20

Malam yang panjang itu Cahaya habiskan bersama dengan Anton, ia sama sekali tidak perduli pada ponselnya yang saat itu terus berdering. Alex sampai emosi karena Cahaya tak mengangkat satu pun telpon darinya.

Di tengah malam, Alex terlihat sangat gelisah, ia ingin sekali bertemu dengan Cahaya saat itu dan melepas rindu seperti yang mereka lakukan selama ini. Namun, kali ini Cahaya justru bertingkah seolah ia sudah tidak membutuhkan Cahaya lagi.

"Argh, kenapa seperti ini si, di mana kamu Cahaya!"

Marah Alex saat menatap nomor telpon Cahaya di ponselnya. Saat itu jalan terkahir yang akan Alex lakukan adalah menghubungi Ratih, ia harus menelpon Ratih untuk mencari tahu di mana Cahaya.

Ratih terbangun dari tidurnya lantaran mendengar suara dering ponsel, ia berusaha mengangkat telpon itu dengan keadaan mata yang masih setengah tertutup.

"Halo, ada apa," ucap Ratih sambil tetap memejamkan kedua matanya.

"Ratih, apa kamu bersama dengan Cahaya?" tanya Alex dengan cemas.

Saat itu Ratih membuka lebar kedua matanya, dan melihat nama seseorang yang tengah menghubunginya itu. Saat mengetahui bahwa itu adalah Alex membuat Ratih setengah terkejut dan bingung harus mengatakan apa.

"Ratih, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ku, apa kamu sedang tidak bersama dengan Cahaya, di mana dia?" ulang Alex dengan nada tingginya.

"Cahaya sedang bersama dengan pira lain Alex, dia memiliki klien baru," ucap Ratih dengan santainya.

"Apa kamu bilang, klien baru? Tidak bisa begitu Ratih, aku sudah membayar mahal Cahaya untuk tetap bersamaku!" marah Alex pada Ratih.

"Tidak bisa seperti itu Alex, Cahaya milik siapapun yang membayar dia di hari itu, jadi kamu tidak bisa menganggap Cahaya itu adalah milikmu." jawab Ratih dengan entengnya.

Saat itu Alex benar-benar terbakar api cemburu. Beberapa waktu sebelumnya, dia sendiri yang tidak bersedia saat Cahaya meminta untuk di miliki secara seutuhnya, namun saat mendengar bahwa Cahaya sedang bersama dengan orang lain, Alex terbakar api cemburu dan marah.

Alex mematikan ponselnya dengan nafas yang tersendu, kemarahan yang tak mendasar itu membuat Alex benar-benar tidak bisa tidur malam ini. Lantaran ia membayangkan bagaimana Cahaya memperlakukan dirinya, dan saat ini Cahaya sedang memperlakukan orang lain seperti memperlakukan Alex.

***

Pagi-pagi sekali, Alex sudah sangat rapi, ia akan pergi ke kantor untuk menghilangkan penat. Namun sebelum itu, Alex akan pergi menemui Cahaya di kediaman Ratih, saat tiba di rumah itu Alex segera membuka pintu.

"Iissh, siapa si, pagi-pagi ngetuk pintu kasar banget!" protes Ratih yang baru saja selesai mandi.

Saat Ratih membuka pintu rumah, ia terkejut lantaran Alex sudah berdiri dengan tatapan tajam mengarah ke dirinya. Saat itu Ratih mengernyitkan dahi ketika menyadari bahwa Alex terlihat masih marah.

"Ada apa Alex, kenapa pagi-pagi sekali seperti ini kamu sudah tiba di rumahku, dan kenapa wajahmu di tekuk seperti itu," ucap Ratih dengan santai.

"Ratih, di mana Cahaya? Aku ingin bertemu dengannya?" tanya Alex masih mencari orang yang sama.

"Cahaya belum kembali Alex, mungkin nanti agak siang baru dia di antar pulang ke sini," seru Ratih bersuara.

"Kenapa dia lama sekali Ratih, kenapa kamu mengizinkan dia juga untuk berkencan dengan pria lain, kamu tahu kan kalau aku sudah membayar mahal untuk bersama dengan Cahaya!" marah Alex mengulang kembali hal atas Cahaya.

"Alex, kamu lucu sekali. Kenapa kamu bisa marah ketika Cahaya berkencan dengan orang lain. Sementara beberapa hari yang lalu, Cahaya meminta kamu untuk menikahinya, agar dia sah menjadi milik mu, kamu tidak mau. Lalu di mana salahnya Cahaya? Alex jangan egois, kamu bukan milik Cahaya, dan Cahaya bukan milik mu, andai kamu menginginkan untuk berkencan dengan ku, Cahaya tidak akan memarahi mu." jelas Ratih yang merasa bingung dengan kemarahan Alex yang tak mendasar.

Saat Ratih dan Alex sedang berbicara di depan pintu, ada sebuah mobil yang berhenti di belakang mobil Alex, saat itu Alex menoleh ke belakang dan ia seperti mengenal mobil itu.

Di dalam mobil, Cahaya dan seorang laki-laki nampak masih terlihat tertawa canda, dan saat Cahaya menatap ke arah pintu rumah, ia menangkap sesosok pria yang sangat ia kenal.

"Mas Alex," lirih Cahaya memanggil nama Alex.

Anton pun terdiam, seketika ia berhenti dari menggoda Cahaya ketika ia mendengar nama Alex. Saat Anton menoleh ke arah yang sama seperti halnya dengan Cahaya, ia sangat terkejut melihat nya.

Cahaya akhirnya keluar dari mobil itu, bersamaan dengan Anton yang juga turun dari mobilnya. Bersama-sama mereka berjalan mendekati pintu utama hingga akhirnya meraka berdua tiba di hadapan Alex dan Ratih.

"Kamu ngapain di sini, Mas?" tanya Cahaya menatap Alex.

"Kenapa kamu bertanya? Ribuan kali aku menghubungi mu, kenapa satu kali pun tidak ada yang kamu angkat, dan kenapa juga kamu tidak membuka pesan dariku," marah Alex menatap tajam.

"Lalu kamu, kenapa kamu kencan dengan laki-laki ini, Cahaya!" sambung Alex dengan kemarahan yang tertahan.

Saat itu Cahaya terlihat sangat bingung, ketika Alex begitu sangat marah padanya. Saat itu Anton pun terlihat berbeda, ia nampak merasa takut ketika berhadapan dengan Alex.

"Mas, aku bukan siapa-siapa kan untukmu? Aku hanya teman disaat kamu ingin memakai ku, dan begitu juga dengan Anton, dia adalah teman baruku, sama seperti dirimu," ucap Cahaya dengan santai.

"Ya, itu sangat benar sekali. Cahaya milik siapa saja yang ingin memakainya." sambung Anton membenarkan.

Kedua tangan Alex mengepal, ingin rasanya ia melayangkan sebuah bogeman di pipi Alex, yang begitu sangat menyebalkan itu. Namun, hal itu masih ia tahan, karena tidak mungkin ia lakukan itu di hadapan Ratih dan Cahaya.

"Sekarang juga, kamu pergi dari tempat ini, kita akan selesaikan masalah kita berdua!" titah Alex dengan tatapan menghunus pada Anton.

"Tidak perlu pakai kekerasan Mas, aku tidak mau sampai kamu melakukan itu," ucap Cahaya yang masih tidak mengerti.

"Bila perlu, aku akan membunuh pria yang ada di sampingmu ini, Cahaya. Agar dia lepas dari dirimu," sergah Alex yang sudah mencengkram kerah kemeja Anton.

"Lepaskan aku, lepas!" Anton memberontak dengan suara kerasnya.

Namun Alex sama sekali tak mendengarkan permintaan Anton, sementara Cahaya dan Ratih terlihat bingung harus melakukan apa. Saat itu terjadi perkelahian antara Alex dan Anton, mereka saling adu tinju satu sama lain di hadapan Ratih dan juga Cahaya.

Sampai akhirnya Cahaya berteriak meminta mereka untuk berhenti, Alex dan Anton pun bangkit dan merapihkan kemeja meraka masing-masing. Tatapan tajam dari Cahaya menatap keduanya, dengan nafas yang tersengal.

"Cahaya, aku tidak terima saat kamu berkencan dengan pria ini, kamu tahu? Pria ini adalah adik tiri ku, dan aku tidak rela kamu berkencan dengannya," ucap Alex bersuara.

"Sekarang biar Cahaya yang menilai, dengan siapa dia akan bersama. Karena aku tidak akan melepaskan Cahaya untuk mu, Kak!" celetuk Anton berusaha keras.

"Cukup!! Di sini aku lah yang berhak untuk berbicara, sebelumnya aku tidak pernah tahu kalau Anton adalah adik tiri mu Mas, dan aku melakukan kencan bersama dengan Anton karena aku adalah wanita panggilan, siapa saja yang memanggil diriku, tak terkecuali Anton sekalipun, aku akan terima dengan bayaran yang tidak murah seperti yang kamu berikan padaku, jadi kenapa kamu marah?"

Cahaya terlihat menatap serius ke arah Alex, karena menganggap bahwa kemarahan Alex benar-benar tidak mendasar.

Terpopuler

Comments

🌙Huma✨️ Ig: @dwidyreal_

🌙Huma✨️ Ig: @dwidyreal_

salam kenal kakak..

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!