10

"Cahaya, kenapa kamu memilih untuk pergi lagi, apa kamu masih marah sama aku?" tanya Arka menahan Cahaya.

"Enggak, aku nggak marah kok sama kamu, aku cuma udah nggak nyaman sama pernikahan kita, aku pengen kita pisah, Mas," sahut Cahaya dengan serius.

"Cahaya, ngomong apa kamu ini, aku nggak akan pernah mau pisah sama kamu," sergah Arka marah.

"Terserah kamu, kalau kamu nggak mau pisah sama aku, nggak masalah, dan kamu jangan pernah larang aku mau pergi ke mana, itu urusan aku ya." jelas Cahaya menghempaskan pergelangan tangannya yang di genggam erat oleh Arka.

Arka menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka jika Cahaya akan melakukan itu padanya, bahkan selama ini ia sama sekali tidak pernah terpikir untuk berpisah dengan Cahaya, meskipun keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. Saat itu Arka hanya terdiam saat melihat Cahaya memasukkan pakaiannya yang bagus-bagus ke dalam kopernya, Cahaya sengaja memilih pakaian yang terlihat masih bisa dipakai untuk berkencan dengan laki-laki yang sudah membayar mahal dirinya.

Saat itu Arka masih memohon agar Cahaya mengurangkan niatnya, ia tidak ingin istrinya itu sampai benar-benar pergi dari rumah. Arka meminta waktu agar Cahaya mengerti dan menunggu sampai ia benar-benar bisa mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang kembali.

"Cahaya, aku mohon tolong jangan seperti ini, aku janji sama kamu, aku akan mencari pekerjaan dan menafkahi kamu," ucap Arka memohon.

"Nggak perlu Mas, sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan sendiri, kamu nggak perlu repot-repot membujuk aku," tolak Cahaya dengan yakin.

"Cahaya, aku minta maaf kalau kamu masih marah sama aku, tapi tolong jangan seperti ini, aku mohon sama kamu." pintar Arka masih berusaha membujuk.

Saat itu Cahaya justru merasa sangar risih dan kesal, karena Arka terus saja memohon padanya agar tidak pergi dari rumah. Hingga akhirnya pertengkaran kembali terjadi, suara Cahaya menggema saat Arka terus saja memohon padanya.

"Ada apa itu, apa Ayah dan Ibu kembali bertengkar?" tanya Aldo saat mendengar suara gaduh di kamar orang tuanya.

"Aku sendiri nggak tahu Kak, apa lebih baik kita ke sana saja," tawar Tasya penasaran.

"Ya, sepertinya kita harus ke sana, Tasya." jawab Aldo setuju.

Mereka pun pergi ke kamar orang tuanya, dan saat itu Wulandari mencegah mereka berdua, ia meminta Aldo dan Tasya duduk sementara di ruang keluarga.

"Nenek, kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayah dan ibu di dalam kamarnya," ucap Aldo penasaran.

"Benar Nek, kami hanya ingin tahu saja," sahut Tasya ikut bersuara.

"Nggak perlu sayang, kalian nggak perlu ikut mencari tahu. Ayah dan Ibu sedang membicarakan sesuatu yang hanya orang dewasa lah yang bisa menyelesaikan, kalian berdua jangan masuk dulu untuk sementara waktu, kalian mau kan mendengarkan kata-kata Nenek." jelas Wulandari masih berusaha membujuk mereka berdua.

Tasya dan Aldo akhirnya menganggukkan kepala, menyetujui permintaan neneknya. Meksipun masih merasa penasaran namun meraka tidak bisa masuk dan mencari tahu.

"Tasya, kita harus buat ibu dan ayah berteman lagi, kita tidak bisa tinggal diam seperti ini terus," ucap Aldo membujuk adiknya.

"Ya Kak, tapi apa yang bisa kita lakukan untuk sekarang ini, aku sendiri nggak tahu harus melakukan apa, Kak," sahut Tasya bingung.

"Kakak ada ide, Tasya."

Tiba-tiba Aldo menatap adiknya yang terlihat bingung itu, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Tasya. Saat itu Tasya pun akhirnya mengerti apa yang ada dalam pikiran Aldo mengenai kedua orang tuanya, tanpa pikir panjang, Tasya pun akhirnya setuju dengan rencana Aldo.

Sementara di kamar, Cahaya dan Arka masih saja bertengkar karena mereka berdua sama-sama menghendaki apa yang mereka inginkan, bahkan saat itu Arka dibuat tak bisa berbicara karena Cahaya sudah sangat yakin akan pilihannya.

"Mas, aku titip anak-anak, ini uang sekolah yang sempat aku pakai, aku kembalikan, aku akan menunggu surat cerai dari kamu," ucap Cahaya menyodorkan uang pada Arka.

"Nggak Cahaya, bukan aku yang harus membayar ke kepala sekolah anak-anak, tapi kamu, kamu yang akan membayarkan untuk mereka," tolak Arka menahan kecewa.

"Mas, udah lah, jangan tahan aku! Karena sekuat apa kamu mencoba untuk menahan, aku akan tetap pergi." jelas Cahaya kesal.

Arka terdiam pasrah saat itu, karena Cahaya dengan buru-buru keluar dari kamar membawa koper berisi pakaian miliknya. Saat itu sudah ada Aldo dan Tasya menunggu di depan pintu, mereka membuatkan sebuah tulisan I Love You untuk ibu dan ayahnya, tulisan sederhana itu membuat Tasya terdiam sejenak memperhatikan sebuah gambar yang sudah dibuat oleh Aldo dan Tasya sebelumnya.

‌Di saat yang bersamaan, Arka berdiri di belakang Cahaya hendak menghentikan langkah kaki Cahaya yang hendak pergi meninggalkan rumah. Arka melihat tulisan dan gambar itu, di sana tergambar dirinya, Cahaya, Wulandari, Tasya, dan juga Aldo. Sedang bergandengan tangan dan tersenyum bersama.

"Ibu, ini untuk Ibu," ucap Aldo menyerahkan kertas yang sebelumnya meraka pegang itu.

"Emmm, anak-anak, kalian bisa simpan itu di kamar, Ibu harus pergi sekarang," seru Cahaya menolak dengan halus.

"Ibu, Ibu mau pergi ke mana? Baru saja beberapa saat Ibu memberikan kebahagiaan pada kami, tapi kenapa Ibu mau pergi lagi," sahut Tasya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Sekarang Ibu sudah bekerja, sebab itu lah Ibu harus pergi." jawab Cahaya membelai pucuk kepala kedua anak-anaknya.

Tasya dan Aldo terlihat sangat keberatan, hingga meraka menjatuhkan air mata karena Cahaya. Saat mereka menangis di hadapan Cahaya, ia nampak kesal dan marah. Ia membentak Tasya dan Aldo dan memintanya untuk diam, Wulandari dan Arka hanya terdiam saat itu lantaran tidak percaya dengan sikap Cahaya yang sudah sangat berubah itu.

Cahaya melenggang pergi, ia keluar dari rumah meninggalkan keluarga yang begitu sangat mencintainya, isak tangis putra putri Arka pun terdengar dan Wulandari mencoba untuk terus menenangkan mereka berdua.

"Ibu, aku harus ikuti ke mana Cahaya pergi," ucap Arka setelah masuk ke rumah dan berpamitan.

"Ikutilah Arka, Cahaya masih sah istrimu, kamu berkah atas dia," sahut Wulandari setuju.

"Baik Ibu." jawab Arka buru-buru meninggalkan rumah.

Dengan menggunakan sepeda motor, Arka pun pergi mengikuti taksi yang membawa Cahaya. Cahaya sendiri tidak sadar bahwa di belakangnya ada Arka yang mengikuti dari belakang, ia hanya membayangkan betapa bebasnya dirinya saat ini, karena sudah tidak terbebani dengan kemiskinan yang sudah terlihat sangat nyata itu.

Tibanya di rumah Ratih, Cahaya keluar dan membayar supir taksi itu, saat itu Arka memutuskan untuk berhenti di tepi jalan sedikit jauh dari mobil taksi yang berhenti di depan pintu, agar Cahaya tidak menyadari bahwa dirinya sedang diikuti oleh suaminya.

"Apa mungkin di rumah ini tempat tinggal kamu sekarang Cahaya, lalu kamu bekerja sebagai apa, kenapa kamu pulang dengan membawa banyak uang?" tanya Arka yang merasa bingung dengan pekerjaan Cahaya.

Saat itu yang Arka lihat adalah, kebahagiaan yang terpancar di wajah Cahaya. Saat ia bertemu dengan Ratih, Ratih pun terlihat antusias menyambut kedatangan Cahaya yang sudah membawa barang-barang nya.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

baca sampai sini dulu. ceritanya menarik banget. 7 like mendarat buatmu thor. semangat ya.

2024-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!