Jenglot

Jenglot

Perkenalan

Trisno Pratama seorang pria berkulit sawo matang, bertubuh tinggi serta beralis tebal usia Trisno sendiri menginjak 30 tahun.

 Trisno dari keluarga broken home, ia sendiri di besarkan oleh ibunya sementara ayah Trisno pergi bersama wanita lain.

Dari kecil Trisno kehidupan sangat keras, ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena perekonomian yang sangat sulit. Trisno kecil sudah harus bekerja keras di saat teman-temannya duduk di bangku sekolah. Trisno pun memutuskan  pergi merantau ke ibu kota untuk mengadu nasib berharap dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

Namun kehidupan di ibu kota yang begitu sangat keras membuat impian Trisno hanya lah angan-angan. Trisno hanya dapat bekerja sebagai buruh bangunan karena Trisno sendiri hanya mempunyai ijazah lulusan SD saja.

Di ibu kota Trisno berkenalan dengan seorang wanita yang bernama Lasmini berparas cantik, berkulit putih, usia Lasmini menginjak 28 tahun. Lasmini sendiri di besarkan di rumah panti asuhan.

Trisno beserta Lasmi yang saling mencintai akhirnya memutuskan untuk menikah dan mereka tinggal di pinggiran ibu kota di gang kenanga mengontrak di sana hingga saat ini. 

Di sore itu selepas pulang bekerja Trisno mengendarai motor tuanya untuk menuju rumahnya.

 Trisno yang mengendarai motor tuanya dengan wajah lesu, sedih dan penuh beban masuk ke dalam gang kenanga tempat di mana Trisno tinggal.

Selang beberapa menit kemudian Trisno telah sampai di depan teras rumahnya.

“Lasmi! Lasmi! Bukakan pintunya!” pekik Trisno sembari mengetuk pintu rumahnya.

“Iya Mas, tunggu sebentar,” sahut Lasmi istri.

Lasmi pun mendatangi Trisno di ruang tamu untuk membukakan pintu rumahnya.

Saat Lasmi membukakan pintu rumahnya Trisno masuk ke dalam rumah duduk di rung tamu sembari menghela nafas panjang dengan wajah sedih dan penuh beban.

Lasmi menghampiri Trisno untuk berkeluh kesah tentang masalah perekonomian mereka.

“Mas, tadi ibu Retno datang ke sini Mas, kata ibu Retno kita sudah menunggak selama 5 bulan, kalau dalam bulan ini, kita tidak bayar maka harus secepatnya mengosongkan kontrakan ini Mas,” Lasmi yang menjelaskan kepada Trisno.

Trisno menghela nafas panjangnya tanpa bersuara apa-apa.

“Mas, ada apa? Aku lihat sedari tadi kamu diam saja,” tanya Lasmi.

Namun belum Trisno bercerita ada tiga orang laki-laki salah satunya bertubuh sedang dan kedua orang laki-laki bertubuh kekar dengan di hiasi tato di lengan mereka masing-masing.

“Trisno buka pintunya!” ucap salah satu laki-laki yang bertubuh sedang sembari mengedor pintu dengan begitu kerasnya.

Trisno yang mendengar suara Herman pun mendatangi pintu utama dan membukanya.

Herman adalah juragan kaya di gang tempat Trisno tinggal, Herman juga mempunyai toko emas. Karena perekonomian Herman yang cukup mapan bayak orang-orang di gang itu meminjam uang kepadanya termasuk Trisno, namun Herman yang  meminjamkan uang kepada mereka harus membayar bunganya dua kali lipat.

Setelah Trisno membukakan pintu untuk Herman, Herman pun langsung menagih utang di janjikan akan di bayar oleh Trisno.

Dengan di temani dua bodyguard di belakang Herman, ia pun menagih utang Trisno.

“Trisno cepat bayar utangmu!” ucap Herman dengan nada tinggi.

“Ma-maafkan saya Pak Herman, saya belum punya uang, untuk membayar utang saya,” tutur Trisno sembari memohon ke ringan kepada Herman.

“Alah kamu alasan saja, janji dan janji, pokoknya saya tidak mau tahu bayar hutangmu sekarang juga!” bentak Herman.

“Saya belum ada uang Pak Herman, saya minta jangka waktu sebulan lagi untuk membayarnya,” ujar Trisno memohon kembali kepada Herman.

“Apa seminggu lagi! Kalian berdua habisi Trisno dan ambil barang-barang berharga miliknya!” perintah Herman.

“Baik Pak?” ucap dengan serentak kedua bodyguard yang berada di belakang Herman.

Kedua bodyguard itu menghampiri Trisno, salah satu ada yang memegangi tubuh Trisno dari belakang dan salah satu lagi memukul wajah Trisno berserta perutnya.

Lasmi yang melihat kejadian itu di depan matanya pun memohon kepada Herman untuk menghentikan kedua bodyguard yang sedang menghajar suaminya itu.

“Jangan pukuli suami saya Pak Herman, saya mohon,” ucap Lasmi memohon kepada Herman sembari menangis.  

    Setelah beberapa menit kedua bodyguard telah selesai menghajar Trisno.

Mereka kembali beraksi mencari benda berharga di rumah Trisno. Trisno yang kesakitan pun tidak dapat berbuat apa-apa dirinya hanya dapat terduduk di lantai sembari menahan sakit, Lasmi menghampiri suaminya yang penuh luka lebam di wajahnya sembari memeluk Trisno.

Setelah mereka berdua berhasil menjarah harta Trisno seperti, TV, kulkas, panci pemanas, dispenser, kipas angin dan barang berharga lainnya.

“Bos, sudah tidak ada lagi barang berharga di sini!” pekik salah satu bodyguard Herman.

“Masukan semua barang itu ke dalam mobil pick up, dan kau Trisno semua hartamu ini belum bisa melunasi hutangmu kepadaku, aku akan memberikan tempo dalam bulan ini kau tidak bisa melunasi hutangmu jangan salahkan aku yang akan mengambil istrimu?” ancam Herman.

Mereka bertiga pergi dengan hasil jarahan di rumah Trisno.

Lasmi yang menangis melihat keadaan Trisno di tambah lagi ancaman Herman yang akan mengambil Lasmi dari sisi Trisno.

“Bagaimana ini Mas, Herman akan mengambil diriku,” ucap Lasmi dengan menangis.

“Aku bingung Lasmi harus berbuat apa, sementara hari ini aku habis di pecat dari pekerjaanku di bangun. Gara-gara bangunan yang aku kerjakan tidak kokoh mereka semua menyalahkan aku,” ucap Trisno dengan sedih.

“Lalu bagaimana ini Mas, bu Retno akan mengusir kita dari kontakkan ini, jika kita tidak bayar di bulan ini begitu pun Herman akan kembali datang di bulan ini menagih hutang kita Mas. Sedangkan hari ini aku tidak masak apa-apa semua habis hutang kita sudah menumpuk di warung,” eluh Lasmi kepada Trisno.

Trisno terdiam memikirkan apa yang harus dirinya lakukan, sementara di ibu kota sendiri mencari pekerjaan begitu sangat susah.

“Mas apa kamu tidak meminjam uang kepada Edi saja, mungkin dia mau membantu lagi pula Edi kan teman baikmu Mas, pasti dia mau membantu kita,” Lasmi yang memberi saran kepada Trisno.

“Aku malu Lasmi, hutang kita di Edi sangat banyak, aku merasa tidak enak jika harus meminjam kembali kepadanya.”

“Lalu bagaimana Mas, kita makan apa hari ini?” eluh Lasmi.

Kruukkk ...

(Suara perut Trisno yang berbunyi karena seharian tidak makan).

“Baiklah besok siang aku akan mencoba ke rumah Edi semoga saja dia mau membantuku,” Trisno yang pasrah.

“Hari ini kita puasa dulu, sampai kita mendapatkan uang untuk makan,” ucap Trisno.

“Iya Mas,” ujar Lasmi.

Di malam harinya mereka berdua yang menahan lapar memutuskan untuk mengisi perut mereka dengan segelas air saja.

“Oh iya Mas, aku baru ingat ada sisi nasi yang sengaja aku keringkan. Bagaimana jika malam ini kita makan itu saja Mas?” Lasmi yang memberikan saran.

“Ya sudah Lasmi, kalau begitu.”

“Tunggu sebentar ya Mas, aku mau menggorengnya terlebih dahulu,” ucap Lasmi meninggalkan Trisno ke dapur.

Beberapa menit kemudian Lasmi yang telah selesai menggoreng nasi sisa yang di keringkan olehnya.

Saat telah matang nasi sisa yang di keringkan itu bertekstur renyah seperti kerupuk dan di tambah sedikit garam akan lebih menjadi nikmat bagi mereka.

Terpopuler

Comments

riki ham

riki ham

awal yg menarik ceritanya

2024-05-09

0

own

own

bagus dan menarik

2023-10-26

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

kuli bangunan gajinya lumayan lohh klo pimter atur keuangan, itu istrinya kan juga bs kerja jd buruh cuci buat nhringanin bantu perekonomian

2023-03-18

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Rencana pergi ke hutan Kawi
3 Warung kopi
4 Penunggu hutan Kawi
5 Ritual
6 Ritual 2
7 Kebengisan Herman
8 Sajen
9 Kematian
10 Kemenangan Trisno
11 Syarat dari nyai Asih
12 Roda berputar
13 Kehidupan Trisno berubah
14 Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15 Penampakan Jenglot
16 Pindah ke Desa
17 Kedatangan Surti
18 Suara dari kamar ritual
19 Incaran jenglot
20 Teror terhadap Surti
21 Pertolongan Mbah Minah
22 Rencana tumbal bayi kembar
23 Surti kabur
24 Meninggalnya bayi Surti
25 Di pasung
26 Tumbal
27 Tawaran bisnis baru
28 Kemarahan Trisno kepada Surti
29 Menuju pertambangan
30 Kebejatan Trisno
31 Percobaan Bunuh diri
32 Kejahatan Trisno
33 Kehamilan kedua Surti
34 Ritual memberi makan Jenglot
35 Vonis Dokter Untuk Lasmi
36 Mencari seorang bayi
37 Pengganti bayi Surti
38 Pemeriksaan Kandungan Surti
39 Jenglot menagih Tumbal
40 Teror sang Jenglot
41 Kekhawatiran Trisno
42 Tumbal berikutnya
43 Akal Jahat Trisno
44 Santet Jenglot
45 Meninggalnya Lasmi
46 Pesaing Baru
47 Pesaing Baru
48 Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49 Hutan terlarang
50 Ditolong oleh Leluhur
51 Santet
52 Pencarian Gadis Perawan
53 Pencarian Sari si Kembang Desa
54 Sepuluh tahun kemudian
55 Kasus Hilangnya Sari
56 Kabar bahagia
57 Mimpi buruk Bayu
58 Jangan dekati kamar itu!
59 Perjanjian
60 Di tutupnya kasus kematian Sari
61 Mimpi buruk Ningsih
62 Hilangnya kandungan Ningsih.
63 Pergi ke Dokter
64 Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65 Teror nyai Asih
66 Mimpi yang sama
67 Kontak Batin Gendis dan Surti
68 Amarah Trisno
69 Keinginan Trisno kawin lagi
70 Pertikaian
71 Target
72 Amukan Ningsih
73 Kejadian 15 tahun yang lalu
74 Bayi laki-laki yang di buang
75 Mimpi buruk
76 Meminta bantuan
77 Kepergian Ningsih dan Sari
78 Mulai terkuak kebenaran
79 Melenyapkan Jenglot
80 Akhir Kisah Trisno
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Perkenalan
2
Rencana pergi ke hutan Kawi
3
Warung kopi
4
Penunggu hutan Kawi
5
Ritual
6
Ritual 2
7
Kebengisan Herman
8
Sajen
9
Kematian
10
Kemenangan Trisno
11
Syarat dari nyai Asih
12
Roda berputar
13
Kehidupan Trisno berubah
14
Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15
Penampakan Jenglot
16
Pindah ke Desa
17
Kedatangan Surti
18
Suara dari kamar ritual
19
Incaran jenglot
20
Teror terhadap Surti
21
Pertolongan Mbah Minah
22
Rencana tumbal bayi kembar
23
Surti kabur
24
Meninggalnya bayi Surti
25
Di pasung
26
Tumbal
27
Tawaran bisnis baru
28
Kemarahan Trisno kepada Surti
29
Menuju pertambangan
30
Kebejatan Trisno
31
Percobaan Bunuh diri
32
Kejahatan Trisno
33
Kehamilan kedua Surti
34
Ritual memberi makan Jenglot
35
Vonis Dokter Untuk Lasmi
36
Mencari seorang bayi
37
Pengganti bayi Surti
38
Pemeriksaan Kandungan Surti
39
Jenglot menagih Tumbal
40
Teror sang Jenglot
41
Kekhawatiran Trisno
42
Tumbal berikutnya
43
Akal Jahat Trisno
44
Santet Jenglot
45
Meninggalnya Lasmi
46
Pesaing Baru
47
Pesaing Baru
48
Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49
Hutan terlarang
50
Ditolong oleh Leluhur
51
Santet
52
Pencarian Gadis Perawan
53
Pencarian Sari si Kembang Desa
54
Sepuluh tahun kemudian
55
Kasus Hilangnya Sari
56
Kabar bahagia
57
Mimpi buruk Bayu
58
Jangan dekati kamar itu!
59
Perjanjian
60
Di tutupnya kasus kematian Sari
61
Mimpi buruk Ningsih
62
Hilangnya kandungan Ningsih.
63
Pergi ke Dokter
64
Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65
Teror nyai Asih
66
Mimpi yang sama
67
Kontak Batin Gendis dan Surti
68
Amarah Trisno
69
Keinginan Trisno kawin lagi
70
Pertikaian
71
Target
72
Amukan Ningsih
73
Kejadian 15 tahun yang lalu
74
Bayi laki-laki yang di buang
75
Mimpi buruk
76
Meminta bantuan
77
Kepergian Ningsih dan Sari
78
Mulai terkuak kebenaran
79
Melenyapkan Jenglot
80
Akhir Kisah Trisno

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!