5

Beberapa hari kemudian, Cahaya nampak gelisah di rumah karena ia tidak memiliki kegiatan apapun di rumah, ia juga tidak memiliki uang untuk memanjakan dirinya seperti biasa yang ia lakukan setiap minggu.

Cahaya melipat wajahnya ketika Arka datang menemuinya di kamar, ia nampak kesal dan marah karena sampai detik ini Arka belum mendapatkan pekerjaan apapun.

"Mas, kenapa kamu ada di rumah si, seharusnya kamu keluar cari kerja, dan jangan pulang sebelum kamu dapat kerja!" marah Cahaya menatap Arka kesal.

"Cahaya, kemarin-kemarin aku sudah melakukan itu, aku pergi pagi pulang sore untuk melamar pekerjaan, tapi hari ini aku ingin istirahat sebentar saja, karena aku juga bingung ke mana lagi aku harus pergi," seru Arka yang saat itu merasa sangat bingung.

"Itu alasan kamu aja Mas, sebenarnya kamu males kan cari kerja, kalau kamu males cari kerja buat aku dan anak-anak, kamu lebih baik ceraikan saja aku," sergah Cahaya dalam emosi.

"Astagfirullah Cahaya, ngomong apa si kamu, bahkan aku sama sekali tidak pernah punya niat mau melakukan hal itu pada pernikahan kita, kenapa kamu ngomong gitu." Arka menatap Cahaya tajam dengan kemarahan yang tak bisa ia sembunyikan.

Terjadi percekcokan antara Arka dan Cahaya, hingga membuat Tasya dan Aldo mendatangi kamar kedua orang tuanya, dan berdiri di daun pintu. Saat itu mereka mendengar semua yang dibicarakan oleh Cahaya, permintaan Cahaya untuk berpisah pun nampak terdengar sangat jelas, bahkan mereka melihat ibunya memukul-mukul dada ayahnya dengan kasar untuk melampiaskan kemarahannya.

"Aku benci Mas sama kamu, aku sangat benci sama kamu, aku mau pisah sama kamu, Mas, ceraikan aku," pinta Cahaya dengan suara seraknya.

"Tidak Cahaya, aku tidak akan melakukan itu, kita harus bisa menjalani ujian ini bersama-sama Cahaya, jangan meminta itu padaku," seru Arka menatap Cahaya dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Aaarrggghh... Aku membencimu Mas, aku benci!!"

Teriak Cahaya marah lalu mendorong Arka menjauh darinya, Cahaya sama sekali tidak perduli meskipun ia sadar bahwa di depan pintu ada dua pasang telinga dan dua pasang mata yang mendengar dan melihat kejadian itu.

Saat itu Wulandari yang menyadari buru-buru menghampiri anak-anak dan membawa mereka berdua pergi. Wulandari mengajak mereka masuk ke kamar mereka dan mengutip pintu. Saat itu Arka dan Tasya menangis sesegukan di hadapan neneknya, Wulandari merasa tidak sanggup melihat air mata kedua cucunya itu, ia memutuskan untuk memeluk mereka berdua sebagai pengobat dari apa yang telah mereka dengar.

"Nenek, Ibu dan Ayah akan berpisah ya, mereka tidak saling menyayangi lagi, ya?" tanya Aldo memeluk erat neneknya.

"Sayang, jangan bicara seperti itu ya. Tidak sayang, ibu dan ayah sedang bertengkar kecil saja, mereka tidak akan berpisah, kalian jangan khawatir, ya." jawab Wulandari merasa sangat sedih.

Aldo dan Tasya terisak, mereka tidak tahu kenapa pertengkaran antara kedua orang tuanya itu sangat membuat mereka sedih, Wulandari terus menghibur mereka berdua hingga akhirnya mereka pun merasa reda.

Wulandari meminta mereka untuk duduk diam di kamar, ia berpamitan untuk menghentikan pertengkaran kedua orang tuanya, dan mereka pun mengangguk pelan menuruti perintah neneknya.

Wulandari menutup pintu kamar dan menghampiri kamar Arka dan Cahaya, mereka berdua masih saja cekcok tanpa mereka sadari telah melukai hati kedua anak mereka.

"Arka, Cahaya!"

Wulandari bersuara, mereka menoleh ke belakang dan menyadari kehadiran sang ibu, Wulandari menatap mereka berdua dengan kecewa, lantaran pertengkaran hebat mereka sudah membuat hati kedua anak mereka terluka.

"Kenapa kalian bertengkar sampai berlebihan seperti ini, apa kalian tidak sadar bahwa Aldo dan Tasya saat ini sedang terluka hatinya karena mendengar pertengkaran kalian, ha!" marah Wulandari menatap kecewa.

"Apa, Tasya dan Aldo Ibu, sekarang mereka ada di mana, Bu?" tanya Arka spontan memikirkan kedua anaknya.

"Mereka ada di kamar Arka, meraka menangis sesegukan dan berpikir yang tidak-tidak atas pertengkaran kalian itu, seharusnya kalian tidak perlu seperti itu, kalau kalian mau bertengkar harusnya kalian lihat-lihat, jangan sampai mereka mendengar nya." jelas Wulandari marah.

Arka dan Cahaya terdiam, mereka menunduk di hadapan Wulandari yang saat itu sedang memarahi mereka berdua, saat itu terselip kekecewaan yang tersendiri di hati Cahaya yang mendengar omelan dari ibu mertuanya itu.

Hingga membuat dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, saat itu Arka mengejar Cahaya yang pergi tanpa pamit. Namun dengan cepat Wulandari menghentikan Arka dan menatap nya tajam.

"Jangan kejar istrimu yang sedang marah, tapi cobalah untuk menyembuhkan luka putra putri mu yang mendengar keributan tadi," ucap Wulandari.

"Tapi Bu, aku khawatir dengan Cahaya, yang memutuskan pergi dalam keadaan marah, aku takut, Bu," seru Arka cemas.

"Kenapa kamu mencemaskan istrimu yang sudah besar, sudah mengetahui antara salah dan benar, anak-anak Arka, mereka butuh kamu." jelas Wulandari, lirih.

Arka tersadar saat itu, ia teringat bahwa anak-anaknya masih sangat kecil, dan ia segera pergi menemui anak-anak di kamar. Saat Arka membuka pintu Tasya dan Aldo sedang saling berpelukan, mereka masih menangis kecil karena takut. Saat itu lah Arka tersadar bahwa pertengkaran antara dirinya dengan Cahaya sudah membuat kedua hatinya terluka.

Arka perlahan menghampiri Tasya dan Aldo, perlahan ia menyapa mereka yang sedang ketakutan. Saat itu Aldo dan Tasya menatap ayahnya dengan rasa takut, entah perasaan apa yang sedang mereka sembunyikan saat itu.

"Tasya, Aldo, peluk Ayah, Nak," ucap Arka merenggangkan kedua tangannya siap untuk memeluk keduanya.

Aldo dan Tasya saling menatap saat itu, mereka ragu saat ayahnya meminta mereka untuk memeluk sang ayah, hingga akhirnya mereka akhirnya bersepakat untuk menghampiri Arka dan memeluknya.

Arka sangat senang, karena putri putrinya itu menerima permintaan Arka, Arka memeluk erat tubuh putra putrinya dan mengecup mereka secara bergantian.

Arka meminta maaf atas semua kesalahan yang ia lakukan hingga membuat hati mereka terluka, saat itu Aldo dan Tasya mengeraskan suara tangisannya, mungkin kerasnya suara tangisan mereka adalah bentuk pelepasan perasaan yang mereka rasakan.

"Ssstt, sayangnya Ayah, jangan nangis ya, Ayah dan ibu minta maaf ya sama kalian," ucap Arka melepaskan pelukannya dan menghapus air mata meraka.

"Ayah, kami tidak mau kalian bertengkar lagi, atau sampai berpisah, kami sangat menyayangi ibu dan Ayah," ucap Aldo menatap wajah Arka.

"Ya sayang, ya... Kalian jangan khawatir, Ayah dan ibu tidak akan berpisah dan bertengkar lagi, kalian jangan khawatir ya." jawab Arka meyakinkan keduanya.

Aldo dan Tasya melempar senyum, wajah mereka terlihat sangat jelas bahagianya, saat mendengar jawaban sang ayah yang memberikan mereka janji. Arka merasa sangat lega dan memeluk mereka kembali, dan memutuskan untuk membawa mereka jalan-jalan.

Arka mengajak mereka jalan-jalan di dekat tempat tinggal mereka, sebuah taman sederhana yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang ada di kompleks itu. Arka mencoba menghibur mereka dengan terus mengajak mereka bercanda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!