Trisno beserta Lasmi yang mulai bingung dengan arah jalan ke hutan Kawi,
“Mas, seperti kita harus bertanya di mana hutan kawi tersebut?” Ucap Lasmi yang sedang di bonceng oleh Trisno.
“Iya Lasmi, sembari berjalan aku juga lagi mencari warga untuk bertanya,” sahut Trisno yang mengemudikan motornya.
Tidak berselang lama ada seseorang ibu-ibu mengendong kayu bakar di punggungnya, melihat ibu itu sedang berjalan di tepi jalan Trisno mempercepat laju motornya menghampiri ibu tersebut.
Sesampainya di samping ibu tersebut Trisno memanggil ibu itu lalu menanyakan jalan menuju hutan kawi.
“Permisi Bu, saya numpang tanya jalan menuju hutan kawi di mana ya apa masih jauh?” tanya Trisno.
“Eh Iya Mas, Mas dan Mbak ya mau ngapain ke sana?” tanya ibu itu yang bingung.
“Mau ke rumah nenek saya Bu,” ujar Trisno.
“Ke rumah Nenek? Di sana hanya ada rumah Nyai Asih, dukun terhebat Mas biasanya para pendatang itu sering bertanya rumah beliau,” ibu itu menjelaskan.
“Nah itu Bu? Maksud saya,” ujar Trisno.
“Mas terus saja nanti ada sebuah papan yang bertulisan hutan Kawi nah di sana Mas masuk saja, tapi hati-hati ya Mas, sebelum menjelang malam Mas dan Mbaknya. Harus secepatnya bertemu dengan rumah nyai Asih atau sampai di rumah nyai Asih” tutur ibu itu.
“Memang kenapa Bu jika kita belum sampai atau menemukan rumah nyai Asih sebelum hari menjelang malam?”
“Penunggu hutan Kawi akan muncul menjelang malam dan sudah banyak korban yang terjadi mereka awalnya akan hilang lalu seminggu kemudian di temukan tidak bernyawa dengan kondisi tubuh korban sangat mengenaskan seperti di makan hewan buas tapi setiap tim polisi sudah beberapa kali menyelidiki, namun tidak ada hewan buas di sana. Dan menurut kepercayaan warga setempat itu menunggu hutan Kawi yang memakan mereka ada juga yang bilang itu peliharaan nyai Asih yang sengaja di lepas di hutan,” ujar ibu itu menjelaskan kronologi di hutan kawi.
“Ih, mengerikan sekali Mas,” sahut Lasmi takut mendengar cerita ibu itu.
“Ya sudah Bu terima kasih atas informasinya,” sahut Trisno melanjutkan perjalanannya kembali.
Hari sudah menunjukkan jam 5 sore mereka pun telah tiba di depan papan yang bertulisan hutan kawi.
“Mas, apa sebaiknya kita pulang saja, aku sangat takut apa yang di ucapkan ibu tadi,” Lasmi yang mulai berubah pikiran.
“Lasmi kesempatan sudah di ujung mata, ini sudah dekat kamu mau pulang begitu saja. Aku tidak mau! aku akan menempuh hutan ini, aku tidak mau lagi hidup susah Lasmi!” ujar Trisno yang kesal dengan Lasmi.
Mereka berdua memasuki hutan Kawi tersebut dengan mengendarai motor tua Trisno.
Belum sampai masuk terlalu dalam ke dalam hutan itu motor Trisno pun tiba-tiba mogok kembali.
“Mas kenapa lagi?” tanya Lasmi tiba-tiba motor Trisno mati.
“Sial! Ini motor mogok terus?” sahut Trisno yang sangat kesal.
“Lalu bagaimana ini Mas?” tanya Lasmi yang mulai panik.
“Sebaiknya kita jalan saja, kalau aku takut jika memperbaiki motor tua ini nanti kita bisa sampai malam di sini,” ujar Trisno.
Mereka berdua terus berjalan meninggalkan motor tua mereka dan memberi tanda di setiap jalan agar mereka tidak tersasar.
Mereka terus berjalan sampai mereka berdua melihat sebuah pohon tua yang sangat besar, saat melintasi pohon tua tersebut bulu kuduk Lasmi berserta Trisno berdiri.
“Mas aku merinding!” celetuk Lasmi.
“Ayo kita jalan saja Lasmi,” ucap Trisno.
Namun ketika mereka terus berjalan dan berjalan mereka berdua seakan-akan kembali melewati jalan yang sama.
“Mas bukannya ini pohon tua tadi? Dan ini jalan yang kita lalu tadi?” sahut Lasmi yang mulai tersadar.
“Iya benar katamu Lasmi, sedari tadi kita hanya berputar-putar di jalan ini saja,” sahut Trisno yang juga tersadar.
“Bagaimana ini Mas? Aku takut?”
“Ayo kita coba jalan lagi, jangan takut aku di sini,” ucap Trisno yang mencoba menenangkan sang istri.
Jam pun sudah menunjukkan pukul enam sore dan mereka masih berputar-putar di hutan itu.
Sampai matahari sore mulai terbenam langit pun mulai gelap ke abu-abuan.
Lasmi yang merasa lelah pun mencoba beristirahat sebentar di pohon tua yang besar itu.
“Mas aku sangat lelah sekali, sedari tadi kita masih saja berada di jalan sama, kita beristirahat sebentar aku sudah tidak sanggup lagi berjalan Mas,” eluh Lasmi.
“Baiklah kalau begitu Lasmi, nanti kita lanjutkan lagi perjalanannya ya, soalnya ini mulai malam.”
“Iya Mas,”
Saat mereka sedang beristirahat ada sesosok makhluk besar di balik pohon tua itu,
Makhluk itu sedang memperhatikan mereka yang sedang duduk di dekat pohon tua itu.
“Ayo Lasmi kita jalan lagi, mulai terlihat sangat gelap,” ucap Trisno mengambil ponselnya untuk di gunakan sebagai penerang jalan.
“Iya Mas,” sahut Lasmi
Saat Trisno mulai menyalakan lampu senter dengan menggunakan ponselnya terlihat di belakang Lasmi sosok makhluk yang sangat menyeramkan.
Tubuhnya tinggi berambut panjang, terlihat taring yang sangat panjang di mulutnya, kuku tangannya pun sangat panjang makhluk itu pun bermata merah menyala.
Trisno yang melihat sosok makhluk yang sangat menyeramkan itu pun langsung menarik tangan Lasmi untuk berlari.
“Ayo Lasmi, ada makhluk yang menyeramkan di belakangmu,” celetuk Trisno sembari menari tangan Lasmi.
Lasmi yang menoleh ke belakang pun berteriak histeris melihat sosok makhluk yang sangat menyeramkan.
Mereka pun berlari sekencang mungkin untuk menjauh dari makhluk itu, tapi makhluk itu tidak tinggal diam, sosok makhluk yang mereka lihat pun mengejar mereka di belakang.
“Ayo Lasmi cepat!” teriak Trisno menarik tangan Lasmi sembari berlari.
Lasmi yang sangat panik pun terus berlari hingga tidak melihat sebuah akar pohon yang membuat Lasmi terjatuh.
“Aduh!” pekik Lasmi.
“Ayo Lasmi cepat! Mahluk itu mulai mendekati kita!” pekik Trisno.
Sang makhluk pun sudah dekat dengan mereka hanya berjarak setengah meter saja, dan kaki Lasmi pun di pegang oleh makhluk itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nhamee
celaka......bisa lolos nggak ya dari makhluk itu...siapa hayyo nanti yg nolong?🤔🤭🤭
2024-06-06
0
Desy Rs Azuz
Ikut tegamg
2023-05-01
1
🌃⃝⃟ᵖᵈᶠ♥⃟🌪️[♧]AS[🧚]🍾⃝☀️🦚⃟❦
mati nggak yah
2023-02-12
0