16

Wulandari menelan saliva nya dengan kasar, ia tak menyangka dan menahan kecewa lantaran mendengar kabar buruk itu. Saat itu Arka juga memberitahukan bahwa ia sudah menjatuhkan talak pada Cahaya. Dan Wulandari akhirnya merasa tenang jika putranya itu memilih untuk melepaskan Cahaya.

"Arka, Ibu sangat mendukung sekali perpisahan kamu dengan Cahaya. Pernikahan kamu dengan Cahaya memang sudah tidak bisa lagi di pertahankan, kalian berdua sudah tidak sejalan lagi," ucap Wulandari menepuk-nepuk pundak Arka.

"Ya Bu, Arka sadar sekarang, dan Arka akan berujung kembali untuk Ibu dan anak-anak, Arka akan berusaha untuk terbiasa tanpa Cahaya." jawab Arka yang akhirnya memutuskan untuk benar-benar akan melepaskan Cahayanya.

***

Surat cerai dari pengadilan agama sudah keluar, dan Arka memutuskan untuk memberikan surat cerai itu pada Cahaya hari itu juga, Arka tidak sendirian. Ia ditemani oleh ibu, dan kedua anaknya yang di pengadilan di saat Cahaya justru memilih untuk tidak hadir.

Mereka bertiga lah yang menjadi salah satu alasan Arka untuk bersemangat, melewati semua rintangan dan hambatan karena hati kecilnya sebenarnya belum bisa merelakan seutuhnya.

"Bu, Ibu dan anak-anak naik taksi pulang ke rumah ya, Arka mau pergi menemui Cahaya dulu untuk memberikan surat ini," ucap Arka pamit.

"Ya Arka, anak-anak aman sama Ibu, kamu hati-hati ya," seru Wulandari melempar senyum tipis.

"Ya Bu, terima kasih." singkat Arka menjawab lalu memutuskan untuk pergi berlalu.

Tasya dan Aldo melihat kesedihan dari wajah ayah mereka, sebelum sidang perceraian itu benar-benar terjadi. Sebab itu lah Tasya dan Aldo sepakat untuk tidak menambah kesedihan ayah meraka.

Tasya dan Aldo bersikap baik pada nenek mereka, saat Wulandari mengajak mereka kembali ke rumah. Meskipun sebenarnya meraka sangat ingin sekali bertemu dengan ibu mereka saat ayah mereka hendak menemuinya.

Tibanya di rumah Ratih, Arka melepaskan helm dan melangkahkan kakinya mendekati daun pintu. Perlahan Arka mengetuk pintu tersebut dan tak lama kemudian pintu itu terbuka.

"Ada Cahaya?" tanya Arka ketika menatap wajah Ratih, teman yang sudah membawa Cahaya ke jalan kegelapan.

"Ada, Cahaya lagi ada di dalam, masuk aja dulu," tawar Ratih membuka lebar pintu itu.

"Tidak, terima kasih, saya menunggu di sini saja." jawab Arka lirih.

Ratih pun menatap wajah Arka, wajah yang nampak serius itu akhirnya membuat Ratih memutuskan untuk memanggil Cahaya. Cahaya yang sedang menikmati minuman beralkohol di ruang tamu itu harus menemui Arka, ketika Ratih mengatakan bahwa ia tidak mau masuk menemui dirinya. Cahaya pun bangkit dan menemui Arka yang sedang berdiri tegap membelakangi pintu utama.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Cahaya.

Pertanyaan itu spontan membuat Arka menoleh ke belakang dan menyadari bahwa yang menyapanya itu adalah Cahaya. Arka melempar senyum tipis, mencium bau minuman saat ia berhadapan dengan Cahaya.

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kamu tidak hadir di pengadilan tadi? Bukannya perpisahan ini yang kamu inginkan?" Arka justru mengembalikan pertanyaan pada Cahaya.

"A-aku... Aku sibuk," ucap Cahaya memalingkan wajahnya.

"Sesibuk apa kamu? Aku tidak melihat bahwa kamu sedang sibuk sekarang ini, malah kamu justru sedang menikmati waktu santai dengan minum-minuman keras seperti ini!" celetuk Arka kesal.

"Mas, kamu katakan saja apa yang mau kamu sampaikan, jangan memojokkan aku hingga membuat aku terlihat sangat bersalah seperti ini," protes Cahaya yang tidak mau terlihat salah di depan Arka.

"Kedatangan aku jelas Cahaya, untuk memberikan surat perceraian ini untuk kamu, karena tadi kamu tidak hadir, maka aku harus terpaksa ke sini untuk memberikan surat ini." jawab Arka menyerahkan surat itu pada Cahaya.

Saat itu Cahaya hanya memperhatikan amplop putih yang Arka sodorkan padanya. Beberapa saat kemudian Cahaya pun menerima amplop putih itu lalu membuka nya. Di sana sudah tertulis dengan jelas bahwa antara dirinya dengan Arka sudah benar-benar resmi berpisah. Saat itu Arka melihat senyuman yang terlihat sangat jelas di wajah Cahaya.

"Terima kasih ya Mas, kamu sudah mengabulkan permintaan aku yang ini, aku seneng banget, karena aku nggak akan dihantui lagi dengan bayang-bayang kemiskinan dari kamu," ucap Cahaya tersenyum lega.

"Ya, silahkan kamu lakukan apapun yang kamu inginkan sekarang ini, jika memang bersama aku, ibu, dan anak-anak itu membuat kamu sangat terbebani, silahkan kamu memilih jalan ini." jawab Arka membalas senyuman Cahaya.

Saat itu Arka memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu, ia tidak ingin Cahaya melihat betapa terpukulnya dirinya, karena saat ini ia sudah menyandang status duda, dan benar-benar telah melepaskan wanita yang selama ini sudah menemani hidupnya selama bertahun-tahun.

Arka berhenti di sebuah tempat yang sudah sangat lama sekali tidak ia temui, sebuah danau yang nampak banyak sekali kenangan indah bersama dengan Cahaya. Di sana ia kembali lagi dengan membawa kabar duka, karena cintanya harus berhenti di tengah jalan.

Saat sedang berdiri seorang diri, meratapi kesedihan dengan status barunya dan kehidupan anak-anak, tiba-tiba Arka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang terlihat familiar di benaknya.

Saat itu Arka tidak sengaja bertemu dengan Ravi, teman lama yang tak pernah bertemu selama ini, saat itu Ravi pun tengah berdiri seorang diri tidak jauh dari tempat Arka saat itu. Dan mereka pun akhirnya mengobrol ringan setelah lama tak bertemu.

Ravi mengajak Arka duduk, saat itu ia menangkap kesedihan yang terlihat nyata pada wajah Arka. Arka tak bisa menolak, karena saat itu ia memang sangat membutuhkan teman curhat.

"Arka, apa yang terjadi sama kamu, kenapa kamu terlihat sangat murung dan sedih?" tanya Reva penasaran.

Sebelumnya Arka merasa malu untuk berkata jujur pada teman lamanya, namun karena desakan dan hati yang membutuhkan teman untuk berbagi akhirnya Arka pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Reva akhirnya mengetahui titik masalah yang saat itu tengah menimpa teman lamanya, ia ditinggalkan oleh sang istri lantaran kehidupannya yang kini berubah menjadi miskin.

"Arka, kamu yang sabar ya, Tuhan tidak akan menguji hambanya, kecuali hambanya itu mampu," ucap Reva memberikan semangat pada Arka.

"Ya, aku tahu itu. Mungkin sekarang memang aku harus menerima semua ini, dan memulai dari nol lagi," seru Arka pasrah.

"Oh ya, di samping curhatan ku, apa kamu punya lowongan pekerjaan untukku, Rav? Aku ingin sekali bekerja, apapun itu pekerjaan," sambung Arka yang tidak bisa diam saja. Selama ini ia hanya mengandalkan pekerjaan yang tidak seberapa di sebuah pasar tidak jauh dari tempat tinggalnya.

"Kalau pekerjaan, kebetulan ada Arka. Dan aku sendiri yang diminta untuk mencarikannya, aku rasa beliau akan bersedia menerima kamu yang sudah banyak pengalaman di kantor, siapa tahu ini adalah jalan untukmu bisa membahagiakan anak-anak dan ibumu yang jelas." jawab Reva memberikan semangat.

Arka terlihat syok saat mendengar jawaban Reva, sepertinya pertemuan antara dirinya dengan teman lamanya itu tidak hanya kebetulan, melainkan cara Tuhan untuk menyembuhkan luka hati Arka karena baru saja resmi berpisah dari Cahaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!