\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Lampu dapur tiba-tiba menyala, sosok Pak Ali
tampak muncul di sana. Dia segera menghampiri
Naya dan Noah.
"Apa yang terjadi dengan Nona Muda Tuan.?"
Noah melirik, dia sedang merapatkan mantel ke
tubuh Naya.
"Tanyakan saja pada ******** tua itu..!"
Desis Noah sambil kemudian meraih tubuh Naya,
mengangkat nya ala bridal, setelah itu matanya
menatap tajam kearah Tuan Rolland yang saat
ini terduduk di kursi.
"Aku peringatkan padamu, jangan coba-coba
menyentuhnya lagi.!"
Setelah berkata demikian, Noah langsung angkat
kaki dengan menggendong tubuh Naya keluar
dari dapur menuju rumah belakang.
Sialnya saat dia sampai ke halaman belakang,
beberapa pelayan tampak sedang bergerombol
karena tadi sempat mendengar keributan dari
arah dapur. Wajah mereka tampak terkejut saat
melihat Naya dalam gendongan Noah.
Noah melangkah acuh melewati mereka yang
langsung membungkuk saat dia melintas.
Rani segera membukakan pintu kamar dengan
tatapan penuh kekhawatiran.
Noah membaringkan tubuh Naya dengan hati-
hati di atas tempat tidur kecil itu. Dia terlihat
meringis melihat kondisi kamar yang sangat
tidak nyaman ini, namun tidak ada pilihan lain,
dia tidak mungkin membawa Naya kedalam istana.
Naya langsung menggulung dirinya ke dalam
selimut, tubuhnya kembali bergetar menahan
tangis dan ketakutan yang masih menyisakan
trauma dalam benaknya akibat kejadian
mengerikan tadi.
"Mulai sekarang..kau harus terus mendampingi
nya, jangan biarkan dia keluar malam sendirian.!"
Titah Noah pada Rani yang baru muncul
membawakan air hangat.
"Baik Tuan Noah.."
"Temani dia malam ini..!"
"Baik."
Rani mengangguk. Noah menatap lekat kearah
Naya yang saat ini masih saja terisak. Setelah
cukup lama akhirnya dia keluar dari kamar.
"Nona..minumlah dulu.."
Lirih Rani seraya mencoba memegang tangan
Naya yang langsung menegang seketika.
"Aku sudah kotor sekarang..! orang itu sudah
menyentuhku..!"
"Tenanglah Nona, anda baik-baik saja.."
"Tidak Rani..!! dia sudah menghinaku.! dia sudah
membuatku tidak berharga lagi sekarang.!!"
"Nona..anda masih suci, anda sangat murni.."
Naya membuka selimut, keadaan nya saat ini
sangat kacau, matanya terlihat sembab. Tiba-tiba
dia turun dari tempat tidur kemudian melangkah
masuk ke dalam kamar mandi.
"Nona..anda tidak boleh menyiksa diri..! anda bisa
sakit kalau mandi malam-malam begini..!"
Rani mencoba mengetuk pintu kamar dengan
terus mengingatkan Naya yang saat ini sedang
mengguyur tubuhnya di bawah shower.
"Tuhan..ampunilah aku..hiks hiks..aku tidak bisa
menjaga diriku sendiri.."
Lirih Naya di sela isak tangis nya. Dia mengusap
kasar seluruh permukaan kulit tangannya yang
tadi sempat tersentuh oleh Tuan Rolland. Dia
juga bergetar membersihkan bibir nya dan
kembali memejamkan matanya.
Rani berjalan mondar mandir dengan wajah di
penuhi kecemasan. Sudah sekitar satu jam Naya
berada di kamar mandi, saat ini waktu sudah
menjelang pukul 1 dini hari.
"Nona..bukalah pintunya, saya mohon keluarlah.
Anda sudah terlalu lama berada di dalam.."
Kembali Rani mencoba menggedor pintu kamar.
Namun tidak ada sahutan dari dalam.
Beberapa pelayan tampak masih ada di luar
kamar Naya karena penasaran ingin tahu apa
yang terjadi. Namun Rani mengunci rapat pintu
kamar tersebut hingga mereka tidak bisa masuk.
Saat ini para pelayan itu tampak berdiri di
tempat dengan tubuh sedikit gemetar saat
melihat kemunculan Aham ke tempat itu di
dampingi Pak Ali. Wajah Aham tampak kelam
dengan aura kemarahan yang sangat jelas
terlihat. Semua pelayan semakin menunduk
dalam saat Aham tiba di depan pintu.
Rani membuka pintu saat mendengar suara
Pak Ali yang memanggilnya. Dia langsung
menunduk gemetar saat melihat kemunculan
Aham ke dalam kamar. Aham mengedarkan pandangannya.
"Dimana dia.?"
"Nona ada di kamar mandi, sudah satu jam Tuan.."
Suara Rani bergetar menahan ketakutan.
Wajah Aham semakin dingin, dia melangkah ke
depan pintu kamar, tanpa aba-aba langsung
menendang keras pintu itu dengan kakinya.
Brak.!!
Pintu kamar hancur berantakan. Mata Aham
langsung berkilat saat melihat tubuh Naya saat
ini sedang tergeletak tak berdaya di atas lantai
kamar mandi yang dingin. Dengan cepat dia
meraih tubuh lemah Naya ke dalam pangkuannya.
Pak Ali menutupkan selimut ke seluruh tubuh
Naya. Aham menatap lekat wajah pucat Naya,
dia mempererat pelukannya kemudian tanpa
kata lagi segera melangkah pergi keluar dari
kamar sempit itu di ikuti Pak Ali dan Rani
dengan di iringi tatapan penuh tanda tanya
para pelayan.
------- ------
Rani sudah selesai mengganti pakaian Naya.
Saat ini keadaan Naya masih belum sadarkan
diri. Aham sedang berada di balkon kamar nya
melakukan panggilan terhadap Leo.
"Siapkan semuanya dengan baik. Aku tidak mau
melihat laki-laki ******** itu lagi di rumah ini.!"
"Baik Tuan..saya akan urus semuanya."
Aham menutup telponnya. Dia melangkah
masuk ke dalam kamar. Rani tampak sedang mengompres kening Naya, suhu badannya kini semakin meningkat.
"Tidak...! tolong...lepaskan aku...Tuan...!"
Gumam Naya saat kesadaran mulai menyapanya.
Dia tampak menggelengkan kepalanya dengan
bulir keringat membasahi dahi nya.
"Nona.. sadarlah..!"
Rani terlihat begitu cemas melihat Naya terus
saja mengigau dan bergumam tidak jelas.Dia
mundur seraya membungkuk saat Aham
mendekat.
"Kau boleh keluar sekarang.!"
"Baik Tuan, saya permisi."
Rani segera membungkuk setelah itu berlalu
pergi dari dalam kamar tersebut.
"Aku kotor sekarang...ibu..aku kotor..."
Gumam Naya sambil kemudian terisak. Aham
segera naik ke tempat tidur, dia meraih tubuh
lemah itu kedalam rengkuhannya.
"Tenanglah..! Kau akan baik-baik saja.!"
Aham makin mempererat pelukannya.
Guncangan di tubuh Naya perlahan melemah.
Tanpa sadar Aham mencium puncak kepala
Naya dan memejamkan matanya. Perasaan
nya saat ini berkecamuk, tidak bisa di jabarkan.
Yang jelas dia langsung terbakar amarahnya saat mendengar laporan dari Pak Ali tentang apa yang terjadi pada Naya.
Beberapa saat kemudian Naya membuka matanya
perlahan. Kepalanya masih terasa begitu berat.
Saat dia menyadari kini dirinya ada dalam pelukan
seseorang dia kembali menegang dan langsung
bereaksi dengan mendorong keras tubuh Aham.
"Lepas.. tolong.. lepaskan aku...!"
Naya meronta dan memukuli dada Aham, kilasan
kejadian mengerikan tadi kembali melintas dalam
pikirannya hingga dia ketakutan.
"Tenanglah..ini aku.."
Aham mencoba menenangkan dengan memegang
tangan Naya dan menatap tajam wajah nya. Naya
terhenyak, matanya kini beradu tatap dengan
Aham. Sesaat kemudian tanpa di duga Naya
memeluk erat tubuh Aham sambil menangis
tersedu. Dia menyembunyikan wajahnya dalam rengkuhan dada bidang Aham.
"Aku kotor sekarang..apa yang bisa aku berikan
padamu..! semuanya sudah ternoda..!"
Aham yang sempat tertegun saat Naya tiba-tiba
memeluknya kini membalas pelukan itu lebih erat.
"Tidak..! semuanya tidak benar..! Kau masih suci.."
Suara Aham terdengar berat. Keduanya terdiam
saling memeluk. Naya masih menumpahkan
air matanya yang terus saja jatuh bercucuran.
"Dia sudah menyentuhku, aku tidak bisa menjaga
diriku..Maafkan aku Tuan.."
Aham menggeleng mendengar ucapan Naya.
Dia mencoba melonggarkan pelukannya,
kemudian mengangkat wajah Naya.
"Dengarkan aku..tidak terjadi apa-apa padamu.!
Akan ku pastikan bedebah itu pergi dari tempat
ini..! Kau bisa tenang sekarang..!"
Naya mengangguk pelan, Aham menghapus air
mata yang terus saja meleleh di pipi mulus Naya.
Kemudian dia mengecup lembut kening Naya,
lama..keduanya memejamkan mata.
"Sekarang tidurlah, kau harus istirahat..Aku
akan menjagamu disini.."
Ucap Aham sambil kemudian kembali meraih
tubuh mungil Naya kedalam pelukannya.
Aneh !! Naya tidak punya keinginan untuk
menolak pelukan ini. Karena ini memberikan
kenyamanan dan kedamaian padanya. Perlahan
mata Naya mulai terpejam, rasa lelah dan sakit
di kepala yang menderanya membuat dia tidak
berdaya, dan hanya dengan tidur dia berharap
semuanya akan kembali normal.
Aham menarik napas berat saat dia memastikan
bahwa Naya kini sudah tertidur. Di tatapnya lekat
wajah pucat tidak berdaya itu. Apa yang kini
sudah terjadi pada gadis itu, baru beberapa hari
dia tinggal di rumah ini, tapi rentetan kejadian
buruk sudah menimpanya.
Aham kembali mengecup lembut kening Naya.
Ada perasaan aneh yang selalu menggelayuti
hatinya saat dia berdekatan dengan gadis ini.
Perlahan Aham melepaskan pelukannya. Dia
menarik selimut menutupi tubuh Naya sampai
ke dadanya. Darahnya kini tiba- tiba memanas
saat melihat bibir ranum Naya, rasa manis dan
lembut bibir itu masih terasa dan terbayang
dalam ingatannya.
Aham mengusap kasar wajah nya, dia segera
bangkit turun dari tempat tidur. Menatap Naya
sebentar, setelah itu berlalu keluar dari dalam
kamar. Entah dia akan pergi kemana.
****** ******
Adzan subuh sayup-sayup terdengar. Naya
menggeliat, membuka matanya perlahan. Dia
bergumam memanjatkan doa. Saat ini kepalanya
masih terasa sedikit sakit. Dia menggerakkan
badannya, melihat ke sekitar ruangan. Naya
sempat tertegun saat menyadari dirinya kini
ada di dalam kamar tidur Aham. Tapi dimana
pria itu, sosoknya tidak terlihat dimanapun.
Naya bergegas turun dari tempat tidur. Dia
meraih kerudung di sandaran kursi kerja Aham.
Setelah itu cepat-cepat berlalu keluar kamar.
Setelah melaksanakan sholat subuh, Naya
kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat
tidur. Dia merasa dirinya tidak akan kuat untuk melayani Aham pagi ini. Tidak lama dia sudah
kembali tertidur dalam lelah dan rasa sakit yang
masih di rasakannya.
Suasana di ruang keluarga saat ini sedang
terjadi sedikit kegaduhan. Nyonya Elen dan
Meline terlihat sedang berdebat.
"Kenapa Papi tidak bilang kalau dia akan pergi
ke luar negri Mami..?"
Meline cemberut sambil menghempaskan
bokongnya di atas sofa.
"Mami juga tidak tahu darling.. tiba-tiba saja
dia pergi tanpa bilang terlebih dahulu.."
"Selalu begitu deh.! Dia suka aneh..!"
"Yasudah lah..! nanti Mami akan coba untuk
menghubungi nya lagi."
Sahut Nyonya Elen sambil melipat tangan di
depan dadanya. Keduanya terdiam.
"Hallo tante sayang...apa kabar..?"
Ke dalam ruangan muncul Catherine. Berjalan
dengan gaya elegannya, menenteng tas super
mahal serta pakaian yang mewah dan pastinya
terlihat sangat seksi..
"Hai Catherine sayang.. senangnya kamu bisa
berkunjung kesini."
Nyonya Elen menyambutnya dengan senyum
cerah seraya merangkul hangat gadis itu.
"Hai kak Catherine cantik.."
Meline menyusul dengan memeluk dan mengecup
lembut pipi Catherine. Mereka bertiga duduk, dan
tidak lama kemudian perbincangan hangat pun
terjadi diantara ketiganya.
"O iya Tan, apa Tuan Tampan ada di rumah.?
Aku lihat mobil nya masih ada di sini."
"Entahlah..! seperti nya hari ini dia tidak pergi
ke kantor, dia juga tidak turun untuk sarapan."
"Oya..? dimana dia sekarang.? biar aku yang
akan mengantarkan sarapan untuknya."
"Dia ada di ruang kerjanya."
"Baiklah..kalau begitu aku akan membawakan
sarapan untuknya."
"Ayo kak, aku antar kakak ke ruang makan.."
Meline ikut berdiri dan berjalan beriringan
dengan Catherine menuju ruang makan.
Sampai di ruang makan, Meline terlihat menatap
sinis kearah Naya yang saat ini sedang berkutat
menyiapkan makanan untuk Aham. Setelah dia
merasa cukup segar, akhirnya Naya memutuskan
untuk pergi ke dapur saat mengetahui bahwa
Aham tidak berangkat ke kantor dan memilih
bekerja dari rumah. Pak Ali mengatakan saat ini
Aham menyuruhnya untuk membawakan
sarapan ke ruang kerjanya.
"Hei..apa itu yang kau siapkan..!"
Meline mendekat kearah Naya yang tampak
menatap sekilas kearah nya juga kearah
Catherine. Gadis itu tampak sedang berdiri
menopang kedua tangan di depan dadanya.
"Ini sarapan untuk Tuan Aham Nona.."
"Sini.! Biar kak Catherine saja yang bawa.!"
"Tapi Nona, ini adalah tugas saya.."
"Hehh..kau ini hanya pelayan di sini.! Kak
Catherine itu calon tunangannya Kak Aham.."
Deg.!
Jantung Naya seakan di remas. Dia menatap
kearah Catherine yang terlihat tersenyum manis.
"Memang siapa dia Mel..? Aku baru liat pelayan
pake pakaian model begini..!"
Catharine maju mendekat, berdiri di hadapan
Naya, menatapnya dengan seksama. Alisnya
terangkat sedikit, ada raut tidak suka di wajahnya.
"Dia pelayan pribadi kak Aham..!"
"Apa..?? kok bisa.? bukankah selama ini Aham
tidak pernah memakai pelayan pribadi selain
Pak Ali.?"
Mata Catherine tampak membulat. Sorot mata
tidak suka semakin terlihat jelas dari raut mukanya.
"Entahlah..! Aku juga tidak mengerti.!"
Catherine menatap tajam wajah Naya yang kini
mundur dan berusaha untuk tidak peduli, dia
mengangkat nampan yang berisi makanan
untuk Aham.
"Hei..kau sungguh tidak sopan ya.! Aku sedang
berbicara padamu.! "
Catherine mendorong bahu Naya, tatapannya
semakin tajam.
"Jangan mentang-mentang kamu pelayan
pribadinya Aham, terus bisa bersikap seenaknya.!"
"Maaf Nona, saya merasa tidak ada yang salah
dengan sikap saya.!"
"Kurang ajar, berani menjawab kamu ya.? Kamu
tahu gak siapa saya.?"
Naya menggeleng dan menunduk.
"Aku ini calon tunangan majikan kamu..!! Jadi
kalau kamu masih mau bekerja disini, jangan
mencari masalah denganku.!"
"Maaf Nona..! urusan pekerjaan saya tidak ada
hubungannya dengan masalah pribadi anda.!"
"Jelas ada hubungannya.! Karena aku tidak suka
kalau Aham harus dekat-dekat dengan wanita
lain ! Apalagi wanita macam kamu..!!"
Catherine kembali mendorong bahu Naya
membuat Nampan yang di bawanya terguncang
dan makanan yang ada di atasnya jatuh berceceran
hingga menodai pakaian yang di kenakan Naya.
Naya akhirnya menyimpan kembali nampan nya.
Dan keadaan sedikit tegang saat Aham tiba-tiba
muncul ke ruangan itu. Tatapan nya langsung
mengarah pada Naya yang saat ini sedang
mengelap pakaiannya dengan tisu.
"Hai Aham Sayang..kenapa kamu kesini.? Aku
baru saja mau membawakan sarapan untukmu.."
Catharine segera menghampiri Aham dan
merangkulnya dengan mesra, mengecup bibir
nya cukup lama. Sementara Aham tidak bereaksi,
saat ini matanya sedang beradu tatap dengan
mata Naya, tatapan keduanya sungguh sulit
untuk di artikan.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
keysha Azzahra
cuma novel nie yg awal2 bikin ane gdek bnget thor,,deeeeuuuhh s aham pngen we rujak x ya ma cabe mrcon di ulek ampe hlus dah
2024-02-12
1
andi hastutty
mau di sate ini aham klo main cium2 yg bukan muhrim depan istri lagi
2023-10-24
0
fitriani
aham awas aja y kl lu balas ciuman dan pelukan dr tuh ulet keket... kl perlu dorong aja dy biar taw rasa
2023-07-08
0