2. Lamaran Mengejutkan

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

♥️♥️♥️♥️♥️

Suasana di dalam Aula tampak gaduh saat

pembawa acara memberitahukan kehadiran

orang yang paling penting dan paling di tunggu

dalam acara kali ini. Semua tampak memfokuskan perhatian kearah pintu utama aula dimana disana terlihat para petinggi kampus dan beberapa

pejabat pemerintahan yang turut menghadiri

acara ini berjalan dengan hormat mengiringi

langkah seorang lelaki tua yang masih tampak

begitu berwibawa dan berkharisma.

Bagaimana tidak..!!

Dia adalah Tuan Adiyaksa Wiguna Mahendra,

seorang konglomerat terkenal, pemilik berbagai perusahaan besar dan ternama yang tersebar

di berbagai negara. Dan pusat nya ada di negeri

ini dengan induk perusahaan bernama

'AM Corporation' yang saat ini ada di bawah

kendali penuh cucu satu-satunya bernama

Abraham Geraldi Mahendra.

Bahkan para pejabat pemerintah pun akan

tunduk dan hormat di hadapan lelaki tua itu.

Tuan Adiyaksa di tempatkan di kursi khusus

tamu kehormatan yang berada di barisan tengah paling depan bersama beberapa pejabat dan orang-orang penting dari Universitas tersebut.

Dia tampak duduk tegak dengan wajah datar

namun terlihat bersemangat dan sorot matanya tampak mencoba memperhatikan keadaan

sekitar panggung. Tidak lama dia terlihat

sudah berbincang hangat dengan sang Rektor

dan para pejabat dengan sesekali di selingi

tawa kecil dan senyum bangga saat mendengar berbagai prestasi yang telah di raih oleh

Universitas miliknya tersebut.

Suasana sedikit hening saat lampu di panggung

berubah remang, Tuan Adiyaksa dan semua orang

yang hadir di aula tersebut tampak memfokuskan

pandangan kearah panggung. Tidak lama lampu

kembali menyala seiring lantunan musik gambus

yang mulai mengalun dengan merdu dan syahdu.

Duduk di tengah panggung sang vokalis grup

musik tersebut dengan anggun nya. Semua orang

mengenal grup musik gambus ini. Apalagi dengan

vokalis nya yang nampak mampu menyedot fokus

dan perhatian semua mata yang ada di tempat itu.

Selain wajahnya yang sangat meneduhkan, suara

nya itu, sangat lembut..sangat merdu..dan mampu menenangkan semua orang yang mendengar nya, hingga akan tanpa sadar meneteskan air mata.

Lagu religi Ainul Uyyun sebagai lagu pembuka

saat ini terdengar mengalun dengan syahdu nya, menyejukkan pendengaran semua orang dengan suara lembut dan mendayu. Para hadirin tampak

terdiam meresapi dan menikmati alunan merdu

musik religi yang kini memehuhi seluruh ruangan

aula yang menjadi tempat acara.

Tuan Adiyaksa tampak terdiam, menatap takjub

ke tengah panggung. Bibir nya yang sudah keriput

tampak tersenyum tenang dengan mata yang tiada

lepas menatap kearah Kanaya yang saat ini sedang

begitu larut dalam lagu dan musik yang di bawakan nya.

Selesai lagu pertama, lagu kedua berjudul Allah

Allah Aghisna ya Rasulallah kembali mengalun

merdu membuat semua orang semakin larut

dalam penyesalan segala dosa dan kekhilafan terhadap Sang Maha Pencipta. Tak terasa beberapa orang terlihat meneteskan air mata saat menyadari betapa hina dan rendah nya kita di hadapan Sang Pemilik Kehidupan. Selama ini, kebanyakan orang hanya larut dalam napsu duniawi tanpa menyadari bahwa hidup di dunia tidak lah kekal. Ada alam keabadian yang tengah menunggu mereka saat ini.

"Apa gadis vokalis tadi kuliah di sini.?"

Tuan Adiyaksa pura-pura bertanya kepada sang

rektor karena ingin tahu pendapat orang tentang Kanaya, sesaat setelah grup musik gambus itu

mengakhiri penampilannya dan turun dari

panggung yang di sambut gemuruh tepuk tangan

dan cuitan dari para hadirin. Bahkan semua mahasiswa tampak mengelu-elukan nama

Al-Arafah, nama grup musik gambus tersebut. Beberapa mahasiswi malah ada yang menjerit

histeris meneriakan nama Amar sebagai idola

mereka.

"Benar sekali Tuan, tapi saat ini dia hanya tinggal

menyelesaikan skripsi saja."

"Bagaimana prestasi nya ?"

"Dia adalah salah satu mahasiswi yang telah

banyak berkontribusi, memberikan banyak kehormatan dan penghargaan pada fakultasnya."

"Hemm.."

Tuan Adiyaksa mengangguk faham, bibirnya

kembali tersenyum puas.

"Dia bisa kuliah di sini karena beasiswa yang telah

anda sediakan selama ini untuk semua anak yang

berprestasi dan berpotensi Tuan."

Kembali Sang Rektor memberi penjelasan di

sambut anggukan pelan Tuan Adiyaksa.

Acara terus bergulir hingga sampai pada moment

dimana Tuan Adiyaksa di undang untuk naik ke

panggung guna memberi sedikit sambutan dan

kesan-kesannya untuk acara ini.

----- -----

Kanaya berjalan keluar dari ruangan tempat

nya bersiap di belakang Aula, Yara selalu setia

mendampinginya, mereka tampak berbincang

kecil dan tersenyum riang saat Naya bercerita

tentang adik-adik panti nya. Dia akan selalu bersemangat untuk pulang saat mengingat

kelucuan anak-anak panti nya yang menjadi

kekuatan dan motivasi hidupnya selama ini.

Tidak lama menyusul Amar dan dua teman

pria lain nya yakni Gibran dan Abrar yang

tampak baru saja keluar dari gedung sebelah,

mereka langsung bergabung dengan kedua

gadis itu.

Saat ini acara memang masih berlangsung

dan hanya di isi dengan hiburan saja. Semua

tamu penting sudah mulai meninggalkan

tempat berlangsung nya acara tersebut.

"Ayo..aku akan mengantar mu pulang."

Amar mencoba berjalan di samping Kanaya

yang sedikit ragu saat melirik kearah Yara.

"A-ku pulang sama Yara saja ya Kak."

Amar terhenti, begitu juga Naya, dan yang lain

juga turut menghentikan langkah nya. Amar

tampak menatapnya dingin, sementara Naya

hanya bisa menundukan wajah nya.

"Kalau kamu mau pulang sama Kak Amar, aku

gak apa-apa kok Nay..pergilah.!"

Yara langsung membuka suara melihat suasana

canggung yang tercipta saat ini.

"Tapi Yara.."

Naya tampak sedikit ragu. Namun fokus mereka

kini tiba-tiba beralih kearah kedatangan beberapa

pria berjas dan berkacamata hitam, ada sekitar 6

orang yang sedang berjalan kearah mereka yang

hanya bisa terdiam mematung di tempat.

Setelah dekat, pria-pria itu tampak berbaris dan

berdiri tegak menjadi dua baris di kanan kiri jalan.

"Apa anda nona Kanaya.?"

Salah seorang dari pria berjas hitam itu bertanya

sembari menunduk dan hanya menjentikkan

jempol menunjuk kearah Kanaya. Mereka tampak terkejut dan saling pandang. Naya berusaha menguasai dirinya dan bersikap tenang.

"Benar, saya Kanaya, apa ada yang bisa saya

bantu.?"

Naya menjawab dengan setenang mungkin.

"Mari ikut kami nona."

"Hei..tunggu dulu.! ada apa ini, siapa kalian.?

Ada urusan apa dengan Naya ?"

Amar segera maju ke hadapan pria tadi dengan

menatap tajam penuh selidik.

"Kami mendapat perintah dari Tuan besar untuk

menjemput nona Kanaya."

"Tuan Besar siapa maksudmu.?"

Intonasi suara Amar sedikit meninggi, masih

menatap penuh curiga begitupun dengan yang

lain. Mereka merangsek maju mencoba

melindungi Naya yang hanya terbengong saja.

"Katakan..! siapa Tuan besar kalian itu heh.?"

Gibran ikut bertanya sambil menatap curiga.

"Kami mendapat perintah dari Tuan Adiyaksa."

"Tuan Adiyaksa ??!!"

Mereka serempak berucap terkejut, lalu saling

pandang bingung. Naya sendiri tampak terkejut

dan jantung nya seketika berdebar tak karuan.

Dia mencoba mengatur napas, lalu menatap

Yara kemudian mengangguk pelan.

"Maaf Tuan, apa anda tidak salah.?"

"Tidak Nona, sebaiknya anda ikut kami sekarang.

Tuan Besar tidak punya banyak waktu."

Pria tadi segera membentangkan tangan memberi

isyarat agar Naya mengikuti perintahnya.

"Tunggu Nay..kamu tidak boleh percaya begitu

saja!"

Yara mencegah dan menarik tangan Naya yang

tampak menggeleng dan mengelus lembut

tangan Yara untuk meyakinkan.

"Tidak apa, semua akan baik-baik saja. Baiklah

semuanya, aku pergi duluan ya."

Naya merangkul Yara sesaat setelah itu mulai

melangkah ragu di kawal oleh 6 orang berjas

tadi di ikuti tatapan bingung teman-temannya.

Amar tampak mengepalkan tangannya kuat, dia merasa seperti seorang pecundang yang tidak

bisa mencegah orang-orang itu membawa Naya

dari hadapannya.

Naya sampai di depan sebuah mobil mewah yang

telah terparkir gagah di loby depan kampus. Detak

jantung nya saat ini semakin tidak beraturan, apa

dia sudah melakukan sebuah kesalahan hingga

dirinya harus di panggil menghadap Tuan Besar

Adiyaksa.? Dia mencoba menarik napas, dan

sebisa mungkin mengendalikan perasaannya .

Pria berjas hitam tadi membukakan pintu mobil

bagian belakang sambil membungkuk, Naya

tampak menautkan alis nya. Apakah dia harus

masuk ke dalam mobil itu.?

"Silahkan masuk nona.."

"A-apa.? saya harus masuk.?"

Pria itu mengangguk. Dengan penuh keraguan

dan kebingungan Naya akhirnya masuk ke dalam mobil mewah itu. Semerbak aroma wangi nan

mewah dari dalam mobil langsung menabrak

indra penciuman Naya membuat nyalinya

semakin ciut. Saat pintu mobil tertutup Naya

semakin merasakan kebingungan, dia meremas

jemari nya dengan terus mencoba untuk menenangkan dirinya.

***** *****

Mobil yang membawa Naya akhirnya tiba di panti

asuhan tempat tinggal Naya selama ini membuat

dia bisa bernapas lega. Namun saat dia keluar dari

mobil, hatinya kembali merasakan tidak nyaman

saat melihat beberapa mobil mewah telah terparkir

di halaman depan panti.

Perlahan Naya berjalan memasuki teras depan

langsung menuju pintu masuk.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.."

Terdengar sahutan serempak dari dalam rumah.

Naya membeku di ambang pintu saat melihat

kehadiran Tuan Adiyaksa di kursi ruang tamu.

Pria tua itu saat ini sedang menatapnya tenang

seraya memegang tongkat emas di depan lututnya.

"Kamu sudah pulang Nay.?"

Ibu Halimah yang merupakan ibu pemilik panti

dan sudah dianggap sebagai ibu kandung sendiri

oleh Naya tampak melangkah menghampiri gadis

itu dengan tatapan yang sangat kompleks, dia lalu

merengkuh pundak Naya di ajaknya untuk duduk

di hadapan Tuan Adiyaksa.

Naya duduk perlahan dengan membungkuk

rendah dan tersenyum tipis pada Tuan Adiyaksa.

"Naya..kamu tentu tahu siapa Tuan besar ini kan?"

Ibu Halimah buka suara dengan sedikit berat.

Naya tampak mengangguk pelan dengan kepala

yang tetap menunduk.

"Hari ini dia telah melamarmu untuk cucunya."

Seketika Naya menoleh dan menatap tajam wajah

Ibu Halimah yang saat ini matanya sudah tampak

berair.

"Apa maksud ibu.?"

Suara Naya tercekat di tenggorokan, tangannya

meraih tangan Ibu Halimah, di genggamnya kuat.

"Sebenarnya kamu sudah di jodohkan dari kecil dengan cucu Tuan Adi sayang.. Sekarang sudah saatnya kalian untuk menikah."

Naya tampak terkejut setengah mati,

genggamnya terlepas seketika, wajahnya

terlihat pias, kepalanya menggeleng kuat.

"Ibu asuhmu akan menjelaskannya nanti Nak."

Tuan Adiyaksa akhirnya buka suara membuat

Naya melirik cepat kearahnya.

"A-apa maksud anda Tuan.?"

"Panggil aku Kakek Nak.."

Tuan Adi tampak menatap lembut wajah Naya

yang masih di selubungi keterkejutan.

"Sebaiknya sekarang kamu beristirahat. Besok

pagi pernikahan kalian akan di langsungkan.

Sekarang Kakek pulang dulu."

Tuan Adi tampak berdiri di kawal langsung oleh

dua orang pengawal pribadinya. Dia melangkah

menghampiri Kanaya, kemudian mengelus pelan

kepala bagian belakang nya yang tertutup hijab.

"Jangan terlalu banyak berpikir, persiapkan saja

dirimu sebaik mungkin. Ini semua memang sudah

seharusnya terjadi."

Setelah berucap begitu Tuan Adi melangkah pergi diantar oleh Ibu Halimah sampai ke teras rumah.

Sementara Kanaya tampak duduk terhenyak masih

berusaha mencerna segala kejadian barusan yang

berlangsung begitu cepat diluar bayangannya.

Apa benar dirinya sudah di jodohkan dari kecil?

Bagaimana bisa? Sementara kedua orang tuanya

saja telah pergi mendahuluinya menghadap Yang

Kuasa saat dia belum lah sempat mengingatnya.

------ -----

"Ibu..tolong ceritakan semuanya, jangan membuat

Naya tersesat di dalam kebingungan."

Naya tampak duduk bersimpuh diatas karpet

merah di dalam kamar nya, kepalanya di rebahkan

di atas pangkuan Ibu Halimah yang saat ini duduk

di pinggir kasur setelah mereka berdua

melaksanakan sholat isya berjamaah. Perlahan

dan lembut tangan Ibu Halimah mengelus sayang kepala putri asuh nya itu yang sangat di sayangi

nya melebihi pada anak kandung nya sendiri.

"Ibu sudah pernah bercerita bukan, bahwa kau di

titipkan di sini ketika usia mu sekitar 3 tahun. Dan

orang yang telah menitipkan kan dirimu di sini

adalah Tuan Adiyaksa sendiri. "

Naya tampak tersentak dan langsung mendongak

menatap wajah Ibu Halimah penuh rasa tak

percaya atas apa yang di dengar nya.

"Bagaimana bisa Bu.?"

"Tuan Adi hanya mengatakan bahwa tempat ini

adalah tempat yang paling tepat untukmu tumbuh. Orang tuamu meninggal dalam kecelakaan

pesawat saat usiamu masih sangat kecil, Dan

hanya Tuan Adi lah yang bisa di percaya untuk menjagamu. Dia juga mengatakan, bahwa sejak

kamu lahir kakek mu dengan Tuan Adi sudah

sepakat untuk menjodohkan dirimu dengan

cucu nya."

Ibu Halimah menjeda uraiannya. Naya tak kuasa menahan air matanya yang kini mulai menetes

membasahi wajah putih mulus nya.

"Apa aku tidak memiliki keluarga lain nya Bu.?"

Naya menatap wajah Ibu Halimah dengan hati

yang di penuhi rasa sakit mengetahui kenyataan

nasibnya yang sangat menyedihkan. Dan dia

semakin merasakan pilu saat Bu Halimah menggeleng lemah menjawab pertanyaannya.

Air matanya langsung saja luruh berjatuhan dan

dia semakin terisak pilu dalam pelukan Ibu

asuhnya itu.

"Selama ini, Tuan Adi lah yang telah berdiri di

belakang kita. Dia yang sudah menjamin

kehidupan kita semua tanpa memberikan

segala sesuatu nya dengan berlebihan. "

"Kenapa baru sekarang aku mengenalnya Bu?"

"Itu adalah keinginannya sendiri. Dia ingin kamu

tumbuh menjadi seorang gadis yang kuat."

"Tapi setidaknya aku tahu, masih ada orang yang

peduli padaku Bu..hiks hiks.."

"Apa Ibu kurang peduli padamu Nak.?"

"Tidak.! tentu tidak.! Ibu adalah segalanya bagiku."

Keduanya semakin berpelukan erat seraya

menangis bersama, mengingat malam ini bisa

saja menjadi malam terakhir bagi mereka untuk

bisa bersama, saling berbagi beban, kesedihan maupun kebahagiaan. Akankah Naya mampu menjalani hidup baru nya esok hari yang entah

akan terjadi seperti apa dan bagaimana.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Bersambung....

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

oh kakeknya berteman dan mungkinkah orang kaya juga Naya dan orangtunya di bunuh Karen keserakahan

2023-10-23

0

Yani

Yani

Seru kayanya

2022-11-17

0

Mmh Rilfa

Mmh Rilfa

menarik,...mkin penasaran sm critanya.,..

2022-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Awal Mula
2 2. Lamaran Mengejutkan
3 3. Akad Nikah
4 4. Kehilangan
5 5. Kekacauan Di Pagi Hari
6 6. Kena Tampar
7 7. Pulang Malam
8 8. Tengah Malam Mencekam
9 9. Jebakan Aham
10 10. Perasaan Aneh
11 11. Kenangan Buruk
12 12. Peresmian Mall
13 13. Ciuman Pertama
14 14. Hampir Saja
15 15. Patuhi Perintahku
16 16. Kejutan Besar
17 17. Kembalinya Masa Lalu
18 18. Kedatangan Tamu Istimewa
19 19. Tidur Bersama
20 20. Bertemu Klien
21 21. Kau Sangat Aneh
22 22. Calon Menantu
23 23. Mengunjungi Panti
24 24. Ulang Tahun Meline
25 25. Tenggelam
26 26. Kau Memang Istriku
27 27. Pengumuman Penting
28 28. Pindah Kamar
29 29. Bantu Aku Keramas
30 30. Bertemu Mantan
31 31. Menemanimu Makan Siang
32 32. Terluka
33 33. Berikan Dirimu Padaku
34 34. Paman Kandung
35 35. Kunjungan Tak Terduga
36 36. Buatkan Aku Makan Malam
37 37. Klien Penting
38 38. Datang Ke Kantormu
39 39. Saudari Sepupu
40 40. Aku Harus Pergi
41 41. Resah Dan Gelisah
42 42. Tiga Wanita Sosialita
43 43. Terjadi Lagi
44 44. Amarah Aham
45 45. Pemilik Perusahaan
46 46. Tidak Percaya
47 47. Datang Ke Pesta
48 48. Kedatangan Tuan Tampan
49 49. Merindukanmu
50 50. Mantan Yang Merepotkan
51 51. Rencana Yang Terbaca
52 52. Perdebatan Di Pagi Hari
53 53. Nona Besar
54 54. Jangan Mengusik Wanitaku
55 55. Keluar Mansion
56 56. Berkunjung Ke Pemakaman
57 57. Selamat Dari Maut
58 58. Bersamamu Aku Tenang
59 59. Tamu Tak Terduga
60 60. Malam Mengejutkan
61 61. Kau Hanya Milikku
62 62. Aku Mencintaimu
63 63. Perseteruan
64 64. Sangat Berlebihan
65 65. Anak Pesantren
66 66. Tidak Nyaman
67 67. Malam Pertunangan
68 68. Serangan Balik
69 69. Kakak Angkat
70 70. Ngidam
71 71. Kalah Dan Pasrah
72 72. Meline Dan Noah
73 73. Siapa Wanita Itu
74 74. Konferensi Pers
75 75. Resepsi
76 # Akhir Kisah Bahagia
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Awal Mula
2
2. Lamaran Mengejutkan
3
3. Akad Nikah
4
4. Kehilangan
5
5. Kekacauan Di Pagi Hari
6
6. Kena Tampar
7
7. Pulang Malam
8
8. Tengah Malam Mencekam
9
9. Jebakan Aham
10
10. Perasaan Aneh
11
11. Kenangan Buruk
12
12. Peresmian Mall
13
13. Ciuman Pertama
14
14. Hampir Saja
15
15. Patuhi Perintahku
16
16. Kejutan Besar
17
17. Kembalinya Masa Lalu
18
18. Kedatangan Tamu Istimewa
19
19. Tidur Bersama
20
20. Bertemu Klien
21
21. Kau Sangat Aneh
22
22. Calon Menantu
23
23. Mengunjungi Panti
24
24. Ulang Tahun Meline
25
25. Tenggelam
26
26. Kau Memang Istriku
27
27. Pengumuman Penting
28
28. Pindah Kamar
29
29. Bantu Aku Keramas
30
30. Bertemu Mantan
31
31. Menemanimu Makan Siang
32
32. Terluka
33
33. Berikan Dirimu Padaku
34
34. Paman Kandung
35
35. Kunjungan Tak Terduga
36
36. Buatkan Aku Makan Malam
37
37. Klien Penting
38
38. Datang Ke Kantormu
39
39. Saudari Sepupu
40
40. Aku Harus Pergi
41
41. Resah Dan Gelisah
42
42. Tiga Wanita Sosialita
43
43. Terjadi Lagi
44
44. Amarah Aham
45
45. Pemilik Perusahaan
46
46. Tidak Percaya
47
47. Datang Ke Pesta
48
48. Kedatangan Tuan Tampan
49
49. Merindukanmu
50
50. Mantan Yang Merepotkan
51
51. Rencana Yang Terbaca
52
52. Perdebatan Di Pagi Hari
53
53. Nona Besar
54
54. Jangan Mengusik Wanitaku
55
55. Keluar Mansion
56
56. Berkunjung Ke Pemakaman
57
57. Selamat Dari Maut
58
58. Bersamamu Aku Tenang
59
59. Tamu Tak Terduga
60
60. Malam Mengejutkan
61
61. Kau Hanya Milikku
62
62. Aku Mencintaimu
63
63. Perseteruan
64
64. Sangat Berlebihan
65
65. Anak Pesantren
66
66. Tidak Nyaman
67
67. Malam Pertunangan
68
68. Serangan Balik
69
69. Kakak Angkat
70
70. Ngidam
71
71. Kalah Dan Pasrah
72
72. Meline Dan Noah
73
73. Siapa Wanita Itu
74
74. Konferensi Pers
75
75. Resepsi
76
# Akhir Kisah Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!