8. Tengah Malam Mencekam

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

♥️♥️♥️♥️♥️

Sesampainya di dalam kamar, Naya segera

masuk ke kamar mandi dan membersihkan

dirinya. Namun keadaannya bukannya membaik, tubuhnya malah semakin menggigil kedinginan. Pasalnya di kamar ini tidak terdapat pemanas

hingga dia terpaksa harus mandi dengan air

dingin.

Naya menggulung tubuhnya dengan selimut

seadanya untuk mengurangi rasa dingin. Dan

kepalanya kini mulai terasa sakit hingga seakan

seperti di remas dengan kuat. Dia juga terus

bersin-bersin tiada henti.

Pintu kamar di ketuk dari luar, dengan tubuh

yang sedikit bergetar Naya membuka pintu

menampilkan sosok Rani di ambang pintu yang

tengah menatap nya cemas. Dia membawakan

nampan berisi makan malam dan juga obat.

"Nona..Pak Ali memerintahkan saya

membawakan malam untuk anda."

Rani menyimpan nampan di atas lemari kayu di

dekat tempat tidur. Naya yang kembali meringkuk

tampak menatap Rani dengan sorot mata redup.

"Iya nanti saya makan, terimakasih ya Rani."

"Sama-sama Nona, apa ada yang bisa saya bantu

lagi ? mau saya pijat ?"

Rani menawarkan diri di balas senyuman lembut

Naya yang menggeleng pelan.

"Tidak usah, terimakasih. Saya hanya butuh

istirahat sekarang."

Rani tampak masih menatap khawatir kearah

Naya yang berusaha memejamkan matanya.

"Baiklah..kalau begitu saya permisi.! kapanpun

Nona butuh saya, tinggal mengetuk saja."

Naya mengangguk seraya kembali tersenyum.

Akhirnya Rani keluar dari dalam kamar Naya.

Setelah meminum obat yang tadi di bawakan

oleh Rani, Naya mencoba untuk tidur dan mengistirahatkan segala pikirannya.

Namun sampai tengah malam tidurnya tampak

terus saja gelisah, dia membolak balikan badan

nya mencoba mencari posisi ternyaman. Namun

kegelisahan tetap saja melandanya. Di tambah

hidung nya yang kembali meler dan bersin-bersin

nya masih saja tersisa.

Tidak ada pilihan, Naya terbangun dari tidurnya.

Dengan memakai baju hangat dari bulu halus

dia keluar dari kamar nya.

Hawa dingin langsung saja menerpa kulit nya

membuat dia kembali menggigil dan merapatkan

baju hangat nya. Kemudian dia mulai berjalan

menyusuri halaman belakang menuju ke arah

dapur. Dia harus membuat ramuan minuman

obat herbal yang biasa di buat nya sewaktu di

panti, kalau tidak sakit kepala dan bersin-bersin

nya tidak akan mereda.

Tidak lama dia sudah berada di dapur karena

memang pintu belakang tidak pernah di kunci.

Dengan penerangan seadanya karena tidak ingin

menggangu penghuni rumah Naya mulai mencari

bahan-bahan yang di perlukan.

Setelah semuanya siap, dia mulai menyalakan

kompor dan merebus bahan obat herbal tersebut.

Rasa sakit di kepalanya makin terasa berdenyut.

Setelah lama akhirnya minuman herbal yang tadi

di buat nya siap. Naya menuangkan minuman

tersebut ke dalam gelas dan mencuci semua

peralatan yang tadi di gunakannya.

Saat sedang fokus mencuci, tiba-tiba dia

terperanjat kaget saat mendengar suara langkah

kaki dari arah gudang bawah tanah yang terdapat

di samping dapur dekat ruang makan.

Naya menoleh, tubuhnya menegang seketika

saat melihat sosok Aham tengah berdiri di pintu

keluar gudang dengan memegang dua buah botol

minuman beralkohol. Mata mereka langsung

bertemu saling bertatapan kuat.

Aham melangkah sedikit sempoyongan

menghampiri Naya yang masih berdiri kaku

di tempat nya. Kini dia berdiri tepat di hadapan

Naya yang masih belum bisa bergerak. Dia

meletakan dua botol minuman yang di

bawanya di atas meja kecil yang ada di dapur.

"Apa yang kamu lakukan di sini.? Apa kau

sedang memata-matai ku hehh ?"

Mata Aham tampak sedikit merah menandakan

dia sudah di kuasai oleh pengaruh alkohol.

Entah berapa botol yang sudah di habiskannya.

"A-aku..sedang membuat ramuan.."

"Ramuan..? Kau sedang membuat racun

untukku.?"

Naya tersentak mendengar ucapan Aham, dia

menatap tajam wajah Aham yang kini semakin mendekat membuatnya reflek mundur, Aham

tampak menautkan kedua alisnya melihat

respon Naya. Dia kembali maju mendesak

membuat Naya tersudut membentur kitchen

sink.

"A- aku butuh obat.."

Naya berucap lirih dengan sedikit gemetar dan

masih menatap tajam Aham mencoba mencari

celah untuk melarikan diri.

"Apa kau tahu, kau sudah membuat hidupku

menjadi kacau sekarang.!"

Naya mengernyitkan alis, dia menggelengkan

kepala nya kuat.

"Aku tidak mengerti maksudmu.!"

"Kau sudah membuatku menentang kakekku.!

Dan..dia pergi untuk selamanya ! Dia pergi

meninggalkanku tanpa pesan apapun.!"

Naya terhenyak mendengar geraman Aham.

Dia menatap mata Aham yang kini terlihat di

penuhi oleh emosi yang terbendung. Naya

melihat dengan jelas bahwa laki-laki ini masih

belum bisa menerima kenyataan, dia tampak

masih terguncang akan kepergian Kakek nya.

Aroma alkohol yang sangat dominan keluar

dari mulut Aham saat dia kembali mendekatkan

wajah nya kehadapan Naya membuat tubuh

Naya menegang dan memejamkan matanya.

"Kau adalah wanita pembawa sial.!"

Desis Aham, tatapannya makin menghunus.

Naya membalas tatapan Aham dengan mata

yang mulai berkaca-kaca. Dia tersentak saat

Aham tiba-tiba mencengkram kuat pergelangan tangannya kemudian tanpa ampun menyeret

tubuhnya seraya menyambar botol minuman

yang tadi di letakkan nya.

Aham menyeret tubuh mungil Naya di bawa melangkah keluar dari dapur.

"Lepas ! Kau mau membawaku kemana, lepas !"

Naya berusaha berontak dan mencoba melepaskan pegangan tangan Aham yang kini terasa semakin

kuat. Namun laki-laki itu tampak tidak peduli dia

terus saja berjalan menaiki tangga menuju ke lantai atas.

"Tuan ! tolong lepaskan, ini sakit ! kau mau membawaku kemana ?"

Naya tidak putus asa dia terus meronta dan

menarik tangannya walaupun itu sia-sia saja

karena tenaga Aham bukanlah tandingannya.

Mereka sampai ke lantai atas, dan Naya tampak

semakin tegang saat tubuhnya di seret masuk

ke dalam sebuah kamar di ujung lorong yang

berada di lantai dua tersebut.

"Ini adalah tempat yang cocok untukmu.! Kau

harus menerima hukuman karena sudah

berani mengusik kehidupanku.!"

Aham melempar tubuh Naya ke sudut ruangan

membuat tubuh ringkihnya langsung tersungkur.

Dia berdiri menjulang di ambang pintu, menatap

tajam kearah Naya yang kini bergerak dan

beringsut ke dinding ruangan kecil itu.

Air mata tiba-tiba saja berjatuhan, tapi Naya

berusaha meredam tangisnya.

"Apa yang kau inginkan dariku.? Lakukan

apapun yang bisa membuatmu tenang.!"

Suara Naya bergetar menahan isak tangis yang

kini semakin mendesak pertahanannya.

Aham maju mendekat, dia menenggak minuman

dari botolnya langsung dengan terus menatap

tajam wajah Naya yang terlihat sedikit memucat.

"Aku ingin kau pergi dari hidupku secepatnya.!

Aku tidak pernah menginginkan kehadiran mu.!

Kau adalah penyebab Kakek pergi dariku !"

Aham kembali meneguk minumannya membuat

Naya terkesiap, dia mencoba berdiri dan mendekat

kearah Aham lalu merebut botol yang sedang di

teguknya.

"Tuan..! sudah hentikan.! Kau tidak bisa terus

menerus menyiksa dirimu sendiri.!"

Aham menatap murka kearah Naya, dia merebut

botol dari tangan Naya lalu melemparkannya

ke dinding ruangan hingga menimbulkan suara pecahan nyaring membuat Naya menjerit kaget

dan menutup mukanya.

Keheningan malam tiba-tiba terbelah oleh suara

gaduh yang berasal dari ruangan di pojok lorong

lantai atas tersebut.

"Jangan coba-coba mengajariku.!! "

Bentak Aham menggelegar, matanya menyala

penuh amarah dia mencengkram leher Naya dan menekannya ke dinding membuat Naya

membulatkan matanya dan tangannya berusaha memegang kuat lengan kekar Aham yang kini berusaha mencekiknya.

"Ka-lau.. kepergian ku bi-sa membuatmu tenang..

Silahkan..lenyapkan aku sekarang juga.."

Lirih Naya di sela napasnya yang tersengal.

Mata Aham tampak berkilat sesaat, dia terkesiap

saat matanya beradu tatap dengan mata pasrah

Naya yang kini semakin redup namun penuh

dengan cairan bening yang menetes deras.

Dengan cepat Aham melepaskan cengkraman

tangannya di leher Naya membuat tubuh Naya

ambruk seketika ke atas lantai dalam keadaan

tak sadarkan diri.

Aham tampak bengong menatap tak percaya

sosok lemah di hadapannya yang kini tergeletak

tak berdaya. Dengan cepat dia meraih tubuh Naya

memeriksa keadaanya. Dan tanpa pikir panjang

dia mengangkat tubuh Naya kedalam pangkuan

nya di bawa keluar dari dalam ruangan itu.

Di depan pintu masuk kamar nya dia berpapasan

dengan Pak Ali yang terlihat menatap cemas

kearah Naya yang kini terkulai lemas dalam

pelukan Aham.

"Bawakan air hangat ke kamarku.!"

"Baik Tuan."

Aham masuk kedalam kamar nya sementara Pak

Ali turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa.

Aham membaringkan tubuh Naya di atas tempat

tidurnya. Dia kembali memeriksa keadaan nya.

Denyut nadi nya sedikit lemah, wajahnya juga

terlihat semakin memucat sementara suhu

tubuhnya kini meningkat drastis.

Aham segera meraih ponsel dari atas nakas, dia

menghubungi nomor telpon dokter pribadinya.

"Kau bisa datang ke sini sekarang.?"

".."

"Aku membutuhkan bantuanmu sekarang

juga, cepat datang.!"

Aham langsung menutup telponnya sepihak.

Dia kembali berpaling pada Naya yang terlihat

semakin pucat, wajah Aham terlihat sedikit panik, berjalan mondar mandir, kemudian meremas kepalanya.

"Apa yang sudah kulakukan..!"

Aham mengusap kasar wajah nya. Dia kembali

menatap wajah Naya yang terlihat begitu tidak

berdaya. Akhirnya dia duduk di pinggir tempat

tidur, menatap lekat wajah pucat wanita yang

sudah sah menjadi istrinya itu.

Tatapannya semakin lama semakin intens. Baru

saat inilah dia bisa memperhatikan dan menatap dengan seksama detail wajah wanita yang

tanpa alasan tiba-tiba saja begitu di bencinya.

Semakin lama memandang nya, Aham seakan

tidak bisa melepaskan pandangannya. Dia

kembali mengusap kasar wajahnya dan

menarik napas berat.

Pak Ali muncul kedalam kamar membawakan

teko berisi air panas beserta mangkuk silver

komplit dengan lap kecil untuk mengompres.

"Biar aku saja."

Pak Ali tampak bengong saat melihat Aham

mulai menempelkan kain kompresan di kening

Naya. Dia setengah tidak percaya dengan apa

yang dilakukan oleh Tuan Muda nya itu.

"Tuan..apa tidak sebaiknya Nona Muda dibawa

ke rumah sakit saja, saya khawatir.."

"Aku sudah menyuruh Rama untuk datang kesini.

Dia akan menanganinya.!"

"Baik Tuan.."

Pak Ali terdiam dan hanya bisa menatap cemas

wajah Naya yang terlihat begitu pucat.

Nona..apa yang terjadi pada anda ? Sebenarnya

apa yang sudah Tuan Muda lakukan pada anda.?

Pak Ali terus bertanya-tanya dalam hatinya seiring

tatapan yang tidak lepas dari wajah Naya.

Aham kembali berjalan mondar mandir tidak

tenang menunggu kehadiran Dokter pribadinya.

Pak Ali sudah turun untuk menunggu kedatangan

Dokter Rama di ruang depan.

Kesal menunggu akhirnya Aham kembali duduk

di samping tubuh Naya, dengan sedikit gemetar

dia memegang tangan Naya. Ada semacam desiran halus yang kini merayap menjalari seluruh aliran

darah nya saat dia menggenggam tangan Naya

penuh rasa cemas akan kondisinya yang terlihat semakin lemah. Dia menatap resah wajah Naya.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dokter

Rama muncul membuat Aham bisa bernapas

sedikit lega. Dengan segera Dokter pribadinya

itu memeriksa keadaan Naya.

"Apa kau bisa membuka kerudungnya ? Aku

ingin memeriksa lebam di bagian leher nya."

"Kau mau mati sekarang.?"

Aham menatap tajam wajah Rama penuh ancaman

hingga Dokter muda itu mengangkat bahu nya.

Cukup lama Dokter Rama mengecek kondisi Naya

hingga membuat Aham kembali tidak sabar dan

di landa kecemasan karena Naya tidak kunjung

sadar.

"Syukurlah tidak ada yang serius dengannya.

Dia hanya sedikit syok saja di tambah kondisi tubuhnya yang sedang demam."

Aham menarik napas lega saat mendengar

penjelasan Dokter pribadinya tersebut.

"Aku akan memberikan suntikan penenang agar

dia bisa istirahat dengan baik."

Setelah berucap demikian, dia mulai menyiapkan

alat injeksi. Aham mendekat dan memegang

lengan kiri Naya, kemudian perlahan dan hati-hati

dia menggulung lengan baju yang di kenakkan

Naya. Darah Aham kembali berdesir saat dia

menyentuh kulit halus lembut Naya yang kini

terbuka sampai ke siku nya. Ada luka lebam

di sekitar siku yang terlihat sedikit membiru.

"Siapa gadis ini sebenarnya ?"

Dokter Rama tampak menatap lekat wajah

cantik Naya. Walaupun keadaan nya pucat pasi

dan lemah, tapi mata Dokter itu bisa melihat

dengan jelas betapa cantik dan mempesona nya

gadis yang kini sedang di periksa kondisi nya.

Aham melirik dan menatap tajam penuh aura

intimidasi terhadap Dokter Rama yang masih

dengan tenang nya memandang wajah Naya.

"Kau harus menurunkan pandangan mu darinya.

Jangan kurang ajar !"

Dengus Aham. Dokter Rama menautkan alisnya.

"Kenapa memang nya ? Siapa yang tahan untuk

tidak memandang nya ."

"Jangan lancang kamu ! Dia adalah istriku.!"

"What ?? Apa kau bercanda ??"

Rama membulatkan matanya. Dia menatap

tidak percaya mendengar ucapan Aham.

"Dia wanita pilihan mendiang kakekku."

Aham menghela napas sambil kemudian kembali

menatap lekat wajah Naya. Rama terdiam dengan

wajah sedikit kecewa.

"Aku kira dia tidak ada hubungannya dengan mu."

"Apa maksudmu ??"

Aham kembali menghujamkan tatapan nya pada

Dokter Rama yang tersenyum kecut.

"Sudahlah, sekarang aku akan memberikan

suntikan padanya. "

Dokter Rama mengoleskan cairan anestesi pada

lengan bagian atas Naya, kemudian dengan hati-

hati dia mulai melakukan prosedur injeksi. Naya

tampak sedikit bereaksi dengan mengeluh dan meringis, tubuhnya bergerak resah hingga tanpa

sadar Aham mencoba mengelus kening Naya

untuk menenangkannya.

"Tidak perlu cemas, dia akan baik-baik saja. Tapi

sedikit trauma bisa saja di alaminya. Kau harus

terus memperhatikan nya. "

Rama berdiri setelah dia selesai melakukan

pengecekan menyeluruh terhadap kondisi Naya.

Dia merapihkan semua alat-alat yang di bawanya.

Setelah berpamitan akhirnya Dokter muda itu

keluar dari dalam kamar diantara oleh Pak Ali.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

syukurlah masih terselip hati nurani di hati aham

2023-10-24

0

Yani

Yani

Aham punya hati nurani ternyata

2022-11-17

0

Novi Sulistiana

Novi Sulistiana

seganteng apapun aham jika merendahkan perempuan apalagi trhdap istrinya sendri...nama nya laki2 nggak brmoral...

2022-11-12

0

lihat semua
Episodes
1 1. Awal Mula
2 2. Lamaran Mengejutkan
3 3. Akad Nikah
4 4. Kehilangan
5 5. Kekacauan Di Pagi Hari
6 6. Kena Tampar
7 7. Pulang Malam
8 8. Tengah Malam Mencekam
9 9. Jebakan Aham
10 10. Perasaan Aneh
11 11. Kenangan Buruk
12 12. Peresmian Mall
13 13. Ciuman Pertama
14 14. Hampir Saja
15 15. Patuhi Perintahku
16 16. Kejutan Besar
17 17. Kembalinya Masa Lalu
18 18. Kedatangan Tamu Istimewa
19 19. Tidur Bersama
20 20. Bertemu Klien
21 21. Kau Sangat Aneh
22 22. Calon Menantu
23 23. Mengunjungi Panti
24 24. Ulang Tahun Meline
25 25. Tenggelam
26 26. Kau Memang Istriku
27 27. Pengumuman Penting
28 28. Pindah Kamar
29 29. Bantu Aku Keramas
30 30. Bertemu Mantan
31 31. Menemanimu Makan Siang
32 32. Terluka
33 33. Berikan Dirimu Padaku
34 34. Paman Kandung
35 35. Kunjungan Tak Terduga
36 36. Buatkan Aku Makan Malam
37 37. Klien Penting
38 38. Datang Ke Kantormu
39 39. Saudari Sepupu
40 40. Aku Harus Pergi
41 41. Resah Dan Gelisah
42 42. Tiga Wanita Sosialita
43 43. Terjadi Lagi
44 44. Amarah Aham
45 45. Pemilik Perusahaan
46 46. Tidak Percaya
47 47. Datang Ke Pesta
48 48. Kedatangan Tuan Tampan
49 49. Merindukanmu
50 50. Mantan Yang Merepotkan
51 51. Rencana Yang Terbaca
52 52. Perdebatan Di Pagi Hari
53 53. Nona Besar
54 54. Jangan Mengusik Wanitaku
55 55. Keluar Mansion
56 56. Berkunjung Ke Pemakaman
57 57. Selamat Dari Maut
58 58. Bersamamu Aku Tenang
59 59. Tamu Tak Terduga
60 60. Malam Mengejutkan
61 61. Kau Hanya Milikku
62 62. Aku Mencintaimu
63 63. Perseteruan
64 64. Sangat Berlebihan
65 65. Anak Pesantren
66 66. Tidak Nyaman
67 67. Malam Pertunangan
68 68. Serangan Balik
69 69. Kakak Angkat
70 70. Ngidam
71 71. Kalah Dan Pasrah
72 72. Meline Dan Noah
73 73. Siapa Wanita Itu
74 74. Konferensi Pers
75 75. Resepsi
76 # Akhir Kisah Bahagia
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Awal Mula
2
2. Lamaran Mengejutkan
3
3. Akad Nikah
4
4. Kehilangan
5
5. Kekacauan Di Pagi Hari
6
6. Kena Tampar
7
7. Pulang Malam
8
8. Tengah Malam Mencekam
9
9. Jebakan Aham
10
10. Perasaan Aneh
11
11. Kenangan Buruk
12
12. Peresmian Mall
13
13. Ciuman Pertama
14
14. Hampir Saja
15
15. Patuhi Perintahku
16
16. Kejutan Besar
17
17. Kembalinya Masa Lalu
18
18. Kedatangan Tamu Istimewa
19
19. Tidur Bersama
20
20. Bertemu Klien
21
21. Kau Sangat Aneh
22
22. Calon Menantu
23
23. Mengunjungi Panti
24
24. Ulang Tahun Meline
25
25. Tenggelam
26
26. Kau Memang Istriku
27
27. Pengumuman Penting
28
28. Pindah Kamar
29
29. Bantu Aku Keramas
30
30. Bertemu Mantan
31
31. Menemanimu Makan Siang
32
32. Terluka
33
33. Berikan Dirimu Padaku
34
34. Paman Kandung
35
35. Kunjungan Tak Terduga
36
36. Buatkan Aku Makan Malam
37
37. Klien Penting
38
38. Datang Ke Kantormu
39
39. Saudari Sepupu
40
40. Aku Harus Pergi
41
41. Resah Dan Gelisah
42
42. Tiga Wanita Sosialita
43
43. Terjadi Lagi
44
44. Amarah Aham
45
45. Pemilik Perusahaan
46
46. Tidak Percaya
47
47. Datang Ke Pesta
48
48. Kedatangan Tuan Tampan
49
49. Merindukanmu
50
50. Mantan Yang Merepotkan
51
51. Rencana Yang Terbaca
52
52. Perdebatan Di Pagi Hari
53
53. Nona Besar
54
54. Jangan Mengusik Wanitaku
55
55. Keluar Mansion
56
56. Berkunjung Ke Pemakaman
57
57. Selamat Dari Maut
58
58. Bersamamu Aku Tenang
59
59. Tamu Tak Terduga
60
60. Malam Mengejutkan
61
61. Kau Hanya Milikku
62
62. Aku Mencintaimu
63
63. Perseteruan
64
64. Sangat Berlebihan
65
65. Anak Pesantren
66
66. Tidak Nyaman
67
67. Malam Pertunangan
68
68. Serangan Balik
69
69. Kakak Angkat
70
70. Ngidam
71
71. Kalah Dan Pasrah
72
72. Meline Dan Noah
73
73. Siapa Wanita Itu
74
74. Konferensi Pers
75
75. Resepsi
76
# Akhir Kisah Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!