12

Arka terus menghubungi Cahaya namun saat itu Cahaya sedang bersenang-senang bersama dengan teman kencannya, yang beberapa hari terakhir sudah menemani dirinya dan mengisi setiap waktu yang ada.

"Ayolah Cahaya, angkat telponnya," ucap Arka berharap bahwa Cahaya akan segera mengangkat telponnya.

Saat itu Cahaya mendengar ponselnya berdering, namun karena masih bermanja dengan Alex ia tak menghiraukan telpon dari Arka. Ia menganggap justru Arka sebagai pengganggu saja, dan hal itu disadari oleh Aelx, saat itu nampak sekali Cahaya keberatan saat ia menatap ponselnya.

"Siapa itu sayang, kenapa kamu tidak mau mengangkat telpon itu?" tanya Alex penasaran.

"Orang rumah Mas, udah lah nggak penting, aku memang lagi marah sama orang rumah, jadi aku males mau angkat telpon mereka," sahut Cahaya cuek.

"Ya ampun, ternyata kamu sedang banyak masalah ya, kalau boleh tahu, kenapa kamu marah sama keluarga kamu?" tanya Alex penasaran.

Cahaya terdiam, mana mungkin ia membicarakan masalah keluarga di depan laki-laki asing yang baru saja ia kenal. Laki-laki yang hanya ia jadikan sebagai teman penghilang penat, lalu ia datang untuk menanyakan masalah yang saat ini ia hadapi.

"Kenapa diam sayang?" tanya Alex menyapa Cahaya.

"Ah, enggak Mas, aku cuma ada masalah sedikit aja kok sama keluarga, bukan masalah yang besar. Oh ya, kalau gitu aku angkat dulu ya telponnya." jawab Cahaya meraih ponselnya lalu pergi meninggalkan Alex.

Alex sendiri hanya bergeming melihat sikap Cahaya, sementara Cahaya memutuskan untuk keluar dari tempat itu karena ia ingin bicara dengan suasana yang sepi pada Arka.

"Alhamdulillah, kamu akhirnya telpon aku juga, Cahaya." ungkap Arka merasa senang ketika ponselnya berdering dari Cahaya.

Saat itu Arka segera mengangkat telpon, namun sebelum ia mengatakan apa yang ingin ia katakan, Cahaya di seberang sana sudah menghujami Arka dengan kata-kata kasar, karena marah saat di telpon oleh Arka.

"Kamu mau apa si Mas, kenapa kamu telpon aku berkali-kali, kamu ganggu tahu nggak!" marah Cahaya saat itu.

"Maaf Cahaya, aku nelpon kamu itu karena aku perlu bicara sama kamu, anak kita sakit, Tasya sakit Cahaya," ucap Arka memberitahu ibunya.

"Terus kenapa kalau Tasya sakit Mas? Apa kamu nggak bisa bawa dia ke rumah sakit. Oh, atau kamu nggak punya uang buat biaya nya? Aku akan pulang dan kasih kamu uang Mas," sergah Cahaya dengan gaya sombongnya.

"Cahaya, kenapa kamu bicara seperti itu, aku tidak butuh biaya dari kamu, aku bisa mencarinya sendiri, sekarang yang ingin aku katakan padamu, Tasya itu sakit dan selalu mengigau memanggil nama kamu, aku mau kamu pulang dan lihat keadaan anak kamu." jelas Arka menahan kecewa.

Saat itu Cahaya sama sekali tidak perduli dengan permintaan Arka sebagai seorang suami, ia sama sekali tidak tergerak untuk pulang, bahkan Cahaya justru memarahi dan membentak Arka di sana.

Saat itu Alex sengaja menguping pembicaraan antara Cahaya dengan seseorang di telpon, dan saat itu ia akhirnya tahu, bahwa Cahaya ternyata sudah memiliki keluarga.

Namun Alex sendiri tidak mau mundur ketika ia mengetahui kebenarannya, ia justru bertekad untuk tetap ada di samping Cahaya saat itu.

"Mas, aku akan pulang, dan kepulangan aku tidak akan lama, aku hanya ingin menjenguk Tasya," ucap Cahaya akhirnya memutuskan untuk mengikuti permintaan Arka.

"Ya, kamu harus pulang, dan kalau pun hanya itu tujuan kamu pulang, aku tidak masalah Cahaya," seru Arka pasrah.

Tuut

Telpon itu dimatikan begitu saja oleh Cahaya, dengan wajah kesal dan tak bersemangat Cahaya kembali masuk untuk menemui Alex. Saat itu Alex sudah ada di hadapan Cahaya, ia terkejut lantaran melihat Alex yang sudah berdiri di depannya.

"Mas, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Cahaya ketakutan.

"Emmm, sejak tadi, rasanya cukup untuk mendengar pembicaraan kamu bersama suami kamu," sahut Alex dengan santai.

"Mas, aku bisa jelasin ke kamu," sergah Cahaya ketakutan.

"Ya, kamu perlu menjelaskan ini sama aku, tapi sebelum itu kamu lebih baik datangi dulu anak kamu yang lagi sakit, setelah itu kamu dateng kembali ke rumah ku, aku harus pergi ke kantor, ada urusan." jelas Alex memutuskan untuk pergi.

Meskipun sebelumnya ia berpikir bahwa dirinya tidak akan menyerah untuk tetap bersama Cahayanya, namun Alex tak bisa berbohong jika ia mencemaskan keadaan putri dari wanita yang saat ini dekat dengan dirinya. Cahaya pun hanya mampu melihat Alex pergi semakin jauh menuju mobil, ia merasa sangat kesal karena semua itu karena Arka. Cahaya menghardik Arka beberapa kali, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Arka.

Di sebuah klinik yang sudah diberitahu lokasinya oleh Arka, akhirnya Cahaya tiba di sana. Kedatangan Cahaya disambut oleh Wulandari dan ibu guru Dinda yang masih ada di sana untuk menunggu Tasya sadar.

"Cahaya, akhirnya kamu datang, Nak," ucap Wulandari merasa sangat senang.

"Jangan pegang-pegang Bu, saya risih! Sekarang di mana Tasya di rawat?" tanya Cahaya yang langsung mencari Tasya. Ia sangat risih karena disentuh oleh ibu mertuanya.

"Ada, Tasya ada di dalam." jawab Wulandari menyimpan kekecewaan pada Cahaya yang sudah sangat jauh berbeda itu.

Saat itu Cahaya langsung masuk ke dalam dan menemui Tasya. Arka sendiri merasa sangat senang karena ternyata di balik kemarahan Cahaya, ia akhirnya datang dan menemui putrinya.

"Cahaya, akhirnya kamu datang juga," ucap Arka melempar senyum pada Cahaya.

"Aku datang untuk Tasya, bukan untuk kamu!" celetuk Cahaya menatap penuh kebencian pada Arka.

"Ya, tidak masalah jika memang itu mau mu, yang jelas aku merasa sangat senang karena kamu datang." jawab Arka tak perduli seberapa sakit hatinya saat itu kala mendengar ucapan Cahaya.

Cahaya sendiri tidak mau menatap wajah Arka sedikit pun, ia hanya fokus pada Tasya, beberapa kali ia mencoba untuk memanggil Tasya dan menyadarkannya, hingga akhirnya Tasya membuka kedua mata. Saat itu Cahaya merasa sangat senang, karena Tasya akhirnya sadar.

"Sayang, akhirnya kamu sadar juga, Nak," ucap Cahaya merasa sangat senang.

"Ibu, Ibu kangen banget sama Ibu, Ibu ke mana saja...." ucap Tasya segera bangun dan memeluk ibunya.

"Ibu sekarang sudah bekerja sayang, Ibu sangat sibuk sekarang dan jangan risaukan Ibu, ya," seru Cahaya membalas pelukan Tasya.

"Tapi aku nggak mau ditinggal lagi sama Ibu, hiks..." rengek Tasya menangis.

"Ibu lakukan ini agar kamu bisa terus sekolah, Ibu akan membiyayai kamu sampai kamu kuliah nanti, Ibu janji sayang." jelas Cahaya yang benar-benar sudah tidak bisa memenuhi permintaan putrinya untuk tetap tinggal bersama meraka.

Arka, Wulandari, dan juga ibu guru Dinda tak bisa berkata apapun pada saat itu, mereka terdiam mendengarkan percakapan antara Tasya dan Cahaya di sana.

Saat itu Cahaya melepaskan pelukannya dari Tasya, ia meminta Tasya untuk istirahat kembali, namun Tasya menolak. Ia memanggil ayahnya dan meminta pulang padanya.

"Ayah, aku ingin pulang saja, aku tidak mau di sini," ucap Tasya menahan kecewa. Karena mendengar ucapan dari Cahaya.

"Sayang, kamu belum sembuh benar, kamu harus mendapatkan perawatan di sini, jadi kamu sabar dulu ya," sahut Arka masih membujuk Tasya.

"Enggak Ayah, aku mau pulang saja, aku nggak mau di sini!" teriak Tasya semakin kuat memaksa ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!