***********
♥️♥️♥️♥️♥️
Saat Adzan subuh sayup-sayup berkumandang
Kanaya terbangun dari tidur lelah nya. Setelah
mengumpulkan semua kesadarannya, dengan
bergegas dia masuk ke kamar mandi kecil yang
ada di dalam kamar nya. Tidak membutuhkan
waktu lama bagi dirinya untuk membersihkan
diri, setelah nya dia segera melaksanakan segala
kewajibannya, menghadap Rabb nya yang sudah
memberi nya napas hingga saat ini.
Semua pelayan bergerak pada tugas masing-
masing. Di istana ini ada sekitar 30 pelayan, di
tambah para pekerja taman serta supir pribadi
keluarga.Total seluruhnya ada sekitar 40 pekerja.
Dan mereka semua menempati satu lingkungan
khusus di belakang istana, yang terpisah antara
pekerja pria dan wanita.
Ke kamar Naya saat ini sedang kedatangan
kepala pelayan, yaitu Pak Ali. Semalam sewaktu
Pak Bastian datang membawa Naya, Pak Ali
memang masih berada di luar untuk mengurus
segala hal yang berhubungan dengan pemakaman Tuan Besar nya, hingga dia tidak sempat bertemu dengan Nona Mudanya itu.
"Apa yang sudah Nona Muda lakukan, kenapa
anda memutuskan semua hal bodoh seperti ini.?"
Pak Ali tampak tidak setuju dengan semua
keputusan Naya untuk tetap berada di posisi ini.
"Tidak apa Pak, saya ingin Tuan Aham menerima
saya dengan kemauannya."
"Tapi tidak harus dengan cara seperti ini Nona."
"Ibu mertua sudah melempar saya ke posisi ini.
Biarkan semuanya berjalan hingga Tuan Aham
yang mengembalikan sendiri posisi saya."
"Tapi Nona, Tuan Besar tidak akan tenang
melihat semua ini. Saya akan sangat merasa
berdosa pada beliau."
"Kakek akan mengerti dengan semua keputusan
yang saya ambil, ini semua demi kebaikan saya
dan Tuan Aham."
Naya berusaha untuk meyakinkan Pak Ali yang
mau tidak mau akhirnya menyetujui keputusan
Naya.
"Tempatkan saya sebagai pelayan pribadi Tuan
Aham. Dan beritahu semua tentang dia, seluruh
nya, tanpa terkecuali."
Pak Ali tampak menatap sebentar wajah
cantik Nona muda nya itu. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa Tuan muda nya itu tidak merasa beruntung bisa menikahi gadis secantik dan
selembut Kanaya ini.
Keangkuhan dan kesombongan yang ada pada
diri Tuan mudanya seakan telah menutup mata hatinya, hingga dia tidak menyadari kalau
rembulan yang begitu indah kini sudah ada
dalam pelukannya.
"Baiklah kalau ini sudah menjadi keputusan
Nona. Saya akan memberitahu secara rinci
tentang segala hal yang berhubungan dengan
Tuan Muda."
Akhirnya Pak Ali mengalah membuat senyum
Naya langsung terbit.
----- -----
Naya melangkah mengikuti Pak Ali masuk ke area dapur yang terlihat begitu luas dan bersih. Semua
perabotan yang ada di dapur itu serba modern dan
berkelas. Naya yang merupakan koki andalan saat
berada di panti asuhan tempat tinggal nya terlihat
begitu terpukau saat melihat semua fasilitas yang
ada di dapur tersebut.
Beberapa pelayan yang khusus menempati bagian
dapur tampak menatap heran kedatangan Naya.
Pak Ali berdiri tegak di samping Naya. Semua
pelayan terlihat menunduk sebentar menyambut
kedatangan kepala pelayan itu.
"Perkenalkan..dia adalah..pelayan pribadi baru
Tuan muda, namanya..."
Ucapan Pak Ali sedikit tersendat karena tidak
kuasa harus memperkenalkan Nona Muda nya
itu sebagai pelayan.
"Naya..nama saya Kanaya, salam semuanya."
Naya menyambung ucapan Pak Ali sembari
tersenyum manis dan mengatupkan kedua
tangannya di depan dada sebagai perkenalan.
Para pelayan yang berjumlah 5 orang itu tampak
saling pandang. Mereka seakan ragu mendengar bahwa gadis cantik berjilbab ini adalah pelayan
pribadi Tuan Aham yang baru. Pasalnya gadis ini
terlihat begitu berbeda dan istimewa.
Selama ini Pak Ali sendiri lah yang selalu melayani
Aham secara pribadi, karena dia tidak pernah mau
untuk di layani oleh pelayan manapun.
Lalu bagaimana bisa sekarang tiba-tiba Pak Ali
menempatkan pelayan baru ini sebagai pelayan
pribadi Tuan Muda mereka, apalagi dia seorang
gadis berhijab dan kelihatannya tidak cukup
pantas untuk menempati posisi sebagai seorang pelayan dan kelihatannya dia tidak terbiasa bekerja berat.
"Saya harap kalian bisa bekerjasama dengan nya,
jangan mempersulitnya."
Pak Ali kembali bersuara seraya menatap tajam
kearah para pelayan yang masih saling lirik dan
sedikit berbisik.
"Baik Kepala pelayan.."
Mereka serempak menyahut. Pak Ali berpaling
kepada Naya yang juga sedang menatapnya
dengan tersenyum tenang.
"Mulailah bekerja melayani Tuan Muda sebaik
mungkin, jangan ada kesalahan. "
"Baik kepala pelayan."
Naya membungkuk sedikit dibalas tatapan dan
anggukan canggung dari Pak Ali.
Akhirnya Naya memulai perannya sebagai pelayan
pribadi laki-laki yang kemarin sempat mengucap
ijab kabul pernikahan dengan nya.
Naya memulainya dengan membuat secangkir
kopi yang biasa di minum oleh Aham di pagi hari
saat dia akan memulai aktifitas hariannya yang
super sibuk.
Para pelayan yang bertugas di bagian dapur
hanya bisa berdiri terdiam memperhatikan, dan sesekali dari mereka menunjukan semua hal
yang di butuhkan oleh Naya. Mereka semua masih terlihat canggung untuk langsung mengakrabkan
diri dengan pelayan baru yang ternyata terlihat
begitu terampil itu.
Setelah kopi siap Naya diantar oleh Rani yang menempati posisi sebagai tukang cuci pakaian menuju ke lantai atas untuk langsung menuju ke kamar utama.
Namun saat tiba di ujung tangga, beberapa
pelayan yang bertugas membersihkan setiap
ruangan tampak berlarian dengan wajah penuh kepanikan di iringi suara pecahan barang dari
kamar utama.
Naya dan Rani tampak saling pandang heran.
Dua orang pelayan yang buru-buru ingin turun
tiba di hadapan Naya.
"Ada apa ? apa yang terjadi.?"
Rani bertanya seraya menatap heran dua pelayan
itu yang terlihat ketakutan.
"Tu-Tuan Muda mengamuk..! semua barang yang
ada di kamar nya di pecahkan."
Naya tampak terkejut dan kembali saling
pandang dengan Rani. Dengan cepat dia
melangkah menuju ke arah kamar utama.
"Nona Muda..jangan masuk, saya takut terjadi
sesuatu pada anda nanti."
Rani tampak khawatir, Naya yang kini sudah
berdiri di depan pintu kamar Aham tampak
terdiam sebentar. Dia mencoba mengontrol
debaran jantung nya yang tiba-tiba saja berdetak dengan kencang. Ada keraguan dan sedikit
rasa tidak nyaman saat mendengar suara pecahan barang dari dalam kamar kembali terdengar.
Namun setelah mereka terdiam cukup lama di
depan pintu, akhir nya keadaan kembali senyap.
Naya menguatkan hati nya untuk masuk kedalam
kamar setelah menekan tombol khusus yang
sudah di beritahu sebelumya oleh Pak Ali. Karena tidak sembarang orang bisa masuk kedalam kamar
pribadi Tuan Muda nya itu.
"Hati-hati Nona.."
Rani kembali mengingatkan sembari menatap
cemas wajah Naya yang hanya membalasnya
dengan senyum tipis.
"Saya akan memberitahu Pak Ali."
Kembali Rani berucap, Naya hanya mengangguk.
Setelah itu dengan mengucap Basmallah dia
mulai melangkah masuk kedalam kamar ketika
pintu kokoh itu terbuka otomatis.
Keadaan di dalam kamar yang terlihat begitu luas
dan mewah itu saat ini tampak masih sedikit gelap
karena gorden belum terbuka, ditambah lampu
ruangan yang mati seluruh nya.
Naya tersentak saat kakinya menginjak pecahan
beling yang berserakan di sepanjang lantai kamar
tersebut. Untung saja dia memakai alas kaki, kalau
tidak bisa dipastikan saat ini telapak kakinya
sudah terluka parah. Naya berhenti di tengah
ruangan dengan perasaan nya yang semakin
tegang dan ada aura dingin yang mencekam
seluruh ruangan. Dia mengedarkan pandangan
nya. Tidak terdapat sosok Aham di dalam kamar
tersebut, hanya terdengar suara guyuran air dari
dalam kamar mandi.
Dengan segera Naya menyimpan nampan berisi
cangkir kopi di atas nakas di samping tempat
tidur berukuran besar, setelah itu dia bergerak
kearah samping ruangan membuka semua gorden
hingga kini suasana di dalam kamar nampak
jelas. Naya menutup mulutnya kaget saat
melihat keadaan lantai kamar yang di penuhi
oleh pecahan botol minuman beralkohol.
Apa yang terjadi pada laki-laki itu.? bukan
begini caranya meluapkan segala keresahan
dan kesedihan karena rasa kehilangan atas
kepergian sang Kakek.
Dengan hati-hati Naya segera membersihkan
semua pecahan botol dan beberapa pecahan
barang lain nya yang memenuhi ruangan itu.
Sekitar setengah jam lamanya Naya berkutat
dengan acara pembersihan ruangan itu hingga akhirnya kini semua sudah tuntas dan keadaan kembali bersih.
Setelah memastikan keadaan lantai bersih, Naya
mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dia
masuk ke dalam ruang walk in closet bermaksud
mengambil seprai ganti. Keadaan di dalam ruang
ganti itu sesaat membuat Naya terbengong, dia
seperti sedang berada di sebuah toko pakaian
dengan segala kelengkapan yang serba tertata
dengan sangat rapi dan teratur.
Akhirnya Naya menemukan barang yang di
carinya. Dengan cepat dia mengambilnya dan menutup kembali lemari besar itu, dia membalikan badannya dengan cepat, namun pekikan tertahan keluar dari mulut mungil nya saat dia menabrak
sosok Aham yang tengah berdiri di belakang nya.
Keduanya saling menatap kuat dalam
keterkejutan. Saat ini tubuh Aham dalam
keadaan setengah telanjang, hanya tertutup
handuk tipis di bagian bawah tubuhnya, hal itu membuat bentuk tubuh nya yang gagah dan
sempurna tersuguh dengan begitu nyata di
depan mata Naya yang sontak saja membuat
wajah nya memerah seketika.
Aham maju dengan tatapan yang semakin
tajam dan rahang yang mengeras. Naya yang
masih membalas tatapan Aham mundur dengan
tubuh menegang, tubuhnya semakin terpojok ke dinding lemari saat Aham semakin maju merangsek.
"Siapa yang memberimu ijin masuk kedalam
kamar ku, berani sekali kamu melanggar batas pribadiku.!"
Aham berhenti saat tubuh Naya sudah membentur
dinding lemari, keduanya kini saling pandang lekat.
"Jawab pertanyaan ku.! Siapa yang memberimu
ijin memasuki wilayah pribadiku.!"
Aham membentak seraya mencengkram dagu
Naya yang langsung meringis merasakan kesakitan.
"A-ku..adalah pelayan pribadimu sekarang."
"Apa.??!! hhahaa..Apa kau pikir aku butuh pelayan
pribadi sepertimu.! dasar wanita pembawa sial !"
Aham semakin mencengkram kuat dagu Naya
dan menekan kepalanya ke dinding lemari
membuat Naya memejamkan matanya. Cairan
bening kontan saja langsung turun membasahi
wajah nya yang kini memerah menahan sakit .
"Silahkan lampiaskan semua kekesalanmu
padaku, tapi itu tidak akan bisa mengurangi rasa sakitmu. Kau hanya membuat dirimu semakin terpuruk."
"Diam !! tahu apa kamu.! semua ini gara-gara
wanita sialan sepertimu, aku kehilangan
kakek ku.!"
Dalam sekali hentakan Aham mendorong tubuh
Naya ke samping hingga tubuhnya jatuh
tersungkur ke lantai, membuat Naya memekik
kuat saat lutut dan tangan nya membentur lantai dengan keras. Sekuat tenaga Naya menahan
tangis nya supaya tidak pecah. Tapi isakannya
tidak tertahan.
"Maafkan aku..! Tapi aku tidak pernah berencana
untuk masuk kedalam kehidupan mu.!"
Lirih Naya di tengah isak tangis nya. Aham
tampak menatap Naya penuh amarah, segala kekesalan dan emosi nya yang tertahan dari
kemarin tiba-tiba saja seakan mendapat tempat pelampiasan.
Dengan gerakan cepat dia menarik tangan
Naya dan menyeret nya dengan kasar keluar
dari ruang ganti kemudian melemparkan tubuh
mungil itu ke atas tempat tidur. Naya yang
semakin terisak tampak bangun beringsut
ke ujung tempat tidur.
Aham naik keatas tempat tidur dan berusaha
memerangkap tubuh Naya yang kini bergetar
menahan ketakutan dan ketegangan.
"Aku pastikan, kau tidak akan lama berada
dalam lingkaran pernikahan sialan ini.!"
Naya kembali memejamkan matanya saat
Aham mendekatkan wajahnya. Napas Aham
yang setengah memburu menerpa wajah Naya membuat tubuhnya semakin bergetar ketakutan.
Namun Aham tampak terdiam kemudian saat
air mata Naya luruh dengan derasnya. Matanya
masih berkilat terbakar amarah yang kini
memuncak memenuhi isi kepalanya.
"Apa yang sudah kau lakukan hingga kakekku
begitu memaksa menyerahkan wanita rendahan seperti dirimu untuk menjadi pendamping hidupku."
Aham kembali berucap dengan suara beratnya.
Naya mencoba membuka matanya hingga kini
keduanya kembali saling menatap kuat. Dan
sial nya air mata itu seakan tidak bisa di ajak
kompromi, terus saja turun tiada henti hingga
memperlihatkan sisi lemah dari diri Naya.
"Bukan aku yang sudah membuat kakek
membawa diriku kesini, tapi Tuhan.."
"Berhenti berbicara sok bijak di depanku.! Aku
muak dengan wajah lugu yang palsu seperti mu.!"
"Kau hanya tidak percaya pada Kakek."
"Jangan menyebut kakekku sebagai kakek mu.!
Kau tidak berhak untuk itu !!"
Mereka kembali saling menatap tajam. Naya
mendorong dada telanjang Aham kemudian
mencoba bangkit untuk turun dari tempat tidur.
"Aku belum selesai bicara.!"
Sebelum dia melangkah Aham membentak dan
dengan gerakan cepat menyentak tangan nya
dengan kasar membuat tubuh Naya tertarik ke belakang hingga kembali menabrak dada kokoh
Aham, wajah mereka tidak sengaja saling bersentuhan, membuat keduanya tersentak
dan menegang seketika.
Deg !
Ada sesuatu yang menabrak dada Naya dengan
kuat membuat irama jantung nya kacau seketika
saat wajah tampan sempurna laki-laki yang kini
berstatus suaminya itu kini berada tepat di
depannya.
Mata Aham yang tadi masih terlihat di penuhi oleh
amarah, kini tampak sedikit tenang. Keduanya
tidak sadar saling menatap dalam diam dan tidak berusaha untuk menjauhkan diri. Tangan Naya kini menekan kuat dada liat Aham dan wajah mereka hanya tersisa jarak beberapa inchi saja.
Dalam keadaan itu ke dalam kamar muncul Pak
Ali bersama dengan Leo. Keduanya tampak berdiri kaku di tempat melihat adegan yang cukup intim tengah tersuguh di depan mata mereka saat ini.
Naya segera menarik dirinya dengan wajah yang
sudah tidak karuan. Antara semburat merah dan
juga lelehan air mata yang masih saja menetes.
Dengan cepat dia berlari keluar dari dalam kamar
di ikuti tatapan Aham yang tampak terduduk diam
di pinggir tempat tidur.
Dia baru menyadari kalau keadaan kamar nya
yang tadi kacau kini sudah kembali rapi. Apakah wanita itu yang tadi sudah membereskannya.??
***********
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Siti Aminah
seru cerita mu thor....aku suka ...
2024-10-27
0
andi hastutty
Devan masih pemenang pemeran novelmu Thor cuman 1 wanita dan tidak ada yg lain
2023-10-23
3
Ariyani Nurreza
dari semua novelmu yg ku baca thor hny Devan dan Agra yg tdk tersentuh cewek lain kecuali istri ny..tp aku suka semua ny smngt thor😁
2022-12-06
0