**************
♥️♥️♥️♥️♥️
Sore ini cuaca tampak suram di area sekitar
pemakaman pribadi keluarga Mahendra. Semua
pelayat yang tadi sempat mengiringi kepergian
Tuan Adi ke tempat pembaringan terakhir nya
kini sudah mulai meninggalkan tempat itu satu
persatu.
Keadaan dunia maya sempat heboh dengan berita meninggalnya Tuan Adiyaksa Mahendra yang
begitu mendadak. Padahal sehari sebelumnya
berita nya masih begitu membekas saat dia menghadiri acara ulang tahun universitas
miliknya.
Para pejabat pemerintahan serta para relasi bisnis
yang sempat hadir dan datang melayat kini sudah
kembali ke kendaraan masing-masing dengan
wajah-wajah mereka yang masih di liputi rasa
tidak percaya akan kepergian orang penting itu.
Kini yang tersisa di kuburan yang masih berupa
gundukan tanah merah itu hanya tinggal Aham
dan juga Naya di temani 2 orang asisten.
"Na-ya..te-tap-lah berada..di de-kat A-ham
ap-apun yang ter-jadi nanti. Jangan per-nah
per-gi dari sisinya, dia memer-lukan ke-hadiran-mu."
Itulah kata-kata terakhir yang terucap dari
mulut Tuan Adi sesaat sebelum dia menarik
napas terakhir nya yang hingga kini masih
terus terngiang di telinga Naya membuat dia
terpejam dan mengigit bibirnya untuk meredam
tangis yang kini kembali memaksanya ingin
tertumpahkan.
Aham yang berdiri tidak jauh dari tempat Naya
bersimpuh tampak terdiam dengan wajah datar
dan tatapan mata yang hampa. Tidak ada yang
tahu bagaimana terguncang nya dia saat ini.
Ada segudang penyesalan dalam dirinya karena
pada hakikatnya sang kakek pergi karena dirinya.
Karena keegoisan dan keangkuhannya.
Dalam keheningan suasana, tiba-tiba saja hujan
turun dengan derasnya. Seiring air mata Kanaya
yang kembali luruh membasahi wajahnya. Hatinya
perih bagai tersayat beribu duri, kenapa Tuan Adi
yang baru saja di kenalnya dan di ketahui sebagai
orang yang selalu melindungi dirinya selama ini mendadak pergi begitu saja.
Bahkan dia belum sempat berbicara atau sekedar mengucapkan terimakasih karena telah
menjaganya selama ini.
Tuhan..ini rasanya sangat berat untuk diterima,
lirih Naya dalam hatinya.
Hujan turun semakin deras bagai mewakili tangis
dan kesedihan sepasang suami istri yang baru
tadi pagi melakukan ijab kabul itu, kini keduanya
terdiam dalam kebisuan dan kehampaan.
"Tuan muda..kita harus segera pergi dari sini.
Anda bisa sakit kalau terlalu lama kehujanan."
Leo sang asisten pribadi Aham mendekat dan
memayungi Aham yang masih berdiri mematung
di tempat nya. Sudut mata Aham tampak menatap
sebentar kearah Naya yang masih menundukan
mukanya dengan mata yang terpejam.
Air hujan tiada ampun dengan kejamnya
mengguyur tubuh gadis rapuh itu hingga
kini pakaian dan seluruh badannya sudah
basah kuyup.
Pak Bastian baru saja kembali setelah tadi dia
berlari kearah mobilnya. Dengan sigap dia memakaikan mantel ke tubuh bagian belakang
Naya dan memayungi tubuhnya. Gadis itu tampak sedikit terkejut dan melihat kearah Pak Bastian.
"Kita pulang sekarang Nona.."
Pak Bastian berucap dengan lembut. Aham masih
berdiri di tempatnya dengan tatapan tajam yang
kini mengarah ke wajah Naya.
Gadis itu tampak berdiri dengan gontai, matanya
terlihat sembab, wajah nya yang putih mulus
tampak sedikit memucat karena kedinginan.
Sesaat matanya berbenturan tatap dengan mata
elang Aham. Keduanya terdiam saling menatap.
"Apa bapak bisa mengantar saya sebentar ke
Panti, saya akan mengambil beberapa barang."
"Tentu saja Nona, mari.."
Pak Bastian mengangguk, setelah itu dia mulai
berjalan untuk membimbing langkah Naya yang
saat ini nampak berdiri sebentar di samping
Aham yang masih berdiri di tempatnya dengan
wajah datar nya.
Setelah beberapa saat akhirnya Naya melangkah
pergi tanpa kata meninggalkan Aham yang tampak mengepalkan kedua tangannya.
***** *****
Malam sudah mulai menyapa saat Pak Bastian
menghentikan mobil nya di depan pintu utama
Mansion megah milik keluarga Mahendra.
"Kita sudah sampai Nona.."
Kanaya tampak tertegun sebentar saat melihat
bagaimana megahnya Mansion yang kini akan
dia tinggali, Haahh..dan itu juga masih belum
ada dalam bayangannya, apakah dirinya akan
bisa menyesuaikan diri di dalam nya.
Dan apakah ini sesuatu yang benar. ??
Bahkan status nya sebagai istri seorang Abraham
saja belum mendapat pengakuan resmi. Naya
mencoba menarik napas dalam-dalam berusaha
menstabilkan debaran jantung nya yang kini tiba-
tiba berdetak tidak beraturan.
"Anda tidak perlu cemas Nona, Tuan Besar sudah
memberi amanat kepada saya untuk melindungi
Nona. Saya hanya ingin berpesan, apapun yang
terjadi Anda harus kuat, demi amanah Tuan Besar.."
Pak Bastian berucap seolah mengerti kegelisahan
hati nona mudanya. Bibir indah Naya tersenyum
tipis dan dia kembali menghela napas.
"Mari..saya akan mengantar anda ke dalam."
Pak Bastian turun duluan dari dalam mobil dan
memberi perintah kepada pelayan yang berjaga
di depan pintu untuk membawakan koper kecil
dari bagasi mobil nya.
Dengan hati yang penuh keraguan, Naya
akhirnya keluar dari mobil dan berdiri sesaat
melihat keadaan sekitar istana megah itu.
Beberapa pelayan yang berada di teras depan
tampak saling lirik dengan sorot mata penuh pertanyaan.
"Nona..mari ikuti saya "
Naya mengangguk dan mulai melangkah
mengikuti Pak Bastian yang mulai menaiki
tangga menuju ke teras depan. Para pelayan
yang tampak kompak mengenakan seragam
ungu gradasi putih itu serempak menundukan
wajah saat Pak Bastian melewati mereka.
Keduanya mulai masuk ke dalam ruang depan.
Lagi-lagi Naya hanya bisa bengong melihat
bagaimana indah dan megahnya setiap sudut
ruangan yang ada di dalam istana itu. Tapi dia
berusaha menguasai dirinya agar tidak terlalu
terlihat sangat norak melihat semua kemewahan
dan kemegahan tempat baru nya ini.
Mereka sampai di ruang tengah yang luasnya
menyaingi luas sebuah ballroom . Ruangan ini
terlihat begitu gemerlap dengan nuansa silver
gold yang sangat menyilaukan dari semua
furniture dan desain ruangan yang semuanya
tampak elegan.
Kanaya mencoba untuk melangkah tenang
walau sesungguhnya hatinya semakin terasa
tidak nyaman saat ini.
Akhirnya mereka sampai di ruang keluarga.
Pak Bastian menghentikan langkahnya saat
melihat di ruang itu semua anggota keluarga
telah berkumpul dan duduk santai di sofa yang
terlihat melingkar dengan jarak cukup jauh.
Hanya saja tidak terlihat kehadiran Aham di
tempat itu.
"Selamat malam Nyonya Elen, Tuan Rolland."
Pak Bastian menyapa seraya membungkuk
sedikit. Naya hanya bisa berdiri kaku di belakang
Pak Bastian.
Nyonya Elen tampak menatap kehadiran Pak
Bastian dan Naya dengan sorot mata tidak suka.
Sementara laki-laki setengah baya yang masih
terlihat segar dan bugar itu menatap intens ke
arah Naya yang saat ini hanya bisa menundukkan
wajahnya.
"Nyonya, Tuan, Nona Meline, perkenalkan ini
adalah Nona Kanaya..istrinya Tuan Muda."
Pak Bastian memperkenalkan Naya pada
anggota keluarga Mahendra.
"Nona Naya..dia adalah ibu mertua mu.! dan
Tuan Rolland adalah ayah sambung Tuan muda,
sementara nona Meline adalah adik satu ibu Tuan muda."
Naya mengangguk lalu perlahan maju mendekat
kearah Nyonya Elen ingin menyalaminya. Namun
terhenti saat Nyonya Elen mengibaskan tangan
nya seakan jijik kalau harus bersentuhan kulit
dengan Kanaya.
Wajah Naya berubah pucat mendapati perlakuan
tidak mengenakan dari ibu mertuanya itu. Dia
menarik napas perlahan dan akhirnya berdiri di
tempat. Meline yang duduk tumpang kaki di
sebrang tampak menyebikkan bibir nya sambil tersenyum sinis kearah Naya. Sementara Tuan
Rolland masih bergeming dalam diam, menatap
lekat keseluruhan diri Kanaya yang memiliki
daya tarik tersendiri di matanya hingga menyedot seluruh perhatiannya.
"Nyonya..mohon anda untuk berlaku lebih baik terhadap Nona Naya.."
Pak Bastian tampak tidak suka dengan sikap
dan penerimaan dari keluarga Tuan Muda nya itu.
"Apapun yang terjadi, Nona Naya sudah sah
menjadi istri Tuan muda."
"Cihh..!! istri yang bahkan tidak di anggap sama
sekali oleh Aham !"
Nyonya Elen berdiri dengan melipat kedua tangan
di dadanya, dia berjalan kearah Naya dengan
tatapan tidak suka yang begitu kental dan tidak
di tutup-tutupinya.
"Apa yang membuat ayah mertua begitu ngotot
memilihnya menjadi istri Aham.? Apa yang bisa
di banggakan dari seorang gadis model begini.!"
Dia kembali berucap sambil menunjuk wajah
Naya dengan ujung telunjuk runcing nya.
Naya memejamkan matanya yang kini mulai
terasa perih terdesak oleh cairan bening yang
meronta ingin keluar.
"Justru karena dia tidak berguna, makanya
kakek memilihnya Mam hahaa..!"
Meline ikut nimbrung sambil menatap sinis
kearah Naya di akhiri tawa renyahnya. Lagi-lagi
Naya hanya bisa menelan semua hinaan itu
dengan meremas jemarinya sendiri.
"Cukup Nyonya, Nona..! Saya kesini bertugas
untuk mengantar Nona Naya. Saya harap anda
dan anggota keluarga lain nya bisa menerima
kehadiran Nona Naya dengan baik."
Pak Bastian tidak tahan lagi. Dia berpaling pada
Naya yang terlihat masih menunduk dalam.
"Nona..sekarang istirahatlah.! saya harus pulang,
Semoga anda bisa betah tinggal di tempat ini."
Kanaya menatap berat kearah Pak Bastian yang
sudah begitu baik dan dalam waktu singkat bisa
memberikan kenyamanan terhadap dirinya,
seakan dia memiliki seorang pelindung.
"Anda akan menempati kamar utama di rumah
ini bersama dengan Tuan muda. Pelayan akan
mengantar semua barang yang anda bawa.
Saya permisi sekarang."
"Pak Bastian..terimakasih banyak atas semua
yang sudah bapak lakukan untuk saya."
"Itu sudah tugas saya Nona.."
Naya membungkuk di hadapan Pak Bastian.
"Permisi semuanya, selamat malam.."
Setelah sedikit membungkukkan badan, Pak
Bastian akhirnya melangkah keluar dari ruang
keluarga menuju ke luar istana.
Semua orang yang berada di tempat itu kini
kembali menatap tajam kearah Naya yang
seketika semakin merasakan tidak nyaman.
"Permisi Nyonya..saya di perintahkan Pak
Bastian untuk mengantar Nona Kanaya ke
kamar Tuan muda."
Seorang pelayan tiba-tiba datang dengan
membawa koper berisi pakaian Naya.
"Hei..siapa disini majikan mu.!"
Suara bentakan Nyonya Elen menghentikan
langkah pelayan tadi. Dia tampak bingung.
"Tempatkan dia di kamar belakang.!"
Deg !
Jantung Naya seakan tertumbuk benda keras.
"Tapi Nyonya.."
Pelayan tadi terlihat kaku di tempat.
"Sekali lagi bicara, besok angkat kaki dari rumah
ini ! Cepat bawa dia ke kamar pelayan.! itu adalah
tempat yang pantas untuknya.! mataku rasanya
sakit melihat keberadaan nya di sini.!"
Nyonya Elen kembali membentak membuat
pelayan tadi menundukkan wajahnya dalam.
Naya sebisa mungkin menguasai dirinya.
"Baiklah ibu..tidak masalah bagi saya tidur di
manapun, kalau begitu saya permisi,
selamat malam !"
Akhirnya Naya berucap membuat Nyonya Elen
mengerjapkan matanya, sementara Melin terdiam
mendengar suara lembut Naya. Sedang seringai
senyum miring tersungging di bibir Tuan Rolland.
Naya melangkah mengikuti pelayan tadi
menyusuri ruangan yang sangat luas, melewati
ruang makan, dan akhirnya keluar dari pintu
belakang. Kemudian kembali berjalan melewati
taman dan kolam ikan yang cukup besar setelah
itu barulah sampai ke bangunan kamar- kamar
yang berderet seperti sebuah kontrakan kecil.
"Nona Muda maafkan saya.."
Pelayan tadi yang kira-kira berumur 25 tahunan
itu tampak menundukkan wajahnya merasa
bersalah.
"Tidak apa, ini bukan salahmu, lagipula tidak
masalah bagi saya kalau harus tidur di kamar
ini.."
Naya tersenyum lembut, kemudian berjalan
masuk ke dalam kamar nya.
"Siapa namamu.?"
"Rani Nona muda.."
"Apa pelayan lain ada yang tahu tentang semua
ini, bahwa saya istrinya Tuan Aham.?"
Pelayan yang bernama Rani tadi mendongak
dan menatap ragu wajah Naya, lalu menggeleng
pelan.
"Tidak ada Nona, Pak Bastian hanya berbicara
mengenai Nona kepada saya saja."
"Bagus kalau begitu.!"
Rani tampak menautkan alisnya.
"Bisakah kita berteman sekarang ?"
"Hahh..?? apa maksud anda Nona ?"
Rani tampak bengong, sedang Naya hanya
tersenyum lembut membuat pelayan itu
terkesima melihat bagaimana cantik dan
ayu nya Nona muda yang baru tadi pagi resmi menyandang gelar sebagai istri Tuan mudanya itu.
"Saya minta jangan sampai ada pelayan lain
yang tahu tentang identitas saya. Biarkan mereka semua menganggap saya sama seperti kalian."
"Tapi Nona.?"
Rani terkejut dan bengong seketika. Sementara
Naya lagi-lagi hanya tersenyum tenang.
"Ibu mertuaku menempatkan posisiku sebagai
pelayan di sini.! Dan aku akan berada pada posisi
seperti yang dia inginkan."
"Tidak Nona..Tuan muda tidak akan membiarkan
semuanya begitu saja."
"Maka dari itu, aku akan melihat, apakah
kehadiranku cukup di akui oleh nya atau hanya sebagai angin lalu saja."
Rani menggelengkan kepalanya keras, tidak
mengerti dengan keputusan konyol Nona
muda nya itu.
"Pak Bastian pasti akan memecat saya Nona."
"Biar itu jadi urusan saya, yang penting sekarang..
Mau kah kamu berteman dengan saya, dan
menutup rapat semua ini dari teman-teman mu.?"
Rani terdiam dan terlihat ragu serta bimbang.
Tapi saat melihat kesungguhan di mata Naya,
akhirnya pelayan muda itu mengangguk dan tersenyum tipis .
"Baiklah Nona..mulai sekarang, saya
mengikrarkan diri untuk menjadi pelayan
setia anda."
Naya tersenyum lebar, keduanya menautkan
jari kelingking seraya tersenyum.
"Panggil aku Naya kalau begitu."
"Tentu saja tidak Nona.."
"Bukankah kita teman seprofesi?"
Sinta kembali menggeleng keras.
"Baiklah..hanya di depan yang lain saja."
Akhirnya Rani mengangguk dengan ragu.
Bagaimana dia bisa menempatkan Nona Muda keluarga Mahendra tersebut sejajar dengan
dirinya dan yang lain. Ini benar-benar sesuatu
yang sangat konyol dan menggelikan. Dan
anehnya, Nona muda nya itu tampak santai saja menghadapi semua ketidakadilan ini.
"Baiklah Rani..sekarang kau boleh pergi. Aku
ingin istirahat."
"Baik Nona..kalau perlu sesuatu, kamar saya
tepat di sebelah kamar ini."
Naya mengangguk seraya tersenyum manis.
Rani keluar kamar meninggalkan Naya yang kini
hanya bisa menghempaskan bokong nya di atas tempat tidur dengan ukuran mini itu. Wajahnya
kini tertunduk lesu, tak terasa air matanya
kembali mengalir deras.
Tuhan..kuatkan aku menghadapi semua ujian
dariMu ini..
Lirih Naya seraya memejamkan matanya meresapi
segala rasa perih dalam hatinya..
***********
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
tus tiani
biasanya setelah bahagia baru ketemu dengan keluarganya.
2024-12-29
0
Siti Aminah
sabar Naya....akan ada pelangi setelah hujan...
2024-10-26
0
andi hastutty
heem kayanya Naya orang kaya deh
2023-10-23
0