Ketika Surti tengah asyik memasak, Tini ibu dari Trisno pun menegurnya.
“Masak apa Surti?” Tegur Tini.
“Eh ibu Tini, ini masak sayur asem lagi ingin makan yang segar-segar,” sahut Surti dengan tersenyum.
“Wah enak itu, oh ya Trisno sama Lasmi ke mana ibu tidak melihatnya sedari tadi?”
“Ibu dan Bapak lagi pergi ke kota Bu.”
“Oh pantas saja Ibu tidak melihatnya sedari tadi, oh ya bagaimana kerja di sini kamu merasa nyaman?”
“Iya Bu, sangat nyaman sekali. Bapak Trisno berserta ibu Lasmi sangat baik sekali terhadap saya.”
“Syukurlah jika begitu.”
“Ya sudah kamu lanjut saja masaknya ibu mau ke kamar dulu.”
“Iya Bu, ibu tidak ikut makan sekalian, ini sayur asamnya sudah mau matang.”
“Tidak Surti ibu masih kenyang, mungkin kamu bisa menawarkan Iwan serta Usup untuk makan.”
“Iya Bu.”
Tini pun meninggalkan Surti, ia pergi menuju kamarnya.
Sementara Surti yang telah selesai memasak memanggil Iwan serta Usup yang sedang berada di teras.
Saat Surti berjalan ingin pergi ke teras, Surti mendengar sesuatu dari kamar ritual Trisno.
Surti mendengar seperti benda yang sedang jatuh di kamar Trisno dan ada suara seperti ngaungan binatang buas.
‘Ada apa di kamar ini, kok ada suara seperti ngaungan binatang buas ya,' Surti yang bermonolog.
Rasa penasaran yang sangat tinggi membuat Surti ingin mengetahui ada apa di dalam kamar tersebut.
Surti membuka pintu kamar itu namun pintu itu tidak bisa di buka karena di kunci oleh Trisno.
Mengetahui pintu kamar itu di kunci Surti mencoba ingin mengintip apa yang sebarnya terjadi di dalam sana melalui celah pintu.
Surti mulai mendekati pintu kamar ritual Trisno dan mencoba mengintip lewat celah pintu.
Namun seseorang menepuk pundak Surti yang membuat Surti tidak jadi mengintip kamar tersebut.
“Mau apa kamu Surti?” tegur Trisno.
“I-itu Pak, tadi seperti ada suara di dalam kamar itu,” ucap Surti yang sangat gugup karena tidak mengira Trisno telah pulang ke rumah.
“Jauhin kamar itu jika kamu masih ingin tetap kerja di sini, kamar itu penuh hartaku. Jika ada yang hilang kau pelakunya,” ucap Trisno yang berbohong menakut-nakuti Surti.
“Ja-jangan Pak, saya butuh sekali pekerjaan ini. Saya mohon maaf sekali karena telah lancang. Dan saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi,” ucap Surti yang merasa bersalah dan takut akan di pecat.
“Mas sudah maafkan Surti, karena dia baru bekerja di sini jadi mungkin tidak tahu,” ujar Lasmi yang membela Surti.
“Baiklah aku memakluminya karena kamu baru kerja di sini, pesanku hanya satu jauhkan kamar ini jika kamu mendengar suara-suara aneh abaikan saja. Kamu mengeti Surti,” pungkas Trisno kepada Surti.
“I-iya Pak.”
Trisno meninggalkan mereka berdua menuju kamarnya, sementara Lasmi masih mengobrol dengan Surti.
“Mas Trisno memang seperti itu Surti di orang yang tegas, tapi sebenarnya baik,” tutur Lasmi kepada Surti.
“Iya Bu, memang saya yang salah terlalu lancang,” sahut Surti yang lugu.
“Ya sudah jangan terlalu di pikirkan nanti bisa mengganggu kehamilanmu, oh iya ini aku belikan kamu susu ibu hamil dan juga baju baru serta beberapa vitamin untuk ibu hamil,” ucap Lasmi memberikan sebuah kantong plastik yang di dalamnya benda-benda yang dia beli untuk Surti.
Mendengar ucapan Lasmi, Surti pun meneteskan air mata, di benak Surti keluarga ini sangat baik kepadanya berbanding terbalik dengan keluarga yang mengusirnya dari rumah karena malu mempunyai anak seperti Surti, nasib malang menimpa Surti hingga ia sampai di rumah Trisno.
Surti berbohong kepada Trisno berserta Lasmi, Surti tidak mau menjelek-jelekkan kedua orang tuanya.
“Kenapa kamu malah menangis Surti?” tanya Lasmi.
“Saya terharu akan kebaikan ibu dan bapak serta keluarga ini, baru sehari saya bekerja ibu sangat baik kepada saya,” ucap Surti meneteskan air matanya sembari mengambil kantong plastik di tangan Lasmi.
“Ya sudah Surti anggap saja kami keluargamu, oh ya apa kamu sudah makan?” tanya Lasmi.
“Belum Bu, tadi mau makan tapi saya ingat Iwan dan Usup jadi saya berniat memanggil mereka berdua untuk makan bersama-sama, lalu saya mendengar sesuatu di kamar itu karna saya penasaran jadi saya mau mengintipnya, maafin saya ya Bu” ujar Surti yang menjelaskan kronologinya.
“Ya sudahlah jangan di ulangi lagi ya, nanti kalau mas Trisno marah sama kamu aku tidak bisa menolongmu Surti,” kata Lasmi memperingati Surti.
“Iya Bu saya tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Surti yang merasa bersalah.
“Ya sudah lebih baik kamu makan saja dahulu, aku mau ke kamar dan jika kamu mau makan buah makan saja di kulkas tersedia banyak buah,” ucap Lasmi.
“Iya Bu terima kasih, ucap Surti menghapus air matanya.
Lasmi pun meninggalkan Surti lalu masuk ke kamarnya menghampiri Trisno yang berada di dalam kamar.
Setelah Lasmi berada di dalam kamar Lasmi menghampiri Trisno yang tengah berada di tempat tidurnya.
“Mas, jangan terlalu keras kepadanya,” ucap Lasmi yang menegur Trisno.
“Bukannya apa-apa aku tidak ingin ada lain yang mengetahui itu semua,” ucap Trisno.
“Iya aku tahu Mas, tapi jika kamu terlalu keras kepadanya rencana kita akan gagal Mas, aku hanya takut dia akan pergi dari rumah ini, Mas” ucap Lasmi.
“Tenang saja Lasmi dia tidak akan bisa pergi dari Trisno,” sahut Trisno dengan senyum jahatnya.
“Ya sudah aku ingin tidur dahulu nanti sore aku mau ke lapangan mau saung ayam,” ujar Trisno yang meninggalkan Lasmi tidur.
Sore harinya Trisno mencari keberadaan kedua anak buahnya.
“Iwan! Usup!” pekik Trisno memanggil mereka berdua.
‘Ke mana ini mereka berdua?’ batin Trisno.
Tidak berselang lama Iwan dan Usup yang mendengar Trisno panggilan Trisno pun menghampiri Trisno.
“Ya Bos ada apa?” ucap Iwan.
“Mana Usup?” tanya Trisno.
“Saya di sini Bos,” sahut Usup dari arah dapur.
“Kalian berdua siapin si Jalu, kita kelapangan mengadu Jalu!” perintah Trisno.
Jalu adalah nama ayam jago kesayangan Trisno yang selalu memang dalam pertandingan saung ayam.
Setelah Iwan berserta Usup telah selesai mempersiapkan Jalu.
Mereka bertiga pun bergegas ke lapangan dengan menaiki mobil Trisno.
15 menit Trisno menempuh jarak dari rumahnya dan tiba di lapangan tempat orang desa bertanding saung Ayam.
“Minggir, minggir, minggir” ucap Trisno.
“Ayo siapa yang berani melawan jalu akan aku berikan uang sebesar 40 juta tapi jika kalah uang kalian akan jadi milik ku,” ucap Trisno dengan sangat sombongnya.
Si sana tidak hanya Trisno saja namun juragan yang lain pun ikut serta dalam pertandingan saung ayam tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Kustri
ya pasti baiklah wong ada mau'a
2024-05-12
0