\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Tengah malam Aham baru saja kembali setelah
mengantar Feli ke rumahnya. Namun seperti
biasa Aham tidak pernah mau masuk kedalam
rumah besar itu. Dia enggan untuk bertemu
dengan kedua orang tua Feli untuk saat ini.
Di pintu utama Pak Ali tampak menyambutnya.
Dia segera membuka mantel yang dipakai Aham
kemudian mengikuti langkah Tuan nya itu masuk
ke dalam rumah.
"Apa ada yang anda inginkan Tuan..?"
Aham menghentikan langkahnya. Dia terlihat
berpikir, tidak lama kemudian kembali melangkah.
"Ambil kunci cadangan kamar wanita itu.!"
"Iya Tuan.?"
Pak Ali mencoba meyakinkan. Aham tetap
berjalan dengan tenang.
"Aku memerlukan kunci itu.!"
"Baik Tuan."
Pak Ali mengambil kunci cadangan kedalam
gudang di dekat dapur.
Mereka berdua sampai di depan pintu kamar
belakang yang di huni oleh Kanaya. Aham
berdiri tepat di depan pintu. Dia terdiam ragu.
"Tuan..biar saya ketuk pintu kamar Nona.."
"Tidak perlu.! jangan membangunkan nya."
Cegah Aham. Dia kembali terlihat bimbang.
"Maaf Tuan, apa anda ingin Nona membuatkan
sesuatu, makanan..atau minuman..?"
Hati-hati Pak Ali bertanya karena heran dengan
sikap Tuan Mudanya ini.
"Tidak.! Aku hanya.. ehemm.."
Aham menggaruk tengkuknya. Setelah lama
terdiam akhirnya dia membuka kunci pintu
kamar itu. Matanya terpaku pada sosok mungil
yang kini sedang tertidur dengan posisi miring.
Tidak lama dia melangkah masuk. Pak Ali
semakin di buat bingung dengan Tuan
Muda nya itu.
Aham berdiri di samping tempat tidur. Menatap
lekat wajah Naya yang terlihat tenang. Betapa
kecantikannya begitu alami. Tanpa polesan,
tanpa kepalsuan. Sangat mempesona.
Perlahan-lahan Aham meraih tubuh itu kedalam
rengkuhannya, dengan hati-hati dia mengangkat
tubuh mungil itu kedalam pangkuannya.
"Tuan..apa yang ingin anda lakukan.?"
Pak Ali terkejut sekaligus khawatir dengan apa
yang dilakukan oleh Aham.
"Kau pikir aku akan membuangnya.!"
"Bu-bukan begitu Tuan..saya hanya.."
"Bawakan peralatan ibadahnya ke kamarku..!"
Pak Ali bengong, sementara Aham berlalu keluar
dari kamar itu. Dia berjalan dengan tenang sambil
menggendong Naya. Aham semakin mempererat
pelukannya saat Naya menyusupkan wajahnya ke
dalam rengkuhan dada bidang nya karena hawa
dingin mulai terasa menusuk kedalam kulit.
Tiba di dalam kamar, Aham membaringkan tubuh
Naya di atas tempat tidur dengan hati-hati.
Pak Ali datang kemudian. Dia meletakkan
peralatan sholat Naya di atas meja kerja Aham.
"Tuan..ada yang anda butuhkan lagi.?"
"Tidak ada ! kau boleh keluar sekarang.!"
"Baik Tuan, saya permisi."
"Hemm.."
Pak Ali berlalu keluar dari kamar dengan sesekali
menoleh kearah tempat tidur untuk memastikan
bahwa Nona Muda nya baik-baik saja.
Tidak lama Aham masuk kedalam kamar mandi.
Dia harus memastikan bahwa aroma tubuh Feli
menghilang dari dirinya.
Naya menggeliat, membuka matanya perlahan.
Dia merasa sangat haus. Namun saat menyadari
keberadaan dirinya kini, dia terperanjat. Bangkit
dengan cepat sambil melihat ke seluruh ruangan.
"Kenapa aku bisa ada di kamar ini.? apa yang
terjadi ? apa aku berjalan sambil tidur.?"
Gumam Naya sambil kemudian turun dari
tempat tidur. Dia menatap keatas tempat tidur.
Tidak ada sosok laki-laki itu di sana. Tunggu
dulu, apa dirinya sedang bermimpi.? Naya
mencubit tangannya dan meringis merasakan
sakit. Tidak ! ini bukan mimpi, ini adalah nyata.
Lalu bagaimana bisa dia ada di sini.?
"Ini benar-benar aneh..! aku harus segera pergi
dari kamar ini sebelum orang itu datang.."
Ucapnya sambil kemudian mulai berjalan.
Tapi baru beberapa langkah dia memekik saat
tubuhnya tiba-tiba melayang ke udara. Matanya
membulat tidak percaya saat menyadari kini
dirinya ada dalam pangkuan Aham.
"Apa kau mau melarikan diri pelayan..?"
Aham menghempaskan tubuh Naya keatas
tempat tidur hingga membuat dia kembali
memekik kaget.
"Tuan..maaf, aku tidak mengerti kenapa aku
bisa ada di kamar ini."
Lirih Naya dengan wajah bingung sekaligus
pucat. Dia terlihat sedikit ketakutan. Alis
Aham terangkat, melihat reaksi Naya yang
tidak menyadari semuanya, timbul ide jahil
dalam dirinya.
"Berani sekali kamu malam-malam datang ke
kamarku.!"
Naya makin terlihat tegang, dia beringsut ke
ujung tempat tidur. Tatapannya terlihat begitu
bingung namun juga merasa bersalah.
"Aku juga tidak mengerti kenapa bisa ada di
kamar ini.! Sungguh aku tidak ingat apa-apa."
Aham merangkak naik ke atas tempat tidur.
Keadaanya membuat tubuh Naya semakin
tegang sekaligus panas dingin. Saat ini Aham
hanya memakai celana saja. Karuan saja bentuk tubuhnya yang kekar dengan barisan roti sobek
yang seksi terpampang nyata di depan matanya.
"Jangan mencari alasan kamu.! Kamu memang
sengaja mendatangiku kan.?"
"Tidak ! Mungkin secara tidak sadar aku berjalan dalam keadaan tidur."
Elak Naya seraya menundukan wajahnya.
"Kau pikir aku percaya pada alasan bodoh
mu itu.? Atau mungkin kau mau berbuat
jahat padaku.?"
"Ahh..?? Tidak.! itu tidak benar.! mana mungkin
aku memiliki niat seperti itu.!
"Lalu, untuk apa kamu datang kesini heh ? Apa
kau sedang mencari kehangatan.?"
"Tuan..! Aku tidak semesum itu.!"
Teriak Naya tidak tahan. Dia segera mendorong
tubuh Aham ingin turun dari tempat tidur.
"Hei..siapa yang mengijinkan mu pergi..!"
Aham meraih pinggang ramping Naya dan
kembali merebahkan tubuhnya. Keduanya
saling berpandangan lekat.
"Karena ulahmu barusan, tidurku jadi terganggu.
Jadi..kau harus di hukum.!"
"Apa ?? hukuman lagi.??"
Naya berteriak kesal. Dia mencoba bangkit
namun tertahan karena kedua tangannya kini
di tahan diatas kepalanya.
"Kesalahanmu kali ini tidak bisa aku toleransi
lagi, hukuman nya harus berat.!"
"Apa maksudmu.? Aku saja tidak sadar dengan
apa yang telah terjadi, bagaimana bisa kau
menghukum ku dengan seenaknya.! Aku tidak
terima.!"
"Aku tidak peduli ! hukuman tetap harus di
jalankan.!"
"Tidak.! awas aku mau kembali ke kamarku.!"
"Kau harus tidur disini malam ini..!"
"Apa??"
Mata Naya membulat sempurna. Dia menggeleng
dengan kuat. Aham menatap wajah Naya dengan
seringai licik. Namun ada sedikit rasa kecewa dan
kesal dalam hatinya melihat reaksi Naya.
Apa benar wanita ini tidak mau tidur bersama dengannya.? Tapi kenapa ? Bukankah wanita
di luaran sana bahkan bermimpi dan mendambakan untuk bisa tidur bersama dengan dirinya.?
Rahang Aham mengeras, wanita ini sungguh
berbeda. Dia sedikit keras kepala. Aham harus menunjukan siapa di sini yang berkuasa.
"Tidak ada bantahan, kau harus tidur di sini.
Atau aku akan memberikan hukuman yang
lebih berat.!"
Aham menggulingkan tubuhnya keatas kasur.
Dia berbaring dengan posisi telentang. Naya
menarik napas panjang. Melirik kearah laki-
laki pemaksa itu. Kemudian perlahan dia ikut
membaringkan tubuhnya di sebelah Aham.
Cukup jauh, hampir mepet ke sisi tempat tidur.
Keduanya terdiam saling membisu.
Aham melirik, memiringkan tubuhnya
menghadap kearah Naya. Dia menatap datar
wajah Naya yang terlihat begitu sempurna dari samping seperti ini.
"Hei.. mendekat kesini.!"
Aham merentangkan tangannya untuk dipakai
sebagai bantal buat Naya. Gadis itu hanya
melihat dan menggeleng. Aham geram,
kenapa wanita ini selalu saja membantah.!
"Kau tidak punya hak untuk membantah. Cepat
kesini atau aku akan melakukan hal lain yang
tidak pernah kamu bayangkan.!"
Naya memutar bola matanya malas. Akhirnya
dia beringsut mendekatkan dirinya ke Aham.
"Peluk tubuhku.!"
"Tuan ! sebenarnya apa maumu.? aku bukan
bonekamu..!"
"Kau memang bukan boneka ku, tapi kau
itu mainan ku..!"
"Apa ?? kau ini benar-benar menyebalkan.!"
"Sudah, cepat peluk aku.!"
Dengan perasaan kesal campur tegang Naya
akhirnya mulai melingkarkan tangannya di
punggung kokoh Aham. Dan diapun tidak sadar menyusupkan wajahnya kedalam rengkuhan
dada bidang laki-laki itu. Kenyamanan seketika
langsung menyelimuti seluruh jiwanya.
Aham tersenyum tipis, dia menarik tubuh Naya
dengan melingkarkan tangannya di pinggang
ramping wanita itu. Keduanya terdiam saling
berpelukan. Mata Aham terpejam, dia merasa
hatinya saat ini begitu tenang dan damai.
Tidak ada nafsu ataupun keinginan yang aneh
aneh yang kini dirasakannya. Hanya perasan
tenang dan nyaman.
Perlahan mata mereka berdua mulai terpejam.
Rasa ngantuk sebenarnya sudah menguasai
mereka dari tadi. Tidak lama keduanya sudah
terlelap dalam tidur yang penuh dengan
ketenangan dan kenyamanan. Tapi pelukan
itu tidak pernah terlepas satu sama lain.
----- -----
Kumandang Adzan subuh membangunkan
Naya dari tidur lelapnya. Dia membuka matanya perlahan. Mengumpulkan kesadaran dan berdoa dalam hati. Untuk sesaat Naya sempat kaget saat
menyadari kini tubuhnya ada dalam pelukan
erat Aham. Tangan laki-laki itu masih saja
melingkari tubuh mungilnya hingga seakan mengurungnya dan menguasainya.
Naya mencoba untuk menguasai diri dan
menetralkan detak jantungnya yang tadi
sempat berdegup dengan kencang. Dia
menatap tenang wajah tampan Aham yang
kini ada di hadapannya. Sangat dekat bahkan
nyaris tidak berjarak.
Benar-benar tampan..bahkan dalam tidurnya
pun dia tetap saja mempesona. Pantas saja
setiap wanita begitu mengaguminya..
Celoteh Naya dalam hatinya. Tidak sadar dia
menggerakan tangannya mengelus lembut
wajah putih Aham . Tapi sesaat kemudian dia melepaskan nya dengan semburat merah yang
kini memenuhi wajahnya.
Apa-apaan aku ini, benar-benar memalukan.!
Dengan hati-hati Naya melepaskan tangan Aham
yang masih melingkari pinggangnya dengan erat.
Dia segera bangkit dan bergerak turun dari atas
tempat tidur. Matanya jadi tertegun saat dia
melihat ada peralatan sholatnya diatas meja
kerja Aham. Hatinya langsung kesal seketika
saat menyadari kalau Aham telah membodohi
nya semalam.
Dengan cepat Naya mengambil semua barangnya
itu dan mulai melangkahkan kakinya untuk
keluar dari dalam kamar.
"Hei..kau mau kemana.? lakukan saja disini. !"
Suara Aham yang berat membuat langkah Naya
langsung terhenti. Dia berbalik dan mendapati
Aham setengah bangkit tengah menatap ke arah
dirinya.
"Kau tidak bisa keluar.! Aku sudah mengunci
otomatis pintu kamarnya.! hanya akan terbuka
kalau sudah siang..!"
"Kau ini ! benar-benar keterlaluan.! Kau sudah membuatku terlihat bodoh semalam.!"
"Kau memang bodoh.! Akui saja..!"
Ujar Aham dengan enteng nya. Dia kembali
merebahkan kepalanya dan tertidur. Naya
mendengus kesal, dengan terpaksa akhirnya
dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan
diri dan menjalankan ibadahnya.
Naya baru saja selesai merapihkan tempat tidur
saat Aham muncul dari ruang ganti pakaian.
Seperti biasanya, laki-laki itu selalu tampak
sempurna dengan segala daya tariknya yang
luar biasa.
Aham mendekat, berdiri dihadapan Naya
sambil melempar dasi ke tangan Naya.
"Pakaikan..!"
Naya maju, sebisa mungkin dia mengontrol
dirinya. Perlahan mulai memasang kan dasi itu. Namun tubuhnya tetap saja terasa panas dingin
saat napas hangat beraroma mint dari mulut Aham menerpa wajahnya. Di tambah semerbak wangi
yang berasal dari tubuh Aham membuat Naya
seolah sulit untuk bernapas.
Aham menatap lurus wajah Naya yang ada di
hadapannya, sedikit lebih rendah. Dia terdiam
dengan terus menatap setiap detail wajah Naya.
Matanya yang indah di hiasi bulu mata lentik
alami, hidung bangir dengan ukuran yang pas,
pipi putih mulus merah merona, dan bibir
ranumnya dengan bentuk yang sangat menggoda. Bibir inilah yang selalu menggangu pikirannya,
seperti menjadi candu bagi dirinya. Darah Aham berdesir seketika saat mengingat bagaimana manisnya bibir itu.
Tidak sadar, Aham sedang mengagumi
kecantikan wanita yang sudah di nikahinya ini.
"Apa wanita semalam kekasihmu.?"
Fokus Aham langsung pecah. Dia menautkan
kedua alisnya. Menatap wajah Naya datar.
"Iya..dia wanita yang aku cintai selama ini."
Deg !
Naya menghentikan gerakan tangannya.
Tubuhnya langsung terasa lemas. Tapi dia
berusaha untuk bersikap setenang mungkin.
"Ohh..dia sangat cantik."
Lirih Naya, Aham melihat kalau raut wajah Naya
kini tampak tidak tenang.
"Aku akan menikahinya.!"
Aham menjeda ucapannya dengan tatapan yang
semakin tajam mengarah pada wajah Naya.
"Segera setelah urusan kita selesai.!"
Tangan Naya terkepal seketika. Dia meremas
kuat dasi Aham. Mata Aham yang tajam melihat
dengan jelas reaksi Naya. Dia menatap dingin
kearah remasan jemari Naya di dasinya.
"Iya..tentu saja.! Setelah kamu membebaskan
hubungan kita yang tidak pernah jelas ini."
"Tentu saja.! Dia adalah wanita yang aku inginkan
selama ini."
"Dia memang sangat cantik. Sangat cocok untuk
menjadi pendamping mu."
Naya melepaskan tangannya dari dasi Aham.
Tapi saat dia mau beranjak, tangan Aham tiba-
tiba menarik pinggangnya, hingga kini tubuh
mereka merapat. Keduanya saling pandang
kuat, tangan Naya di letakkan di dada Aham
untuk menjaga jarak.
"Dia wanita yang cukup sempurna di mataku.! "
Tatapan mereka semakin panas. Namun kini
ada cairan bening yang keluar dari sudut mata
Naya. Kenapa pula dia harus mengeluarkan
air mata ini.? Uuhh..sangat tidak penting.!
Tapi hatinya memang terasa sedikit sakit.
"Mungkin dia cukup sempurna di matamu.
Tapi kesempurnaan yang hakiki hanyalah milik
Allah.."
"Apa kau cemburu padanya.?"
Mata Naya mengerjap. Dia mencoba mendorong
dada Aham untuk melepaskan diri.
"Tidak.! untuk apa aku cemburu.?"
"Semua wanita akan cemburu padanya.!"
Naya kembali menatap Aham. Laki-laki itu tampak acuh saja, menatapnya datar. Apa dia tidak tahu bagaimana saat ini perasaan nya.? dasar pria kutub.!
"Kalau wanita lain saja yang tidak ada
hubungannya denganmu akan cemburu, lalu
kenapa harus bertanya bagaimana perasaan ku.?"
Naya berucap dengan ketus, Aham terdiam.
Tidak lama akhirnya Aham melepaskan Naya.
Naya segera merapihkan pakaiannya, kemudian
berjalan menjauh.
"Tapi aku tidak akan pernah menjadi penghalang
untuk cinta kalian.!"
Ucapnya kemudian sebelum benar-benar keluar
dari dalam kamar tersebut.
Aham terhenyak. Dia masih berdiri dengan wajah dinginnya. Tidak lama kemudian menjatuhkan
dirinya di pinggir tempat tidur, menutup mukanya
dan mengacak kasar rambutnya. Ada serbuan berbagai perasaan yang kini menyesakkan dadanya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Narti ali
kanaya terlalu lemah. sampe sehina itu. keterlaluan aham
2024-02-28
0
andi hastutty
ih ngga suka peran laki2 nya
2023-10-24
0
Depp Kazieh
lski2 murahan,udh pnya istri msh begitu kekakuan ny,mar. sosor j,dh nayvtingglib sja biar nyaho tuh
2023-09-29
1