14

Cahaya masih saja menyalahkan dan mempeributkan kebangkrutan yang dialami oleh Arka. Hingga akhirnya Arka terlihat sangat murka saat itu, sampai akhirnya Arka memutuskan untuk mengikuti saja permintaan Cahaya yang menginginkan perpisahan.

"Cahaya, berhenti menyalahkan takdir, cobaan sebesar apapun itu seharusnya kamu bisa sabar menghadapinya, harta yang kita punya tidak bisa kita minta untuk tetap bersama kita selamanya," ucap Arka.

"Kamu sadar itu kan? Dan aku juga tidak bisa selamanya bisa sama kamu Mas, aku mau kita pisah!" bentak Cahaya marah.

"Baik Cahaya, kalau itu memang yang kamu inginkan, aku tidak akan mempermasalahkan lagi jika itu yang terbaik untuk kamu." jawab Arka dengan sadar telah menyetujui permintaan Cahaya.

Cahaya tersenyum senang, tentu saja persetujuan itu lah yang selama ini ia nantikan. Cahaya pun keluar dari kamar itu setelah mendapatkan jawaban persetujuan dari Arka.

"Aku akan menunggu surat cerai mu, Mas." ungkap Cahaya sebelum menutup pintu kamar itu

Arka hanya terdiam di tempat kala akhirnya ia menuruti permintaan Cahaya. Perpisahan yang diinginkan itu akhirnya membuat Cahaya menang. Saat itu Cahaya terhenti ketika hendak pergi dari rumah, ia melihat anak-anak sedang bersama dengan neneknya di ruang tamu. Saat itu Cahaya seperti orang yang tidak memiliki salah, ia begitu saja melanjutkan langkah kakinya tanpa pamit pada anak-anak nya.

Setelah Cahaya masuk ke dalam taksi, Tasya dan Aldo hanya bisa menangisi kepergian Cahaya. Arka mendengar isak tangis mereka dan menghampiri mereka.

"Anak-anak, jangan bersedih lagi," ucap Arka membelai pucuk kepala keduanya.

"Ayah, kenapa ibu pergi?" tanya Tasya dengan tangisannya.

"Ibu kalian menginginkan itu, Ayah tidak bisa menahan dan melarang, atau meminta ibu kalian untuk tetap berada di sini, kalau dia sendiri tidak menghendakinya, Ayah harap kalian mengerti." jelas Arka memeluk kedua anaknya.

Wulandari pun berada di belakang Arka, mengelus pundaknya dan memberikannya semangat kala itu. Mereka berpelukan saling menenangkan dan memberi semangat.

Hari-hari mereka sangat berat untuk mereka lalui saat Cahaya benar-benar pergi dari rumah. Saat itu Arka masih belum memproses perpisahan antara dirinya dengan Cahaya, namun sejak keributan itu Cahaya memang tidak pernah kembali ke rumah lagi.

Hingga suatu ketika Arka sedang duduk diam di teras sembari berpikir keras apa sebenarnya pekerjaan Cahaya, ia penasaran karena beberapa kali ia melihat Cahaya memberikan uang yang tidak sedikit pada anak-anak ketika ia menemui Tasya dan Aldo di sekolah. Arka penasaran apa pekerjaan Cahaya sampai bisa dengan mudah memberikan uang pada anak-anak mereka.

Lamunan itu disadari oleh Wulandari yang saat itu menemui Arka di teras rumah, Arka memang nampak gelisah dan terlihat sekali di wajahnya.

"Arka, apa yang kamu pikirkan?"

Wulandari menyadarkan Arka dari lamunan dengan pertanyaan, dan saat itu Arka pun mengubah posisi duduknya dan menoleh ke belakang, ia ingin memastikan bahwa kedua anaknya itu tidak mendengar apa yang ingin ia sampaikan pada ibunya.

"Bu, beberapa kali aku melihat Cahaya mendatangi Tasya dan Aldo di sekolah, dan aku melihat Cahaya memberikan banyak uang pada anak-anak, aku penasaran Bu, sebenarnya Cahaya selama ini bekerja sebagai apa," ucap Arka membagi pertanyaan di benaknya itu pada ibunya.

"Oh ya? Ya ampun, Ibu juga jadi ikut penasaran Arka, Ibu pikir kepergian Cahaya memang benar-benar akan pergi untuk selamanya, tapi kalau ternyata masih mendatangi anak-anak dan memberikan uang jajan, itu artinya Cahaya masih ingat pada anak-anak," sahut Wulandari merasa senang.

"Bukan itu yang aku pikirkan Bu, aku justru penasaran dengan pekerjaan Cahaya, aku ingin mencari tahu Bu." jawab Arka ingin tahu.

Hal itu pun disetujui oleh Wulandari, ia sendiri juga merasa janggal ketika pertama kali Cahaya memberikan uang dengan jumlah yang tidak sedikit, dan Arka pun memutuskan untuk pamit pada ibunya.

Arka mulai mencari tahu dengan mendatangi kediaman Ratih, di sana lah tempat pertama kali Arka menemukan Cahaya. Dan cukup lama Arka menunggu sedikit jauh dari rumah itu untuk mencari tahu tentang istrinya itu.

Saat sore tiba, ada sebuah mobil hitam yang terparkir di depan pintu, saat itu Arka mengendap mencari tahu siapa laki-laki tersebut. Beberapa saat kemudian Cahaya keluar dengan memakai dress mini dan rambut yang terurai, Cahaya memeluk Alex dan memberikan ciuman kanan kiri pada laki-laki yang telah memberikannya banyak uang itu.

"Astagfirullah, siapa itu Cahaya, kenapa kamu berani memeluk dan menciumi laki-laki itu?!"

Sebagai seorang suami dan laki-laki yang masih sah menjadi suami Cahaya, tentu saja Arka merasa cemburu dan marah. Saat itu juga ingin rasanya Arka menghampiri Cahaya yang sedang bermesraan pada laki-laki tampan dan kaya itu, namun hal itu Arka urungkan. Karena ia ingin mengetahui lebih dalam tentang sejauh mana Cahaya melakukan pengkhianatan tersebut.

"Sayang, aku rindu, aku sudah memesan hotel untuk kita berdua malam ini," ucap Alex dengan sikap manjanya.

"Aku sudah siap Mas, asal yang kamu berikan padaku itu sesuai dengan yang aku inginkan," sahut Cahaya tersenyum menatap Alex.

"Tentu saja aku akan memberikan banyak imbalan padamu, karena kamu sudah bersedia setia padaku. Dan hanya aku yang menjadi pelanggan mu, sejak kita bertemu." jelas Alex tak merasa sayang, ketik harus membayar Cahaya dengan jumlah yang mahal.

Beruntung lah obrolan itu tak di dengar oleh Arka, lantaran Arka berada sedikit jauh dari tempat itu, hingga pembicaraan mereka tidak bisa didengar oleh Arka.

Saat itu Alex membukakan pintu untuk Cahaya, dan Cahaya pun tersenyum begitu manis menatap Alex. Dan dengan cepat Alex berlari di bagian setir lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah itu.

Arka bergegas menyalakan sepeda motornya, lalu mengikuti mobil itu dari belakang. Arka sudah sangat murka melihat kebersamaan antara Cahaya dengan laki-laki tersebut. Saat itu Alex membawa Cahaya ke hotel, dan mereka pun masuk dengan bergandengan tangan seperti layaknya sepasang kekasih.

Arka sendiri tiba dengan sepeda motornya, lalu mengikuti meraka, Arka berpura-pura hendak memesan kamar, dan setelah itu ia mengikuti Alex dan juga Cahaya yang sedang berjalan mendekati kamar mereka.

Saat itu Arka berada di belakang mereka, mendengar obrolan manja dari keduanya dan terhenti di sebuah pintu kamar yang sudah ditentukan nomornya.

Alex membuka pintu tersebut lalu mengajak Cahaya masuk, Arka sudah berada di depan pintu yang tertutup itu. Dengan keringat dingin yang mengucur lantaran tidak menyangka dengan pekerjaan Cahaya di luar rumah.

"Apa kamu bekerja untuk memuaskan nafsu laki-laki di kamar ini, Cahaya? Lalu kenapa kamu memilih jalan seperti ini," ungkap Arka berkaca-kaca.

Saat itu Arka mendengar gelak tawa dari Cahaya dan Alex di dalam, mereka sedang bercanda sebelum melakukan sesuatu yang sudah mereka anggap biasa itu.

"Mas, apa kamu sangat merindukan aku? Sampai kamu tidak bisa menahan diri lagi," ucap Cahaya yang melihat wajah Alex yang sudah nampak tegang.

"Aku merasa bahwa tubuhmu sudah menjadi candu bagiku, aku tidak bisa lepas darimu, Cahaya." jawab Alex dengan sikap manjanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!