Kehidupan Trisno berubah

Tiga bulan telah berlalu Trisno yang menjadi bahan omongan para tetangga karena kehidupannya telah berubah.

Di pagi itu para bodyguard almarhum Herman Iwan serta Usup mendatangi rumah kontrakan Trisno. 

Guna meminta perkerjaan kepada Trisno karena, Santi istri almarhum Herman tidak dapat mengaji mereka kembali.

“Permisi Pak Trisno,” pekik Iwan sembari mengetik pintu kontrakan Trisno.

Iwan yang mengetuk pintu tidak ada tanggapan.

“Iwan, kira-kira pak Trisno mau tidak menerima kita kerja ya?” tanya Usup yang ragu.

“Ya Usup, kita coba saja tidak ada salahnya lagi pula bu Santi tidak bisa mengaji kita lagi,” sahut Iwan.

Tidak berselang lama ketika Iwan dan Usup saling mengobrol pintu kontakkan Trisno pun terbuka.

“Ada apa kalian berdua ke rumah ku?” ucap Trisno.

“A-anu pak Trisno, kami berdua datang kemari ingin meminta pekerjaan kepada bapak?” ucap Iwan yang lemah lembut.

“Masuk!” perintah Trisno.

“Ba-baik Pak,” sahut serentak mereka berdua.

Mereka berdua masuk ke rumah Trisno, sementara Trisno yang duduk di kursi ruang tamu dan kedua bodyguard itu berdiri di hadapan Trisno duduk.

“Kenapa kalian berdua meminta pekerjaan denganku, apa istri Herman tidak dapat mengaji kalian lagi, hahahahah,” ucap Trisno sembari tertawa lepas.

“I-iya Pak, kami butuh sekali pekerjaan. Bu Santi tidak dapat memberi kami gajih, bagaimana kami bisa memberi makan keluarga kami, Pak?” eluh Iwan.

“Apa aku harus peduli dengan kalian, sementara di waktu dulu aku memohon kalian tidak peduli!” ucap Trisno dengan nada kesal.

“Ma-maafkan kami Pak, kami hanya di suruh pak Herman kami tidak bermaksud menyakiti bapak, itu tuntutan pekerjaan kami,” pungkas Iwan kepada Trisno.

“Baiklah aku akan menerima kalian jadi anak buahku dan akan aku bayar dua kali lipat tapi ada satu syarat yang harus kalian lakukan,” ujar Trisno dengan senyum jahatnya.

“Ba-baik Pak, apa pun syaratnya akan kami lakukan asal kami bisa bekerja di tempat bapak?”

 “Baiklah jika kalian memaksa, syaratnya aku ingin kalian saling memukul satu sama lain hingga ada yang menang? Apa kalian bersedia?” Trisno yang memberi tantangan untuk mereka berdua.

Iwan beserta Usup saling menatap mereka berdua adalah teman baik yang tidak mungkin saling melukai satu sama yang lain?”

“Bagaimana? Kalau kalian tidak mau sekarang juga kalian berdua bisa tinggalkan rumahku sekarang!” bentak Trisno. 

Tidak ada pilihan lain untuk Iwan dan Usup, mengingat mencari pekerjaan di ibu kota sanggatlah susah dan lagi mereka berdua pun tidak mempunyai ijazah dan hanya mengandalkan otot saja.

Dengan berpikir panjang akhirnya merek berdua mengiyakan keinginan Trisno. 

Iwan yang paling pertama memukul wajah Usup sampai, Usup pun membalas pukulan Iwan.

Akhirnya mereka pun saling berkelahi satu sama lain, Trisno yang melihat mereka berkelahi hingga mengeluarkan darah membuat Trisno sangat senang.

“Hahahahah, bagus lanjutkan kalian harus saling menyakiti sampai salah satu dari kalian berdua ada yang menang,” ucap Trisno dengan tawa jahatnya.

Fenomena ini pun di lihat oleh Lasmi, bukan merasa iba Lasmi pun sangat senang melihat Iwan serta Usup saling menyakiti satu sama lain.

Sampai beberapa menit telah berlalu Iwan pun tergeletak di lantai dengan wajah lebam serta darah yang menetes di pinggir mulutnya serta hidungnya.

Perkelahian ini dimenangkan oleh Usup.

Trisno berserta Lasmi yang melihatnya sangat bahagia mereka dapat membalas kejahatan bodyguard Herman waktu mereka memukuli Trisno.

“Baiklah aku sudah merasa puas melihat kalian, bagaimana sakit bukan itu yang aku rasakan di waktu kalian memukuli ku tidak ada rasa kasihan sama sekali kepadaku,” ucap Trisno kepada Iwan serta Usup.

“Ma-maafkan kami Pak Trisno, kami berdua sangat menyesal,” ucap Usup.  

“Ambil uang ini, obatin luka kalian sore ini kalian berdua bisa langsung kerja, ikut aku menagih hutang mantan bos kalian. Kalian mengeti!” Bentak Trisno 

“I-iya pak kami berdua mengerti,” sahut Usup mengambil beberapa lembar uang di atas meja tamu.

“Sebaiknya kalian pergi dari rumahku, sore baru ikut aku!” Trisno yang menegaskan kembali.

Mereka berdua pun bergegas pergi dari kontrakan Trisno.

Setelah mereka berdua pergi Lasmi berserta Trisno sangat bahagia melihat mereka saling berkelahi.

“Hahahah, mereka berdua sangat lucu sekali seperti kucing yang sedang berebut makanan,” ucap Lasmi.

“Biarkan Saja mereka babak belur, itu balasan untuk orang yang menyakitiku,” ucap Trisno

Lasmi beserta Trisno pun berbincang santai di ruang tamu sesekali Trisno pergi ke rumah Roy, untuk menjalankan bisnisnya dengan Roy.

Hingga hari pun mulai menjelang sore Iwan berserta  Usup mendatangi kediaman rumah Trisno.

Sesampainya merek di depan rumah Trisno.

Trisno pun langsung mengajak mereka.

“Ayo kita berangkat?” ucap Trisno kepada kedua bodyguard nya.

“Iya Pak,” sahut mereka berdua.

Trisno beserta kedua bodyguard nya pun berjalan menuju rumah almarhum Herman.

10 menit mereka berjalan menuju rumah Herman sampai akhirnya Trisno telah sampai di depan rumah Herman.

“Santi! Santi!” pekik Trisno memanggil istri Herman.

Tidak berselang lama Santi pun membuka pintu rumahnya.

Tanpa basa basi Trisno langsung menagih hutang yang di pinjam Santi telah jatuh tempo.

“Eh Santi bayar hutangmu!” bentak Trisno.

“Maaf pak Trisno, saya belum bisa bayar saya belum punya uang,” ujar Santi yang memohon kepada Trisno.

“Alah alasan saja aku tidak peduli,” sahut Trisno dengan marah.

“Saya tidak berbohong Pak Trisno, tolong berikan saya waktu untuk melunasi hutang saya,” ujar Santu yang memohon kepada Trisno.

“Tidak, dulu suamimu tidak pernah mau tahu akan penjelasanku dan juga tidak mempunya rasa kasihan kepadaku, sekarang untuk apa aku memberikan kamu batas waktu, sesuai dengan perjanjian kita jika dalam tiga bulan kamu tidak bisa melunasi hutangmu rumah ini berserta isinya akan jadi milikku,” ucap Trisno yang memperingati Santi.

“Jangan Pak Trisno saya mohon, nanti saya mau tinggal di mana?” ujar Santi.

“Aku tidak peduli, Iwan dan Usup usir dia dari rumah ini!” Perintah Trisno.

 Santi yang menangis memohon bersujud kepada Trisno namun rasa sakit hati Trisno dengan Herman tidak dapat di obati dengan tidak mempunya rasa iba Sedikit pun Trisno memerintahkan Iwan berserta Usup mengusir Santi berserta anaknya pergi dari rumah.

Iwan menyeret Santi berserta anaknya keluar dari rumahnya dan melemparkan pakaian Santi ke tanah.

“Kalian berdua! Ini balasan kalian kepada keluargaku!” ucap Santi menangis. 

“Maafkan kami Bu Santi, keluarga kami butuh makan jadi kami tidak bisa mengabdi kepada ibu lagi,” ucap Iwan.

Trisno pun tertawa melihat Santi marah kepada mantan pengawalnya.

“Hahahah, Santi, Santi, semua orang itu butuh uang Santi, kesetiaan bisa di beli dengan uang jadi kau jangan heran, ini balasan untuk keluargamu Santi di kala suamimu menindas aku berserta keluargaku!” Ucap Trisno dengan penuh amarah.

“Sudah jangan pedulikan dia, kunci pagarnya jangan sampai dia masuk kembali ke rumah ini,” perintah Trisno.

“Baik Pak,” ucap Serentak Iwan dan usup.

Trisno pun masuk ke rumah Herman ingin melihat isi rumah Herman.

Saat Trisno berjalan mengitari isi rumah Herman ia pun terkesima dengan rumah Herman yang sangat bagus.

“Gila rumah ini sangat bagus,” ucap Trisno dengan terkesima.

‘Akhirnya aku bisa mendapatkan rumah yang sangat bagus tanpa harus membeli dengan harga yang mahal, begini yah rasanya menjadi orang kaya dengan uang aku bisa mendapatkan segalanya,' Trisno yang bermonolog.

‘Besok aku akan pindah ke rumah ini bersama Lasmi,' batin Trisno.

  

 

 

     

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

menggaji

2023-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Rencana pergi ke hutan Kawi
3 Warung kopi
4 Penunggu hutan Kawi
5 Ritual
6 Ritual 2
7 Kebengisan Herman
8 Sajen
9 Kematian
10 Kemenangan Trisno
11 Syarat dari nyai Asih
12 Roda berputar
13 Kehidupan Trisno berubah
14 Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15 Penampakan Jenglot
16 Pindah ke Desa
17 Kedatangan Surti
18 Suara dari kamar ritual
19 Incaran jenglot
20 Teror terhadap Surti
21 Pertolongan Mbah Minah
22 Rencana tumbal bayi kembar
23 Surti kabur
24 Meninggalnya bayi Surti
25 Di pasung
26 Tumbal
27 Tawaran bisnis baru
28 Kemarahan Trisno kepada Surti
29 Menuju pertambangan
30 Kebejatan Trisno
31 Percobaan Bunuh diri
32 Kejahatan Trisno
33 Kehamilan kedua Surti
34 Ritual memberi makan Jenglot
35 Vonis Dokter Untuk Lasmi
36 Mencari seorang bayi
37 Pengganti bayi Surti
38 Pemeriksaan Kandungan Surti
39 Jenglot menagih Tumbal
40 Teror sang Jenglot
41 Kekhawatiran Trisno
42 Tumbal berikutnya
43 Akal Jahat Trisno
44 Santet Jenglot
45 Meninggalnya Lasmi
46 Pesaing Baru
47 Pesaing Baru
48 Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49 Hutan terlarang
50 Ditolong oleh Leluhur
51 Santet
52 Pencarian Gadis Perawan
53 Pencarian Sari si Kembang Desa
54 Sepuluh tahun kemudian
55 Kasus Hilangnya Sari
56 Kabar bahagia
57 Mimpi buruk Bayu
58 Jangan dekati kamar itu!
59 Perjanjian
60 Di tutupnya kasus kematian Sari
61 Mimpi buruk Ningsih
62 Hilangnya kandungan Ningsih.
63 Pergi ke Dokter
64 Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65 Teror nyai Asih
66 Mimpi yang sama
67 Kontak Batin Gendis dan Surti
68 Amarah Trisno
69 Keinginan Trisno kawin lagi
70 Pertikaian
71 Target
72 Amukan Ningsih
73 Kejadian 15 tahun yang lalu
74 Bayi laki-laki yang di buang
75 Mimpi buruk
76 Meminta bantuan
77 Kepergian Ningsih dan Sari
78 Mulai terkuak kebenaran
79 Melenyapkan Jenglot
80 Akhir Kisah Trisno
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Perkenalan
2
Rencana pergi ke hutan Kawi
3
Warung kopi
4
Penunggu hutan Kawi
5
Ritual
6
Ritual 2
7
Kebengisan Herman
8
Sajen
9
Kematian
10
Kemenangan Trisno
11
Syarat dari nyai Asih
12
Roda berputar
13
Kehidupan Trisno berubah
14
Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15
Penampakan Jenglot
16
Pindah ke Desa
17
Kedatangan Surti
18
Suara dari kamar ritual
19
Incaran jenglot
20
Teror terhadap Surti
21
Pertolongan Mbah Minah
22
Rencana tumbal bayi kembar
23
Surti kabur
24
Meninggalnya bayi Surti
25
Di pasung
26
Tumbal
27
Tawaran bisnis baru
28
Kemarahan Trisno kepada Surti
29
Menuju pertambangan
30
Kebejatan Trisno
31
Percobaan Bunuh diri
32
Kejahatan Trisno
33
Kehamilan kedua Surti
34
Ritual memberi makan Jenglot
35
Vonis Dokter Untuk Lasmi
36
Mencari seorang bayi
37
Pengganti bayi Surti
38
Pemeriksaan Kandungan Surti
39
Jenglot menagih Tumbal
40
Teror sang Jenglot
41
Kekhawatiran Trisno
42
Tumbal berikutnya
43
Akal Jahat Trisno
44
Santet Jenglot
45
Meninggalnya Lasmi
46
Pesaing Baru
47
Pesaing Baru
48
Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49
Hutan terlarang
50
Ditolong oleh Leluhur
51
Santet
52
Pencarian Gadis Perawan
53
Pencarian Sari si Kembang Desa
54
Sepuluh tahun kemudian
55
Kasus Hilangnya Sari
56
Kabar bahagia
57
Mimpi buruk Bayu
58
Jangan dekati kamar itu!
59
Perjanjian
60
Di tutupnya kasus kematian Sari
61
Mimpi buruk Ningsih
62
Hilangnya kandungan Ningsih.
63
Pergi ke Dokter
64
Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65
Teror nyai Asih
66
Mimpi yang sama
67
Kontak Batin Gendis dan Surti
68
Amarah Trisno
69
Keinginan Trisno kawin lagi
70
Pertikaian
71
Target
72
Amukan Ningsih
73
Kejadian 15 tahun yang lalu
74
Bayi laki-laki yang di buang
75
Mimpi buruk
76
Meminta bantuan
77
Kepergian Ningsih dan Sari
78
Mulai terkuak kebenaran
79
Melenyapkan Jenglot
80
Akhir Kisah Trisno

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!