUA juga Ibu
Halimah beserta ketua RW dan ketua RT
setempat yang akan menjadi saksi pernikahan ini.
Semua orang terlihat duduk melingkar di ruang
tengah yang cukup luas.
"Tuan..Maaf sebelumnya, pernikahan akan di
laksanakan sesuai adat yang ada di sini."
Pak Penghulu tampak berbicara dengan tidak
lepas menundukan wajahnya. Tuan Adi
menatap sedikit bingung.
"Lakukan saja sesuai yang berlaku di sini."
"Baik Tuan, selama ijab kabul berlangsung,
mempelai wanita akan tetap berada di kamar.
Barulah setelah akad terjadi, dia boleh
menampakkan diri sekaligus menemui suaminya."
Pak Penghulu kembali menjelaskan. Tuan Adi
mengangguk faham.
"Lakukan semuanya dengan baik."
"Baik Tuan."
Mereka semua kembali duduk menunggu
kehadiran sang mempelai pria yang belum
kunjung datang.
Adik-adik panti Kanaya yang sudah sedikit dewasa
tampak ikut bergabung di antara para tamu untuk
menyaksikan sekaligus penasaran ingin melihat
seperti apakah sosok mempelai pria yang akan
menjadi calon suami kakak kesayangan mereka.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah 10,
namun Aham belum juga nampak batang
hidungnya membuat perasaan Tuan Adi
sedikit tidak nyaman, dari tadi dia sudah mulai
merasakan dadanya sedikit berdenyut nyeri,
namun dia berusaha untuk menahan segala
rasa tidak nyaman yang kini di rasakan nya.
Dia terlihat sedikit gelisah, kemudian memerintahkan asistennya untuk terus menghubungi Aham. Sang Asisten yang bernama Pak Bastian tampak sibuk menghubungi nomor Aham, namun berkali-kali di hubungi tetapi dia tidak mendapatkan respon sama sekali.
Pak penghulu dan beberapa tamu yang hadir
tampak saling pandang resah karena calon
mempelai pria tidak kunjung tiba. Wajah Ibu
Halimah terlihat sudah sedikit memucat
memikirkan berbagai hal buruk yang ditakutkan
akan terjadi pada pernikahan putri asuh nya ini, mengingat dia juga tahu pasti bahwa Tuan
Muda keluarga Mahendra itu tidak pernah bisa menerima perjodohan ini.
Namun di saat suasana semakin mencekam
akibat kegelisahan yang melanda, di halaman
depan tiba sebuah mobil sport warna merah
metalik. Semua orang tampak menatap penuh
harap kearah kedatangan mobil mewah tersebut.
Seorang lelaki muda bertubuh tegap yang baru
keluar dari balik kemudi segera berlari memutar
membuka pintu mobil sebelah nya. Dari dalam
mobil keluar seorang Pria muda dengan tubuh
tinggi gagah mengenakan setelan jas hitam
dengan potongan yang sangat pas di tubuhnya.
Aura kehadirannya yang kuat sudah terasa kedalam ruangan sewaktu dia masih berada di luar. Semua orang tampak terkesima melihat kemunculan pria muda itu.
Dialah sang calon mempelai pria, cucu satu-
satunya keluarga Mahendra, pewaris tunggal
seluruh kerajaan bisnis keluarga itu. Saat pria
itu muncul di dalam rumah, semua orang kecuali
Tuan Adi dan orang-orang nya, tampak hanya bisa terbengong saja menyaksikan ketampanan
Presdir AM Corp itu yang terlihat..Begitu tampan
saat di lihat dari jarak yang lebih dekat seperti ini.
Bagaimana wanita tidak akan bergetar hatinya
saat memandang nya, kalau para pria saja seakan tidak mampu berkedip saat melihat nya. Pria ini
benar-benar punya pesona ketampanan yang bisa
mematikan setiap kaum hawa yang berdekatan
dengannya. Terbukti adik-adik perempuan Kanaya
yang sudah beranjak dewasa tampak tidak bisa
melepaskan tatapannya dari wajah tampan Aham
yang begitu mendominasi ruangan itu.
Tapi..semua pesona ketampanannya yang luar
biasa mematikan itu, seakan terhalang dengan
fakta bahwa saat ini wajah nya begitu datar dan
dingin, bahkan cenderung mengeluarkan aura
intimidasi serta keterpaksaan yang sangat
kentara.Jauh dari rona wajah yang setidaknya
sedikit nyaman, apalagi bahagia..huuh jauuhh
dari semua hal positif seperti itu.
"Baiklah..kita mulai saja sekarang ijab kabul nya."
Tuan Adi menyadarkan semua orang dari keterpesonaan nya terhadap Aham. Pak
penghulu tampak tersenyum malu mengingat
dirinya juga ikut terhanyut. Akhirnya dia
berdehem dan mulai bersiap untuk memimpin
acara sakral ini.
Setelah semua siap, pak penghulu membuka
acara pernikahan ini dengan segala ritual dan
doa di awal sebelum acara inti.
Aham tampak sedikit lelah dan tidak tenang.
Namun melihat tatapan intimidasi yang di
hunuskan oleh sang Kakek, dia tampak kembali berusaha fokus.
Sementara itu, Kanaya yang berada di dalam
kamar tampak tidak tenang. Sebenarnya dia
masih setengah yakin atas semua yang tengah
terjadi pada dirinya saat ini. Bagaimana bisa
secara tiba-tiba dia harus menikah dengan
seseorang yang bahkan belum di kenalnya
sama sekali.
Tuhan..kalau ini semua adalah ketentuan yang
telah Engkau tetapkan untukku, semoga ini adalah
yang terbaik yang telah Engkau persiapkan untuk
hidupku ke depan..
Lirih Naya dalam doa nya. Saat ini dia hanya
duduk seorang diri. Sekuat tenaga Naya
mencoba menahan air matanya untuk tidak
keluar. Sesungguhnya saat ini hatinya sangat
perih, tapi dia tidak menyesali semua hal yang
sudah dan akan terjadi. Naya hanya akan
menatap lurus ke depan. Apapun yang terjadi
dia harus bisa menghadapinya dengan tetap
menguatkan hati dan jiwanya.
Dua orang gadis remaja yang merupakan adik
panti nya muncul ke dalam kamar dengan masing-masing memegang dada dan mencoba mengatur napasnya. Kanaya menatap heran
kedua adik nya itu.
"Ada apa, apa terjadi sesuatu ?"
"Ini gila mbak ! benar-benar di luar dugaan.!"
"Bener mbak, aku gak nyangka sama sekali
kalau calon suami kakak itu dia.."
Kanaya menautkan alis nya, dia semakin
menatap tajam kedua adiknya itu .
"Bicara yang jelas, apa sebenarnya yang terjadi.?"
"Mbak Naya benar-benar beruntung, aku hampir
pingsan saat melihatnya barusan, satu keajaiban
bisa melihatnya langsung sedekat ini."
"Iya kamu beber Sus..aku hampir tidak bisa
berkedip, rasanya seperti terhipnotis oleh
matanya itu."
"Hei hei..kalian ini kenapa sebenarnya.?"
Kedua adik nya itu terlihat mulai tersadar ketika
Naya mengguncang bahu keduanya. Mereka lalu tersenyum malu-malu dan langsung merangkul
tubuh Naya yang terlihat bengong sesaat namun
kemudian membalas pelukan kedua adiknya itu.
"Maafkan kami ya mbak, kami sudah sangat
lancang berani mengagumi calon suamimu di hadapan mu. Tapi ini benar-benar luar biasa Mbak.!"
Adiknya yang bernama Susi kembali heboh di
sambut adiknya yang bernama Hani membuat
Naya pusing dan menggeleng kepala berat.
"Mbak, calon suami mbak itu wajahnya
guanteeng buangett..! beneran mbak aku gak bohong.!"
"Iya mbak, mbak tahu kan Tuan Abraham
Mahendra.? Pengusaha terkenal itu yang
sering muncul di tivi.?"
Naya tampak menggeleng tidak mengerti.
Dia itu memang tidak pernah menghabiskan
waktu untuk sekedar menonton televisi atau menghabiskan waktu dengan membuka akun-
akun gosip saat membuka ponselnya. Tentu
saja dia tidak mengenal sosok Aham sama sekali. Walaupun dia kuliah mengambil jurusanan manajemen bisnis, namun dia tidak pernah benar-benar mempelajari secara detail setiap
pemilik perusahaan yang menjadi objek
penelitiannya selama ini.
Mereka terdiam sesaat dari kehebohan saat
sayup-sayup mendengar kata Sah yang terucap
dari Pak penghulu yang di runut bersamaan
oleh orang-orang yang ada di ruang tengah.
Maya menghela napas panjang seraya mengucap
hamdalah di dalam hatinya walau tetap saja
masih tidak bisa mempercayai semua ini.
"Selamat ya Mbak, sekarang Mbak sudah Sah
menjadi istri Tuan Aham."
"Iya selamat ya Mbak, semoga Mbak selalu bahagia
dan bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah
warohmah, di berkati oleh Allah selamanya."
"Aamiin..makasih ya adik-adik ku sayang.."
Naya merangkul hangat kedua adik nya itu.
Tidak lama di pintu muncul Ibu Halimah dengan
air mata yang sudah menetes membasahi
wajahnya yang sudah mulai sedikit kendur.
Naya segera menyerbu kedatangan Ibu asuhnya
itu dan memeluknya erat. Keduanya terdiam
mencoba meredam tangis agar tidak semakin merusak suasana yang seharusnya cukup membahagiakan ini.
----- -----
Semua orang yang ada di ruang tengah tampak
menarik napas lega, terlebih Tuan Adi, saat ini
wajah nya terlihat begitu cerah di penuhi oleh
kebahagiaan dan kelegaan. Namun ada sedikit
kejanggalan dari rona kulit nya saat ini, kalau di
perhatikan secara teliti saat ini Tuan Adi tampak
sedikit pucat.
"Tolong panggilkan mempelai wanita nya."
Pak penghulu berucap seraya melirik pada anak-
anak panti yang mengangguk dengan semangat,
tepat saat Aham mengangkat telpon karena dari
tadi ponselnya terus saja bergetar.
"Ada apa Cath?"
Aham sengaja mengecilkan suaranya dan berdiri
dari duduknya di ikuti tatapan tajam Tuan Adi.
"Aku ada di kantormu sekarang sayang..Aku baru
sampai dari Paris, aku kangen sama kamu."
Wajah Aham tampak berubah sumringah.
"Baiklah..! Aku ke kantor sekarang."
"Aham..!"
Suara berat Tuan Adi sontak membuat Aham
melirik dan menatap datar wajah Kakek nya yang
saat ini terlihat mengeras.
"Aku sudah memenuhi permintaan Kakek, Aku
sudah menikahi wanita pilihanmu itu.! Sekarang
aku harus pergi, saat ini urusanku lebih penting
dari pernikahan ini.!"
"Aham !! Kau jangan keterlaluan.!! temui istrimu
sekarang !"
Tuan Adi membentak keras membuat semua
orang membeku di tempat. Wajah Aham tampak semakin mengeras, dia tetap melangkah kearah
pintu.
"Kakek urus saja semuanya.! tidak penting bagiku
melihat atau tidak melihat nya !"
"Aham !! sekarang dia adalah tanggungjawab mu.!"
Tuan Adi tampak berdiri dan menghampiri Aham dengan wajah yang semakin terlihat membesi
melihat perlakuan cucu nya. Semua orang
bergetar ketakutan melihat ketegangan antara
kakek dan cucu itu.
"Waktuku sudah terbuang percuma dengan
semua hal yang tidak penting ini.!"
Plak !!
Satu tamparan keras langsung mendarat di pipi
kanan Aham yang di layangkan oleh Tuan Adi
membuat Aham memegang wajahnya yang kini
terasa panas, keduanya saling menatap tajam.
Sesaat kemudian Tuan Adi tampak memegangi
dada sebelah kirinya. Melihat gelagat tidak beres
Pak Bastian langsung merengkuh tubuh Tuan
nya dari belakang saat tubuh tua itu tampak sempoyongan dengan wajah yang semakin
memucat.
Aham tampak terkejut dan langsung meraih tubuh
Tuan Adi kedalam rangkulannya.
"Siapkan mobil.! telpon staf rumah sakit sekarang
juga, cepat !!"
Dengan wajah mengeras Aham memberi perintah
yang langsung di angguki oleh asistennya dan juga
Pak Bastian. Dalam keadaan genting seperti itu
Kanaya muncul dari ruangan lain dan segera
menyerbu kearah Tuan Adi yang saat ini sudah
terkulai tak sadarkan diri dalam pangkuan Aham.
"Kakek..apa yang terjadi.?"
Suara lemah Naya tercekat di tenggorokan nya.
Dia mendekat dan meraih tangan dingin Tuan
Adi di sambut tatapan tajam nan dingin Aham.
Keduanya untuk beberapa saat tampak saling
pandang kuat dalam keterkejutan. Mereka masih
mengenali satu sama lain dan mengingat betul
pertemuan hari kemarin.
Aham mengetatkan rahang nya mengetahui
fakta bahwa wanita yang telah di nikahi nya
adalah wanita yang sudah membuat nya kesal kemarin.
Dan wanita ini..apa istimewanya?? hingga
kakeknya begitu keukeh memilih nya, dia
hanyalah seorang wanita biasa saja tanpa
kelebihan apapun dalam pandangannya.
Dengan gerakan cepat Aham membopong
tubuh Tuan Adi di bawa keluar dan segera
masuk ke dalam mobil. Setelah itu dengan
cepat mobil meluncur menuju ke rumah sakit.
Kanaya tiba di rumah sakit bersama dengan Pak
Bastian. Di sana sudah ada Aham tentunya, dan
ada Nyonya Elen juga di dampingi suaminya.
Selain itu ada seorang gadis dan seorang Pria
muda lainnya. Mereka semua terlihat terdiam
dengan wajah datar saja tanpa ekspresi
berlebihan. Hanya Aham yang terlihat cemas
dan sedikit panik melihat berkali-kali ke arah
ruang pemeriksaan.
Melihat kedatangan Naya, semua orang yang
ada di tempat itu tampak menatapnya dengan
sorot mata yang nyata-nyata terlihat begitu tidak bersahabat dan seolah mengintimidasi nya.
Naya hanya bisa tertunduk, hatinya saat ini di
penuhi oleh kecemasan akan kondisi Tuan Adi.
Seorang Dokter muncul dengan tergesa-gesa.
"Apa nona Kanaya ada di sini.? Tuan ingin
berbicara dengannya. "
Semua orang tampak terkejut termasuk Aham.
Dengan ragu Naya melangkah masuk kedalam ruangan setelah Pak Bastian meyakinkan nya
dengan menganggukan kepala dan turut masuk mendampingi gadis itu. Tidak lama setelah itu
Aham menyusul masuk kedalam ruangan
pemeriksaan karena tidak tahan ingin segera
mengetahui kondisi kakeknya tersebut.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Siti Aminah
waaah...kayany cerita ny seru nih...lanjut aaahhh....
2024-10-26
0
andi hastutty
kasian Naya klo kakek Adi meninggal
2023-10-23
0
Yani
Jangan meninggal kakek Adi kasian Naya
2022-11-17
0