3

Beberapa hari kemudian, suasana hati Cahaya masih dalam keadaan kecewa. Namun, apapun itu bentuk rasa kecewa, Cahaya harus menjalani semua peran sebagai seorang istri dan ibu dari dua anak yang sudah masuk sekolah sadar. Ia harus tetap menyiapkan bekal dan juga pakaian kedua anaknya setiap pagi.

Setelah selesai, Cahaya menyiapkan sarapan pagi di meja makan, dan semua keluarga sudah siap untuk menyantap makanan di meja bersama.

"Loh, kok sayurnya sama kayak kemarin? Tempe, tahu, dan tumis kangkung," ucap Aldo, ia merasa bosan karena masih belum terbiasa dengan makanan seadanya.

"Hanya ini yang bisa Ibu masak, jadi Aldo dan Tasya tidak boleh banyak mengeluh," seru Cahaya dengan nada yang tertahan.

"Lagian apa susahnya di, tinggal di makan aja, kalian berdua nggak perlu capek-capek masak makanan ini sampai jadi hidangan di meja." sambung Cahaya pada kedua anaknya.

Aldo dan Tasya terdiam, sejak kebangkrutan yang dialami oleh Arka membuat mood Cahaya sangat buruk, hingga tak terkontrol. Bahkan di hadapan anak-anak saja Cahaya sama sekali tidak bersikap baik.

"Anak-anak, lebih baik kalian sarapan dulu ya, nanti biar Ayah antar kalian ke sekolah, biar nggak telat," ucap Arka melempar senyum, mencoba untuk menghibur Aldo dan Tasya.

"B-baik Ayah__" dengan jawaban yang sama, akhirnya Tasya dan Aldo mengikuti perintah dari ayahnya.

Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah menyelesaikan sarapan pagi mereka, dan saat itu Arka mengajak anak-anak untuk berangkat bersamanya. Menggunakan sepeda motor butut, hanya itu lah yang saat ini Arka miliki sebagai kendaraan pribadi nya.

"Ke mana mobil Ayah ya, kenapa beberapa hari ini kita di antar sama motor butut ini?" tanya Aldo berbisik pada Tasya, adiknya.

"Aku juga tidak tahu Kak, ya udah ayo berangkat saja, nanti kita beneran telat." jawab Tasya yang tidak ingin memikirkan hal itu.

Tasya dan Aldo sekolah di tempat yang sama, Aldo sudah berada di kelas 5 SD, dan Tasya berada di 4 SD, sengaja Arka menyekolahkan meraka di tempat yang sama, agar bisa mengantar dan menjemput mereka di tempat yang sama.

Tibanya di sekolah, Aldo dan Tasya berpamitan pada sang ayah, dan Arka mengecup kening mereka masing-masing.

"Anak-anak Ayah, belajar yang pintar ya, maafin Ayah, hari ini Ayah belum bisa kasih uang jajan, Ayah masih belum dapat kerja, sayang," ucap Arka merasa sangat bersalah.

"Tidak masalah Ayah, kami sudah dibawakan bekal oleh Ibu," seru Tasya penuh senyum.

"Ya Ayah, kami akan kenyang dengan bekal yang kami bawa, Ayah tidak usah khawatir." jelas Aldo ikut bersuara.

Jawaban kedua anak itu membuat Arka semakin merasa bersalah, ia meminta mereka untuk segera masuk agar tidak melihat ada sesuatu yang akan keluar dari kedua matanya, karena terharu.

Mereka pun dengan semangat meninggalkan Arka setelah berpamitan, Arka mengusap air matanya dan menyalakan mesin sepeda motornya dengan segera.

Arka memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, ia akan pergi mencari kerja sampai ia mendapatkan pekerjaan.

Sementara di tempat lain, Cahaya nampak sangat kesal dan jenuh di rumah bersama Ibu mertua nya, saat itu Cahaya sedang duduk di sofa ruang tamu, ia memainkan ponsel yang terasa sangat hambar.

"Duh, ya ampun, kenapa hidupku seperti ini si, sangat membosankan," ucap Cahaya meletakan ponselnya begitu saja.

Tak lama kemudian, ponsel itu berdenting, pesan masuk membuat Cahaya dengan lemas untuk membukanya. Grup teman-teman arisan mengirimkan sebuah lokasi yang akan mereka hadiri hari ini, dan saat itu Cahaya diundang untuk datang ke sana.

Cahaya nampak bingung apa yang akan ia balas saat itu, tentu saja ia tidak mungkin menolak ajakan tersebut karena tidak ingin mereka semua tahu bahwa ekonomi Cahaya saat ini sedang menurun.

"Bagaimana ini, nggak mungkin kan kalau aku menolak ajakan mereka, tapi gimana ya. Duh, apa aku masih punya uang?"

Cahaya nampak bimbang dengan pilihan yang harus ia putuskan sekarang juga, ia pun pergi ke kamar dengan buru-buru. Memeriksa lemari pakaian dan berharap bahwa akan ada uang yang bisa ia temukan di salam sana.

Hingga akhirnya Cahaya teringat oleh satu hal, uang bulanan sekolah anak-anak yang masih tersisa di sana. Cahaya pun mengambil dan menjadikannya sebagai modal untuk dirinya bergaya.

"Uang ini cukup buat aku pergi dan makan sama temen-temen di sana, lumayan lah buat obat jenuh," ucap Cahaya tanpa pikir panjang.

Dengan cepat Cahaya pun mengganti baju dan berdandan, baju mahal yang ia koleksi sama sekali tidak menunjukkan bahwa Cahaya saat ini sedang jatuh miskin, ia nampak dengan yakin bahwa apa yang ia lakukan itu adalah benar. Setelah cukup lama berdandan di kamar, Cahaya pun keluar dalam keadaan rapi dan juga wangi.

"Cahaya, kamu mau ke mana?"

Tiba-tiba Cahaya terhenti saat mendengar suara Wulandari, Ibu mertua yang menyadari niatnya untuk pergi.

"Mau pergi Bu," ucap Cahaya singkat.

"Iya maksud Ibu kamu mau pergi ke mana, kok kamu keliatannya rapi banget?" Wulandari menatap menantunya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ya lah Bu, saya malu kalau harus keluar dalam keadaan dekil, saya tidak mau kalau sampai temen-temen saya tahu kalau saya ini sudah jatuh miskin," celetuk Cahaya dengan beraninya.

"Astagfirullah Cahaya, seharusnya kamu bersikap seperti ini, kalau memang takdir sudah digariskan seperti ini, harusnya kita terima itu, jangan justru menutup-nutupi." jelas Wulandari menasehati Cahaya.

Cahaya menatap kesal pada Ibu mertuanya, lantaran terlihat sangat tidak suka saat dirinya yang berargumen demikian. Cahaya berdebat sedikit dengan Ibu mertuanya, saat Wulandari meminta dirinya untuk merubah penampilan dan pergaulan, karena hal itu akan sangat berpengaruh pada keuangan yang masih sangat sulit itu.

Namun Cahaya menolak keras, ia justru tidak mau jika Wulandari terlalu ikut campur mengenai pilihan dan hidupnya. Dengan percaya diri Cahaya melenggang pergi dengan pakaian dan gaya nya yang dulu.

Tibanya di restoran mahal itu, Cahaya dengan percaya diri masuk dan menemui para geng arisan yang sudah menunggu kehadirannya itu. Mereka menyambut dengan gembira saat tahu Cahaya datang, dan saat itu Cahaya dipersilahkan duduk di sebuah bangku kosong yang memang sudah dipesan untuk Cahaya.

"Ya ampun, maaf ya, aku telat tadi karena ada sedikit urusan," ucap Cahaya masih dengan gaya modis nya.

"Tidak masalah jeng, kita ini kan punya kesibukan masing-masing memang. Oh ya, karena sudah kumpul semua, gimana kalau kita pesen makanan?" tawar salah satu dari mereka.

Mereka pun dengan serempak mengangguk setuju, kecuali Cahaya, ia menggelengkan kepala saat Ratih hendak mengajak mereka pesan makanan.

"Aku mau jus aja deh, soalnya lagi progam diet nih," ucap Cahaya beralasan, ia tidak mau malu karena takut uang yang ia bawa tidak cukup untuk memesan makanan.

"Ya ampun, badan mu itu sudah sangat ideal Jeng, mau diet gimana lagi," seru Titin yang menatap Cahaya.

"Tapi aku merasa gemukan, jadi aku tidak mau sering makan. Kalian enakin aja ya, pesan saja makanan, dan aku pesan kan minuman." jelas Cahaya yang tidak merubah keputusannya.

Ratih pun mengangguk pelan, m

enyetujui permintaan Cahaya dan menyodorkan menu jus yang akan Cahaya pilih, lalu setelah itu Ratih pun memanggil pramusaji untuk menyiapkan semua pesanannya.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.

2024-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!