13

Part 13, Membawa Tasya Pulang

Permintaan Tasya akhirnya dituruti oleh Arka yang sebenarnya masih khawatir padanya, seharusnya Tasya tetap ada di sana untuk mendapatkan penanganan, namun saat mendengar bahwa ibunya tetap akan pergi membuat Tasya memilih untuk pulang saja ke rumah.

Cahaya pun tak bisa menolak permintaan itu, ia memutuskan untuk pergi dan menyelesaikan pembayaran memakai uang yang ia punya. Saat itu Arka menyusul Cahaya dan menemuinya.

"Cahaya, kamu mau ke mana?" tanya Arka menghentikan Cahaya.

"Aku mau menyelesaikan pembayaran dulu Mas," ucap Cahaya terus melangkahkan kakinya.

"Biar aku saja yang membayarnya, Cahaya." jawab Arka yang saat itu yakin dengan keputusannya.

Saat itu Cahaya berhenti dari langkahnya dan menatap Arka tajam, Cahaya lalu tersenyum tipis kala menatap wajah suaminya itu.

"Kamu yakin mau membayar pengobatan Tasya di klinik ini, Mas? Mana uang yang kamu punya, Mas?" tanya Cahaya menengadahkan tangannya.

"Ya aku akan mencari pinjaman terlebih dahulu Cahaya, aku akan segera mendapatkan uang untuk membayar semua pengobatan Tasya," ucap Arka.

"Itu memakan waktu yang cukup lama Mas, anak kamu itu mau pulang sekarang, kalau nunggu kamu dapat uang, itu terlambat." jelas Cahaya memutuskan untuk pergi berlalu.

Arka terdiam di tempatnya, kali ini ia benar-benar tidak bisa berkutik karena sepertinya hidup Cahaya jauh lebih baik dari dirinya. Setelah membayar semua pengobatan Tasya, Cahaya pun memesan taksi dan mengajak Tasya masuk ke mobil.

"Kamu dan ibu naik motor butut kamu itu ya Mas, biar aku dan Tasya naik taksi, kasihan nanti dia kepanasan," ucap Cahaya sebelum masuk ke dalam mobil.

Arka masih diam, ia tidak menjawab ataupun menolak ucapan dari Cahaya, mobil taksi itu sudah pergi lebih dulu meninggalkan mereka. Ibu guru Dinda pun masih ada di sana, dan ia melihat semua sikap Cahaya pada suami dan ibu mertuanya.

"Ibu Wulan, Pak Arka, kalau begitu saya mau permisi dulu ya," ucap ibu guru Dinda dengan penuh senyum.

"Baik Bu, terima kasih banyak sudah membawa putri saya ke sini, saya mau memohon izin kalau mungkin Tasya putri saya akan libur dulu sekolah," seru Arka meminta izin sekalian pada ibu gurunya.

"Ya Pak, tidak masalah. Semoga Tasya bisa segera sembuh, terkadang sakit fisik dan sakit karena menerima masalah orang tua akan berbeda jarak penyembuhannya, dan semoga Bapak dan Ibu bisa mendampingi Tasya di usia dini nya." jelas ibu guru itu merasa kasihan.

Arka melempar senyum tipis dan termenung sejenak menyerap ucapan ibu guru Dinda yang baru saja ia dengar. Tak menyangka jika sakit yang diderita oleh Tasya bukan hanya sakit fisik, dan hal itu membuat Arka merasa sangat kasihan pada Tasya.

Arka ingin buru-buru sampai di rumah, untuk menemani Tasya yang saat itu sedang bersama dengan ibunya. Wulandari pun ada di belakang Arka untuk mendukung penuh apapun keputusan yang akan dipilih oleh Arka.

"Arka, jika memang istrimu itu tidak mau lagi bersamamu, apa tidak lebih baik kamu lepaskan saja dia, biarkan saja dia hidup liar di luar rumah seperti yang ia inginkan," ucap Wulandari sambil berpegangan di pinggang Arka ketika ia berboncengan dengan putranya.

"Tidak Bu, Arka tidak rela jika harus melepaskan Cahaya begitu saja, kami sudah bertahun-tahun bersama, Arka tidak rela," seru Arka menolak pendapat ibunya.

"Ya, Ibu tahu itu. Tapi terserah kamu saja, Ibu hanya memberikan kamu saran Arka, karena seperti nya istrimu itu sangat kekeh ingin pergi darimu." jelas Wulandari memilih untuk diam setelah itu.

Arka mengangguk pelan, sebenarnya ia juga sedang memikirkan nasehat ibunya, namun Arka masih ingin berusaha keras untuk membuat Cahaya kembali padanya. Meskipun hal itu sangat mustahil, Cahaya memang kekeh ingin sekali pergi dan berpisah. Tetapi Arka pun kekeh ingin tetap mempertahankan pernikahannya.

Tibanya di rumah, Arka melihat Cahaya sedang duduk bersama dengan Tasya dan Aldo, Cahaya nampak sedang membicarakan sesuatu yang serius pada kedua anaknya.

"Aldo, Tasya, kalian harus terbiasa hidup tanpa Ibu, karena sebentar lagi, Ibu dan ayah kalian akan berpisah, Ibu tidak bisa jika harus tinggal bersama dengan ayah seperti ini terus, kalian dengar itu!" titah Cahaya dengan tegas mengatakan itu pada kedua anaknya.

"Tapi Bu, apa salah ayah? Kenapa Ibu harus berpisah dengan ayah dan meninggalkan kami, kalau memang kalian tidak bisa bersama, aku ikut bersamamu Ibu," sahut Tasya dengan linangan air mata.

"Ibu tidak bisa jelaskan dengan detail pada kalian, yang perlu kalian tahu sekarang, Ibu tidak bisa hidup miskin seperti ini, Ibu tidak mau," kata Cahaya berterus terang.

"Jadi karena ayah jatuh miskin, Ibu memutuskan untuk pergi dari ayah? Ibu benar-benar jahat pada ayah, selama ini ayah bekerja keras untuk keluarganya, tetapi di saat ayah jatuh miskin, Ibu justru menambah kesedihan ayah dengan memilih berpisah!" marah Aldo bangkit dari tempat duduknya dan menyalahkan Cahaya.

Saat itu Arka mendengar semuanya, ia berdiri di depan pintu bersama dengan Wulandari yang juga mendengar semuanya. Saat Aldo marah dan membentuk Cahaya, saat itu Cahaya merasa tidak terima dan menganggap bahwa Aldo adalah anak yang nakal. Ia hendak memukul Aldo karena dianggap lancang padanya.

Namun sebelum tangan Cahaya sampai di pipi kiri Aldo, dengan cepat Arka menangkap tangan Cahaya hingga membuatnya terkejut.

"Jangan pernah kamu sakiti anak-anak dengan tangan kamu, Cahaya. Cukup, mereka sudah tersakiti dengan kata-kata pedas kamu, jadi jangan kamu lakukan yang lebih menyakitkan lagi bagi mereka," ucap Arka marah dan tidak terima saat Cahaya hendak menyakiti anak-anaknya.

"Kamu yang telah merubah anak-anak menjadi kurang ajar seperti ini padaku Mas, dia menjadi anak yang membangkang dan tidak patuh dengan kata-kata ku!" bentak Cahaya justru menyalahkan Arka.

"Ikut denganku, Cahaya." singkat Arka menarik pergelangan tangan Cahaya.

Arka menarik paksa Cahaya pergi dari anak-anak, dan saat itu Wuland datang dan memeluk kedua cucunya yang saat itu sedang menangis. Wulandari meminta mereka untuk tenang dan diam, sementara Arka sendiri membawa Cahaya ke kamar dan menutup pintu itu.

"Lepasin tangan aku, Mas!" marah Cahaya menepis tangan Arka dari pergelangan tangannya.

Arka pun melepaskan tangan Cahaya dan menatapnya dengan tatapan yang serius. Kali ini Arka sangat marah, saat ia tahu bahwa Cahaya akan menyakiti Aldo, ucapan ibunya kini terngiang di telinganya.

"Cahaya, mengenai tanggapan kamu bahwa anak-anak itu membangkang karena aku, itu kamu salah, bukan aku yang membuat mereka membangkang, tetapi kamu sendiri yang membuat mereka menjadi seperti itu," ucap Arka yang membela kedua anaknya.

"Mereka masih kecil, mereka akan bersikap sesuai dengan apa yang mereka rasakan, mereka seperti itu karena hatinya sedang terluka, Cahaya," sambung Arka dengan tatapan kecewanya.

"Itu hanya alibi kam Mas, harusnya kamu salahkan diri kamu, kenapa kamu bisa bangkrut dan membawa aku hidup miskin seperti ini, ini salah kamu, Mas!" marah Cahaya dengan nada tingginya.

"Cahaya, aku bangkrut itu karena takdir, kamu tidak bisa menyalahkan aku seperti ini, ini semua bukan kehendak aku, Allah sedang menguji kita dengan kemiskinan, jadi kamu jangan menyalahkan aku," seru Arka menatap menahan kecewa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!