♥️♥️♥️♥️♥️
Malam ini Naya memutuskan untuk tidur cepat.
Pak Ali mengatakan kalau Aham akan pulang
tengah malam karena dia harus pergi ke suatu
tempat.
Naya memandang langit-langit kamar yang
hanya di hiasi lampu gantung berukuran kecil.
Dia tersenyum kecut saat bayangan wajah datar
Aham tiba-tiba saja melintas dalam ingatannya.
"Isshh..kenapa juga harus memikirkan orang itu.
Tidak penting.."
Gumam Naya sambil kemudian menarik selimut
sampai ke kepalanya. Dia mencoba untuk segera
memejamkan matanya.
Namun ketukan di pintu membuat dia membuka
selimut dan menajamkan pendengarannya.
"Siapa..?"
Tidak ada sahutan dari luar. Naya turun dari
tempat tidur, memakai hijab nya dan melangkah
ke arah pintu. Membuka sedikit tirai yang
menutup jendela kamarnya. Dia tertegun saat
melihat sosok Noah tengah berdiri santai
di depan pintu.
Dengan ragu Naya membuka pintu kamarnya.
"Tuan Noah..? ada perlu apa.?"
"Kau bisa buatkan aku makan malam yang enak.?"
"Ahh..? bukankah Anda bisa memintanya pada
Pak Ali atau kepala koki.?"
"Aku ingin kau yang membuatnya."
Naya menatap bingung wajah Noah yang saat
ini sedang tersenyum manis ke arahnya.
"Baiklah.."
Naya mengunci pintu kemudian mulai berjalan
di ikuti oleh Noah yang tersenyum puas.
Naya menyiapkan dua hidangan untuk Noah.
Saat ini laki-laki itu sedang duduk santai sambil memperhatikan semua gerak gerik nya.
"Selamat atas kelulusanmu."
Naya terkejut, dia menoleh dan menatap Noah.
"Terimakasih.."
"Besok kau harus mulai terjun ke dunia bisnis !
itu yang di inginkan oleh kakek."
Naya semakin terkejut. Setelah siap dia
membawa hidangan ke hadapan Noah yang
terlihat bersemangat. Naya ikut duduk di
hadapan Noah.
"Maaf Tuan..apa aku boleh tahu, siapa anda
sebenarnya.?"
Noah mulai menyantap makanannya, bibirnya
tersenyum tipis.
"Aku hanya seorang anak yang beruntung."
Naya menatap Noah tidak mengerti.
"Kakek mengadopsi ku.! "
Mata Naya mengerjap, jadi Noah cucu angkat
Tuan Adiyaksa ?
"Kakek sangat menyayangi dan memanjakanku.!
Itu sebabnya Aham sangat tidak menyukaiku.!"
Noah tersenyum kecut. Dia melanjutkan makannya.
"Dia hanya iri padamu.!"
"Yes.! Dia pikir kakek lebih sayang padaku
dibanding pada dirinya.!"
"Dan apakah itu benar.?"
Mata Noah dan mata Naya bertemu, keduanya
saling menatap kuat.
"Tentu saja tidak.! Kakek sangat mencintai Aham.
Daddy meninggal saat Aham berusia 5 tahun, sejak
itulah kakek menggantikan peran Daddy untuk
kami.!"
"Apa kakek bersikap lebih keras pada Tuan Aham.?"
Noah tersenyum mendengar tebakan Naya.
"Tepat.! bahkan sangat keras ! dia ingin
membentuk Aham menjadi pribadi yang
tangguh.!"
"Bisa aku lihat.."
Lirih Naya. Dia menyodorkan air putih ke hadapan
Noah di sambut pria itu dan meminumnya.
"Jadi Ibu adalah menantu Kakek.? "
"Iya..Kakek membiarkan Mami tetap tinggal di
rumah ini supaya kami tidak kehilangan sosok
ibu. Bahkan setelah dia menikah dengan laki-laki
******** itu !"
Tangan Naya sedikit bergetar saat mengingat
perbuatan bejat lelaki setengah baya itu.
"Tapi sikap Aham berubah setelah itu. Dia jadi
lebih tertutup."
Keduanya terdiam. Noah menikmati suapan
terakhir nya.
"Terimakasih.. masakanmu sangat lezat."
Puji Noah. Naya hanya mengangguk dengan
rona merah di pipinya. Keduanya kembali terdiam.
"Satu hal yang sangat aku sesalkan."
"Apa itu.?"
Naya menatap heran kearah Noah.
"Kenapa Kakek tidak menjodohkan aku dengan
mu, kenapa harus dengan Aham.."
Buk !!
Mereka berdua menoleh dengan cepat kearah
suara, di ambang pintu terlihat Aham tengah
berdiri dengan wajah yang terlihat sangat dingin.
Tangannya masih menekan kusen pintu yang
tadi di pukulnya dengan keras.
"Kalau kau mau ambil saja wanita itu !"
Noah berdiri dari duduknya. Aham berjalan
melangkah menghampiri Noah dan tanpa
ampun dia langsung mencengkram kerah baju
Noah.
"Kau sudah merebut semuanya dariku sejak
kecil.! dan sekarang..kau ingin merebut apa
yang sudah kakek berikan padaku.? Ambil saja !
Aku juga tidak pernah menginginkan nya sama sekali !"
Noah tersenyum kecut, tapi dia masih terlihat
santai. Naya mundur dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tidak akan mengambil wasiat kakek.! Dia
sudah memberikan semuanya padaku.!"
"Jangan munafik, aku tahu kamu menginginkan
nya, kamu selalu menginginkan semua yang
menjadi milikku.! termasuk wanita itu..!"
"Hahaa..kalau kau memberikan nya dengan
suka rela, tentu saja dengan senang hati aku
akan menerima nya, itu adalah sebuah anugerah untukku.!"
"Brengsek..!!"
Aham menghempaskan Noah dengan mendorong
nya kuat hingga dia mundur beberapa langkah.
Noah hanya terkekeh seraya merapihkan kembali kemejanya. Mata Aham bergulir menatap tajam kearah Naya.
"Tempatkan dirimu dengan benar.! "
Geramnya sambil kemudian menendang kursi
dan berlalu dari ruangan itu.
------ -----
Naya membawa nampan berisi makan malam
untuk Aham. Dengan perasaan takut dia masuk
ke dalam kamar. Penerangan di dalam ruangan
terlihat temaram. Naya mengedarkan pandangan,
dia melihat sosok Aham tengah berdiri di balkon
memandang jauh ke luar sana.
Dengan hati-hati Naya meletakkan nampan di
atas meja yang ada di balkon.
"Tuan..makan malam mu.."
Lirih Naya, dia berdiri cukup jauh dari Aham.
Laki-laki itu masih tetap berdiri di tempatnya.
Tubuh bagian atasnya di biarkan polos. Naya
berpikir laki-laki ini bisa saja masuk angin kalau
membiarkan dirinya seperti itu.
Dia beranjak masuk, mengambil mantel kemudian
kembali keluar.
"Kau bisa masuk angin, pakailah mantel ini."
Perlahan Naya mengulurkan mantel itu, tapi
sesaat kemudian dia memekik saat Aham tiba-
tiba menarik pinggangnya, kemudian tanpa aba-
aba dia langsung ******* rakus bibir ranumnya.
Naya berusaha meronta melepaskan ciuman
Aham yang sangat memaksa. Namun Aham
malah semakin memperdalam ciumannya.
Naya mendorong kuat dada Aham hingga
akhirnya ciuman itu bisa terlepas.
Keduanya saling tatap sambil mengatur napas
yang tersengal. Wajah Naya bersemu merah.
Baru saja dia akan menjauh Aham kembali
menyergap bibirnya, namun kali ini ciumannya
lebih tenang, lembut dan intens. Naya tidak
berdaya untuk melepaskan ciuman ini. Tanpa
sadar dia memejamkan matanya, perlahan mulai
bereaksi membalas ciuman Aham walau terkesan
masih sangat kaku.
Tangan Aham melingkari pinggang Naya dan
menarik tubuh mereka lebih rapat. Saat ini yang terdengar hanya suara decakan erotis penuh kenikmatan dari ciuman mereka yang semakin
lama semakin memanas. Angin malam yang
menusuk kulit tidak mereka rasakan karena
saat ini darah mereka mendidih, membangkitkan hasrat yang mulai membakar seluruh tubuhnya.
Namun Naya cepat-cepat tersadar saat akal
sehat kembali menguasai dirinya. Dia berusaha mendorong kuat tubuh Aham dan melepaskan
ciuman panas tersebut. Aham menatap wajah
Naya dengan sorot mata yang sedikit berkabut.
Mereka kembali mengatur napas dan menjejali
paru-paru nya dengan udara.
Naya mundur, kemudian berbalik..
"Kau pergi, aku tidak akan memakannya.!"
Naya terdiam. Dia menarik napas panjang. Saat
ini wajahnya masih sangat memerah. Aham
bergerak kemudian duduk di kursi. Naya maju
mendekat, perlahan dia memakaikan mantel
ke tubuh Aham. Setelah itu duduk di depannya.
Mata Aham menatap intens wajah Naya yang
terlihat begitu menggemaskan. Bibirnya sedikit
bengkak dan tampak semakin menggoda.
"Makanlah..nanti keburu dingin.."
"Tanganku yang kedinginan.!"
Elak Aham dengan santai, tangannya di lipat di
dadanya. Naya menatap kesal. Terpaksa dia
mulai menyendok makanan dan mendekatkan
nya ke mulut Aham. Dengan tersenyum tipis
Aham menerima suapan Naya. Keduanya terdiam. Aham terlihat sangat menikmati makan nya.
"Kau menyukai laki-laki itu.?"
Naya mendongak, menatap heran.
"Siapa.? "
"Cucu angkat kakekku.!"
Aham menjawab dengan malas. Naya berusaha
tidak peduli, dia kembali menyuapkan makanan ke mulut Aham. Kemudian menarik napas berat.
"Walau berusaha kau ingkari, tetap saja statusku
adalah istrimu.! "
Deg !
Jantung Aham berdetak dengan kencang.
Dadanya berdebar hebat. Dia melempar
pandangan ke tempat lain.
"Aku tidak pernah menginginkan pernikahan
ini.! Kau bebas melakukan apapun.!"
Hati Naya seakan tertusuk seribu duri.
"Bagaimana pun kamu menolak ku, faktanya
kita sudah menikah. Aku tahu batasanku.!"
"Pernikahan ini akan berakhir juga."
"Aku akan menerima apapun ketentuan Tuhan."
Lirih Naya semakin menunduk. Aham kembali
menatap wanita yang ada di hadapannya itu
dengan intens. Ada perasaan aneh yang kini
kembali di rasakannya.
"Apa aku boleh bertanya.?"
Naya memberanikan diri menatap tenang wajah
Aham. Keduanya saling pandang kuat.
"Apa kau benar-benar tidak bisa menerima
pernikahan ini.?"
Mata Aham mengerjap. Dia kembali berusaha
membuang pandangannya ke sembarang arah.
"Aku tahu, aku hanyalah wanita biasa, jauh dari
kata sempurna, jauh dari kriteria wanita yang
selalu mengejarmu selama ini."
Suara Naya tercekat di tenggorokan nya. Dia
kembali menunduk.
"Aku tidak ingin mengingkari amanah kakek, tapi
kalau kamu tidak bisa menerima nya sama sekali,
semua hanya akan menimbulkan keburukan."
"Apa yang kau inginkan.?"
"Kau bisa membebaskan aku. Silahkan lakukan
apapun yang bisa membuatmu bahagia."
Aham terhenyak. Dia menatap tajam wajah Naya,
perasaanya tiba-tiba saja tidak nyaman.
"Kau menginginkan nya agar bisa bebas menjalin
hubungan dengan laki-laki itu bukan.?"
Naya menjatuhkan sendok nya. Dia balas
menatap tajam kearah Aham.
"Jangan berusaha menimpakan semua alasan
padaku.! Aku hanya tidak ingin memaksamu
untuk tetap berada dalam ikatan ini.!"
"Aku sudah menikahimu, di saksikan kakekku.!
Dan itu adalah satu hal yang sangat di inginkan
oleh nya, apa kau tahu apa artinya.?"
Mereka berdua berdiri dan saling bertatapan
dengan suasana sedikit memanas.
"Lalu, apa maumu sekarang.?"
Naya melipat kedua tangannya di dada. Aham
tampak sedikit kikuk. Bingung dan ragu.
"Dari awal semua ada dalam kendalimu.! Aku
tidak punya hak memutuskan apapun.!"
Kembali Naya berucap penuh penekanan. Aham
membalikan badannya, berdiri di pinggir balkon.
Naya menatap punggung kokoh itu. Dia menarik
napas dalam, kemudian membereskan nampan beserta sisa makanan tadi, hanya menyisakan
air putih saja.
"Selamat malam Tuan Muda.."
Naya membalikan badannya, kemudian berlalu
pergi dari kamar Aham.
Aham mengacak kasar rambutnya. Sebenarnya
apa yang kini di inginkannya ? Sejak awal dia
tidak pernah menerima pernikahan ini. Tapi
kenapa saat pertama kali dia melihat wanita
yang sudah sah menjadi istrinya itu, ada keresahan dan kegelisahan yang di rasakannya. Dia juga
selalu merasa kehilangan kendali saat berada
di dekat wanita itu.
***** *****
Pagi ini Naya memutuskan untuk tidak keluar
kamarnya. Perdebatan semalam menyisakan
perasaan tidak nyaman dalam hatinya, hingga
dia enggan untuk bertemu dengan Aham.
Sekitar jam 10 Pak Ali datang ke kamarnya dan
memberitahu bahwa Pak Bastian datang mencari
nya. Wajah Naya tampak bahagia saat mendengar
kedatangan asisten pribadi mendiang Tuan Besar
itu. Dia segera bersiap, setelah itu pergi melalui
jalan belakang.
Naya tertegun saat melihat Pak Bastian sedang
berdiri menyambut nya bersama dengan Noah
serta seorang laki-laki paruh baya.
"Selamat pagi Nona Muda.."
Sapa Pak Bastian dan laki-laki paruh baya itu.
"Pagi..senang bisa melihat bapak lagi."
Naya tersenyum lembut dan membungkuk
sedikit pada mereka.
"Nona..sudah tahu siapa Tuan Noah kan.?"
"Iya, tentu saja. "
"Kenalkan, beliau adalah Pak Hamdan, pengacara pribadi mending Tuan Besar.."
Pak Bastian mengenalkan laki-laki paruh baya
tadi yang terlihat kembali membungkuk ke arah
Naya.
"Senang berjumpa bapak."
Sambut Naya dengan mengatupkan kedua
tangan di dadanya.
"Hari ini adalah hari yang penting bagi Nona.
Kami akan menjelaskan semuanya di kantor."
Naya tampak bingung. Dia melirik kearah Noah
yang mengedipkan matanya.
"Mari Nona, kita berangkat sekarang."
"Dia akan pergi denganku.!"
Noah menarik tangan Naya, yang terlihat
canggung namun dia terpaksa mengikutinya
setelah berpamitan pada Pak Ali.
Akhirnya iringan mobil mereka mulai melaju meninggalkan Pak Ali yang hanya bisa menghela napas panjang.
Mereka tiba di sebuah kantor yang cukup megah.
Pak Hamdan langsung membawa Naya menuju
ke ruangannya di lantai 4.
Naya masih tampak bingung dengan semua yang
tengah terjadi. Ada apa sebenarnya.? Kenapa
mereka semua terlihat begitu serius.?
Ruangan kantor Pak Hamdan terlihat cukup luas,
mereka semua duduk di sofa yang tersedia di
ruang depan.
Tidak lama seorang wanita muda muncul,
menyerahkan setumpuk dokumen kepada Pak
Hamdan.
"Silahkan Nona.. lihat dan pelajari dokumen ini
baik-baik."
Pak Hamdan menyerahkan dokumen itu ke
hadapan Naya yang semakin di buat bingung.
Dia kembali melirik kearah Noah yang terlihat
mengangguk meyakinkan.
Dengan ragu-ragu Naya mulai membuka sampul
dokumen tersebut. Sesaat kemudian wajahnya
tampak terkejut, dengan cepat dia membuka
lembar demi lembar dari seluruh berkas penting
yang ada dalam dokumen tersebut.
"Sebenarnya apa ini Pak.? tolong jelaskan semua
nya pada saya.."
Naya memandang kearah Pak Hamdan juga Pak
Bastian. Pak Bastian mempersilahkan Pak Hamdan
untuk berbicara.
"Itu adalah berkas penting berisi seluruh warisan
yang di tinggalkan oleh Tuan Dananjaya, kakek
anda Nona.."
Naya terhenyak. Dia terdiam tidak percaya.
"Selama ini Tuan Besar sudah mengelola semua
warisan yang di tinggalkan Tuan Dananjaya untuk
anda. Dan Tuan Noah lah yang sudah memegang
semua perusahaan keluarga anda tersebut.."
Pak Hamdan kembali menjelaskan membuat
Naya semakin tak percaya. Dia menatap Noah
yang hanya tersenyum santai menyandarkan badannya ke belakang.
"Anda adalah Nona Muda keluarga Dananjaya.
Tuan Besar sengaja menyembunyikan keberadaan
anda, karena anda masih memiliki keluarga. Tapi
keluarga anda tersebut sangat haus akan harta
dan kekayaan yang di tinggalkan oleh kakek anda."
"Apa..?? jadi saya masih punya keluarga.?"
"Benar Nona, anda masih punya paman.."
Naya nampak menutup mulutnya.
"Selama ini dia mencari anda, karena mengincar
warisan bagian Ayah anda, karena bagiannya
sudah habis, saat ini dia diambang kehancuran.."
Naya terdiam. Dia merasa kini kepalanya seakan
berputar, pusing, apakah ini nyata, atau hanya
sebuah mimpi saja.?? Naya menutup wajahnya
mencoba untuk mencerna semua kenyataan ini.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
andi hastutty
jangan mau di tindas sama siapapun Naya
2023-10-24
0
andi hastutty
kan Naya juga kaya hehhehehe
2023-10-24
0
fitriani
kl si meline sm emaknya taw kl ternyata naya horang kaya gmn y reaksi mereka... shock x y😄😄😄😄
2023-07-08
0