17

Saat itu Wulandari menanti kedatangan Arka tiba di rumah, ia nampak sekali mencemaskan keadaan putranya karena baru saja menerima sidang perpisahan yang sah dengan istrinya. Wulandari nampak tidak bisa duduk dengan tenang di kursi kayu itu, dan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari dengan pandangan mengarah ke jalanan.

Tasya dan Aldo menyadari hal itu, mereka pun memutuskan untuk menghampiri nenek mereka yang sedang terlihat sangat gelisah.

"Nenek, Nenek kenapa? Sepertinya Nenek sangat gelisah sekali?" tanya Aldo saat sudah berada di hadapan Wulandari.

Wulandari pun duduk kembali di kursi kayu itu, mencoba untuk tidak panik di hadapan kedua cucunya.

"Tasya, Aldo, Nenek tidak apa-apa, Nenek hanya mencemaskan ayah kalian, ke mana ya ayah kalian sampai sekarang tidak kunjung pulang," ucap Wulandari.

"Iya ya Nek, di mana Ayah ya, kenapa ayah belum kunjung kembali, apa mungkin ayah dan ibu sedang bertengkar hebat di sana?" tanya Aldo dengan cemas.

"Ssst, jangan berprasangka terlalu berlebihan. Sebaiknya kita tunggu saja ayah kalian di rumah, ayo kita masuk." ajak Wulandari yang tidak ingin sampai membuat kedua cucunya itu berpikir macam-macam.

Aldo dan Tasya pun mengikuti ajakan nenek mereka, sambil menunggu sang ayah tiba Wulandari meminta mereka untuk belajar agar pikiran mereka tidak fokus pada ayah mereka.

Beberapa saat kemudian Arka tiba di rumah dengan perasaan yang sudah berbeda, pertemuannya bersama dengan Reva membuat dirinya kembali menemukan semangat hidup.

"Assalamu'alaikum,"

Suara Arka menggema, terdengar jelas saat ia mengucapkannya. Wulandari dan kedua cucunya itu bergegas menghampiri Arka yang terlihat begitu sangat gembira.

"Ayah ke mana saja?" tanya Tasya setelah memeluk ayahnya.

"Maafkan Ayah sayang, kalian pasti cemas menunggu kedatangan Ayah, Ayah tadi pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri," ucap Arka melemparkan senyum.

"Lalu, apa sekarang kamu sudah merasa lebih baik, Arka?" tanya Wulandari penasaran.

"Ya Bu, seperti yang Ibu lihat sekarang, Arka merasa jauh lebih baik." jawab Arka tersenyum.

Wulandari pun terlihat sangat senang, lantaran Arka bisa terlepas dari kesedihan. Arka mengajak mereka duduk di ruang tamu, lalu memberitahukan apa yang membuat dirinya sebahagia itu, dan saat mereka tahu bahwa Arka akan segera bekerja kemabli di sebuah perusahaan, membuat mereka begitu sangat senang.

Sudah tidak ada lagi alasan bagi Arka untuk bersedih mengenai perpisahannya dengan Cahaya. Karena masih ada dua wanita dan satu jagoan yang perlu ia perjuangkan.

"Semangat ya Arka, kamu sudah bisa kembali bekerja di kantor setelah lama kamu menantinya," ucap Wulandari melempar senyum bahagia.

"Ya Bu, terima kasih. Ini tidak kebetulan, dan Arka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Arka akan membahagiakan Ibu dan anak-anak," sahut Arka memeluk putra putrinya.

"Ya, itu harus. Ibu bangga padamu." jawab Wulandari begitu terlihat bahagia.

Esok harinya Arka nampak mulai mempersiapkan dirinya, memakai kemeja kerja dan celana dasar seperti yang sebelumnya ia kenakan, Arka berdiri di depan cermin kamarnya. Lalu merapihkan kemeja tersebut dengan percaya diri.

Meskipun sebenarnya Arka merasakan sesuatu yang tidak bisa ia sembunyikan. Pekerjaan itu datang ketika ia resmi berpisah dari Cahaya, namun terlepas dari itu semua, Arka tidak ingin merusak mood nya sepagi itu hanya untuk memikirkan Cahaya.

"Arka, sarapan pagi sudah siap," udap Wulandari meneriaki Arka dari luar pintu kamar.

"Oh, baik Ibu." jawab Arka tersadar dari lamunannya.

Saat itu di meja makan sudah ada Wulandari, Tasya, dan juga Aldo. Mereka menikmati sarapan pagi itu bersama-sama, dan setelah itu Arka berpamitan pada kedua anaknya dan meminta doa restu pada ibunya.

Kepergian Arka tentu saja dibekali dengan iringan doa dari ibunda, ia pergi meninggalkan rumah untuk mengembalikan sesuatu yang telah hilang dari hidupnya, hingga membuat keluarganya menjadi kekurangan.

Tibanya di kantor, Reva sudah menunggu di depan kantor. Karena ia lah yang telah menawarkan pekerjaan, dan ia juga yang akan membawa Arka ke ruangan atasannya.

"Arka, kamu sudah siap?" tanya Reva melemparkan senyuman.

"Tentu saja aku siap, dan aku sangat siap sekali Reva," sahut Arka terlihat sangat bahagia.

"Kalau begitu, ayo kita masuk, atasan sudah menunggu kamu di ruangannya." ajak Reva membawa Arka ke ruangan atasan mereka.

Reva mengetuk pintu, dan dipersilahkan masuk, mereka pun masuk bersama-sama menghadap pimpinan perusahaan itu, dan saat itu pimpinan Arka melihat semua syarat yang telah ia bawa, dan setelah mengeceknya satu per satu, ia pun akhirnya mendapatkan keputusan antara menerima Arka untuk menjadi anggota perusahaan itu, atau tidak.

"Bagaimana Pak?" tanya Reva yang sudah tidak sabar.

"Temanmu ini sudah memiliki banyak sekali pengalaman, jadi tentu saja saya akan terima dia sebagai anggota dari perusahaan ini," seru pak Hermansyah melempar senyum.

"Wah, terima kasih banyak ya Pak, atas kepercayaannya." jawab Reva melempar senyum dan menjabat tangan pimpinannya itu.

Begitu juga dengan Arka, yang ikut menjabat tangan pak Hermansyah dengan hormat, dan hari ini juga Arka bisa langsung menempati kedudukannya di perusahaan tersebut. Arka merasa sangat senang, lantaran saat ini ia bisa kembali duduk di sebuah ruangan ber-AC, meskipun dirinya masih menjadi karyawan biasa di sana, namun ia berjanji akan bekerja dengan gigih.

***

Saat Arka berada dalam semangat yang membara mengejar pundi-pundi rupiah, karena ada dua orang anak yang harus ia perjuangkan, berbeda dengan Cahaya yang nampak justru sangat menghambur-hamburkan uangnya sendiri, ia membeli yang sebenarnya tidak ia butuhkan. Bahkan kini Cahaya nampak semakin menikmati statusnya yang menjadi pemuas nafsu laki-laki.

"Cahaya, apa pelanggan baru lagi yang mau pakai kamu, apa kamu siap?" tanya Ratih menghampiri Cahaya yang saat itu sedang duduk menikmati sebatang rokok di tangannya.

"Aku mau saja, tapi pastikan kalau mas Alex tidak akan tahu soal ini, karena aku tidak mau kalau dia sampai memutuskan hubungan kita," sahut Cahaya merasa takut kehilangan.

"Apa mungkin kamu sudah benar-benar jatuh cinta sama mas Alex, Cahaya? Kenapa kamu terlihat sangat takut," seru Ratih penasaran.

"Aku sendiri tidak tahu, apa aku memiliki hubungan yang khusus dengan mas Alex, tapi jauh di lubuk hatiku yang dalam, aku ingin memiliki status dengan seorang laki-laki yang serius, aku tidak mau seperti ini terus." jelas Cahaya yang nampaknya mulai lelah dengan statusnya itu.

Ratih mengerti, namun Ratih masih mencoba untuk memberikan pengarahan pada Cahaya untuk tidak begitu berharap pada Alex, karena Ratih sendiri sudah sangat memahami laki-laki itu.

"Cahaya, kalau boleh aku memberikan kamu saran, jangan berharap pada laki-laki yang bernama Alex," ucap Ratih ikut duduk dan menghidupkan sepuntung rokok di tangannya.

"Apa maksud kamu, Ratih?" tanya Cahaya seketika fokus menatap Ratih.

Saat itu Cahaya masih tidak mengerti, bahwa apa yang diucapkan oleh Ratih adalah sebuah kebenaran, Cahaya begitu membawa perasaan pada Alex hingga pada akhirnya ia begitu terlihat berharap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!