Di malam harinya ketika semua orang sedang tertidur termasuk Trisno berserta Lasmi.
Di kediaman Herman Jenglot itu mulai beraksi, Jenglot itu dapat menembus pintu kamar Herman.
Terlihat Herman berserta sang istri sedang tertidur pulas.
Jenglot itu mendekati Herman yang tengah tertidur dengan pulas, jenglot itu mengulurkan kedua tangan dengan kuku yang panjang serta hitam ke arah leher Herman.
Seketika jenglot itu mencekik Herman yang sedang tertidur pulas.
Herman yang merasa tidak bisa bernafas pun terbangun dengan meronta-ronta.
Herman tidak bisa melihat jenglot itu namun ia merasakan seperti sedang di cekik.
Sementara Istri Herman yang bernama Santi bangun dari tempat tidurnya dan melihat Herman di sampingnya meronta-ronta.
“Pak ada apa, Pak?” tanya Lasmi yang mencoba menyadarkan Herman.
Herman tidak dapat berbicara, matanya melotot tubuhnya mulai kejang-kejang karena tidak dapat bernafas.
“Pak! Sadar pak! Sadar!” ucap Sinta yang semakin panik melihat kondisi Herman.
Sinta yang saking paniknya berlari keluar kamarnya meminta pertolongan.
Sinta berlari ke luar teras di sana ada dua bodyguard Herman yaitu Iwan dan Usup yang menjaga rumah Herman.
“To-tong Pak Herman?” ucap Santi.
“Ada apa Bu dengan bos Herman?” tanya Iwan.
“Aku tidak tahu dia seperti orang yang tidak bisa bernafas sekarang sedang kejang-kejang,” ucap Santi yang panik.
“Ce-cepat telepon ambulan!” ucap Santi kembali memerintahkan mereka untuk menelepon bulan.
“Ba-baik Bu,” sahut Iwan.
Iwan segera mengambil ponselnya yang berada di saku celananya sedangkan Usup beserta Santi kembali mendatangi Herman di kamarnya.
“Usup ikut aku melihat Pak Herman siapa tahu kamu bisa membatu?” ujar Santi.
“Ba-baik Bu,” sahut Usup yang ikut panik.
Tidak berselang lama mereka tiba di kamar, Santi istri Herman berteriak histeris.
Terlihat Herman dengan posisi mata terbelalak serta lidah yang menjulur keluar.
“Pak bangun Pak! Bangun!” teriak Santi menggoyang-goyangkan tubuh Herman yang tidak lagi bernafas.
“Innalillahiwainnailaihirojiun,” ucap Usup yang mengetahui Herman tidak bernyawa lagi.
“Pak bangun! Bangun!” Teriak Santi sembari berusaha membangunkan Herman.
Namun berbagai cara Santi mencoba membangunkan Herman pun tidak berhasil, Herman yang telah pergi selama.
Tidak berselang lama terdengar iungan ambulan dari kejauhan, Iwan yang berada di teras menunggu ambulan datang pun membukakan pagar rumah Herman.
Mobil ambulan masuk ke dalam halaman rumah Herman, setelah sampai di halaman rumah Herman para petugas medis pun keluar dari dalam mobil berupaya memberi pertolongan kepada Herman.
Para petugas yang telah berada di kamar Herman memberikan pertolongan pertama berupa PCR, namun semua yang di lakukan tim medis hanya sia-sia.
Herman tetap saja tidak dapat di selamatkan, tangisan Santi kembali memecah saat petugas medis memberitahukan kepadanya bahwa Herman telah meninggal dunia.
Terasa mimpi bagai Santi mendengar Herman yang tiba-tiba meninggal secara mendadak, petugas menanyakan korologi kejadian Herman lalu menyimpulkan kepada Santi bahwa Herman bisa saja terkena serangan jantung.
Santi yang tidak percaya suaminya pergi meninggalkan dan dua orang anak secepat itu.
Kabar duka menyelimuti keluarga Herman
Keesokan paginya terdengar pengumuman di musala.
“Innalillahiwainnailaihirojiun, telah meninggal dunia Herman bin Wanto pada jam satu malam akan dan dikebumikan pada jam 10 pagi ini,” ucap petugas mushola memberitahukan para warga dengan pengeras suara.
Saat baru saja bangun dari tidurnya, Trisno dan juga Lasmi saling mandang dan tersenyum kecil mendengar kabar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nhamee
ini kan baru awal.....bisa tersenyum🙃
2024-06-06
0
Desy Rs Azuz
Msu bilang kapaok sm Herman tp jg kasihan
2023-05-01
1
Yuli Eka Puji R
mushola
2023-03-20
0