Keesokan harinya, Trisno beserta Lasmi istrinya mengangkut dan memindahkan semua barang yang ada di rumahnya untuk pindah ke rumah Herman yang sebelumnya telah ia sita atas ketidakmampuan Herman untuk melunasi hutangnya tepat waktu.
Dengan bantuan pengawalnya, ia pindah ke rumah Herman.
Semua barang telah dimasukkan ke dalam rumah barunya itu, terlihat Lasmi sangat senang karena rumah yang mereka dapatkan itu cukup besar dan luas.
“Wah Mas, rumahnya besar juga gak sia-sia kita menyita rumahnya,” ucap Lasmi yang melihat ke sekeliling rumah.
“Gimana tidak besar, Herman kan dulu kaya bahkan lebih kaya dari kita. Saat ini roda berputar, dulu memang kita diinjak olehnya tapi sekarang lihatlah Lasmi kita kaya,” ucapnya sambil tertawa bangga.
Lasmi melihat kamar-kamar yang ada di rumah barunya itu, kamarnya luas dan nyaman.
Lasmi pun memilih kamar paling besar sebagai kamarnya bersama Trisno.
Tidak lupa Trisno menyiapkan sebuah kamar untuk menaruh jenglotnya tersebut.
Trisno memilih kamar paling ujung yang berukuran lebih kecil dari kamar yang lain, di sana Trisno menyiapkan sebuah meja serta sebuah kasur berukuran sedang untuk nantinya ia ritual di dalam kamar tersebut.
Jenglot beserta beberapa sesaji dan kemenyan yang menyala di letakkan di atas meja, Trisno memilih lampu yang sedikit redup untuk kamar itu.
Sebelumnya Trisno menyuruh para pengawalnya itu untuk mengubah warna cat dinding menjadi lebih gelap.
Aroma kemenyan yang baru di bakar itu menyeruak ke seluruh kamar itu, Trisno pun keluar dan mengunci kamar tersebut lalu menyimpan kunci itu di saku celananya.
Sampai sore hari, rumah itu sudah penuh dengan barang-barang milik Trisno, Lasmi juga sudah merapikan semuanya di bantu oleh dua pengawalnya itu.
Lasmi dan Trisno pun duduk santai di area teras rumah sambil meminum segelas teh hangat.
“Rumah ini lebih nyaman ketimbang rumah kita yang dulu Mas,” ucap Lasmi sembari meminum teh nya.
“Ya, semua ini berkat jenglot itu kalau bukan karenanya kita tidak bisa jadi kaya seperti ini,” ucap Trisno.
“Mas, besok aku mau beli gelang emas boleh kan. Biar ibu-ibu di sini gak ada yang saingin aku Mas,” pinta Lasmi.
“Iya beli saja apa yang kamu mau Lasmi, sekalian beli yang besar biar mata mereka itu semakin melotot,” ucap Trisno terkekeh.
Paginya, Lasmi di temani oleh kedua pengawal Trisno pergi ke sebuah toko emas. Saat Lasmi datang semua mata tertuju padanya karena jarang sekali ada orang desa yang pergi di ditemani oleh dua orang pengawal.
Lasmi melihat-lihat model emas yang ada di etalase toko itu. Sang pemilik toko langsung menghampiri Lasmi untuk melayaninya.
“Silahkan Bu mau jenis emas yang mana?” tanya sang penjual.
“99 karat,” sahutnya.
“Di sebelah sini,” ucapnya sambil menggiring Lasmi ke bagian etalase tengah.
Lasmi mulai melihat-lihat model gelang yang ada di etalase tersebut, hingga ia menunjuk sebuah gelang bangle.
“Coba lihat yang ini,” ucapnya sambil menunjuk gelang tersebut.
“Wah pas banget ini model yang lagi rame Bu,” ucapnya.
Lasmi mencoba memasangnya di tangan kanannya lalu terus memperhatikannya.
“Saya ambil yang ini,” ucapnya.
Lasmi kembali menunjuk gelang yang terpajang di manekin tangan yang ada di etalase tersebut.
“Ini mutiara asli?” tanya Lasmi.
“Iya benar Bu,” sahutnya sambil mengeluarkan gelang tersebut dari etalase.
“Ini edisi terbatas Bu, tapi harganya lumayan,” ucap penjual itu.
Lasmi kembali memasang gelang itu di tangannya dan memperlihatkan kepada kedua pengawalnya.
“Bagus tidak?” tanya Lasmi.
“Bagus bu,” sahut kedua pengawal itu.
“Saya ambil ini, terus yang ini sama ini,” ucap Lasmi.
Semua pengunjung toko itu terus memperhatikan Lasmi, mereka terkesima melihat Lasmi memilih gelang tanpa menanyakan harga terlebih dahulu.
Semua pembelian Lasmi pun di total oleh pemilik toko, belanjaan Lasmi saat itu hampir 100 juta.
Lasmi pun pulang bersama pengawalnya, saat berada di rumah Lasmi memperlihatkan semua emas yang telah ia beli tadi kepada Trisno.
“Nih lihat Mas baguskan?” tanya Lasmi meminta pendapat Trisno.
“Bagus, kamu pakai itu jangan di masukin dalam kotak terus.”
“Itu pasti Mas,” sahutnya sambil terus memandangi tangannya yang di penuhi oleh gelang emas.
Malam harinya, tepatnya malam selasa, Trisno bersiap untuk melakukan ritual bersama nyai Asih.
Seperti biasa, pada malam itu Trisno tidak akan tidur di kamarnya melainkan tidur di kamar yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Lasmi sendiri cukup penasaran, bahkan Trisno juga tidak mengatakan alasan kenapa harus tidur di tempat berbeda dengannya.
Trisno pun masuk ke dalam kamar tersebut, Trisno menyalakan kemenyan dan menaburkan bunga tujuh rupa ke atas kasur.
“Nyai Asih ... Datanglah aku memanggilmu,” ucap Trisno sebanyak tiga kali.
Tidak lama tercium aroma melati yang begitu menyengat, tiba-tiba terlihat nyai Asih sudah berada di atas kasur yang bertaburkan bunga itu.
Seakan terhipnotis Trisno dengan tergesa-gesa menanggalkan pakaiannya serta celananya. Ia naik ke atas kasur menghampiri nyai Asih yang terlihat begitu cantik itu.
Nyai Asih berbaring sambi meraba tubuh Trisno dengan lembut, hal itu membuat gairah Trisno memuncak dan tanpa aba-aba Trisno langsung melakukan serangan gairah ganasnya tersebut kepada nyai Asih.
Tubuh putih dan mulus dari nyai Asih itu membuat nafsu Trisno semakin membara.
Adegan ranjang itu pun terjadi, dari raut wajah cantiknya itu terlihat begitu menikmati permainan yang lakukan Trisno.
Di sisi lain Lasmi keluar kamar, karena rasa penasarannya Lasmi berjalan menuju kamar paling ujung yang di gunakan untuk menyimpan jenglot itu.
Samar-samar Lasmi mendengar suara dari dalam kamar, Lasmi pun mendekatkan telinganya ke pintu kamar tersebut.
Terdengar suara nafas gairah serta *******-******* penuh nafsu, Lasmi merasa aneh karena di dalam kamar itu hanya ada Trisno.
Lasmi pun mencoba membuka pintu dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara.
Dari balik sela pintu itu mata Lasmi terbelalak karena melihat suaminya tengah melakukan adegan ranjang.
Bukan dengan wanita cantik atau yang lainnya, Lasmi melihat suaminya itu tengah bersenggama dengan sosok mengerikan berwujud seperti jenglot.
Sambil menutup mulutnya Lasmi pelan-pelan menutup kembali pintu tersebut dan berlari menuju kamarnya.
Lasmi merasa sangat kecewa atas apa yang dilakukan suaminya tersebut.
Matanya berkaca-kaca, sambil memukul-mukul bantal milik Trisno.
“Kamu jahat mas, bisa-bisanya kamu berhubungan dengan makhluk itu!” ucap Lasmi.
“Tidak aku sangka selama ini ritual seperti itu yang kamu lakukan,” ucap Lasmi sambil menitikkan air matanya.
Keesokan harinya Lasmi langsung membahas masalah tersebut kepada Trisno.
“Mas kamu berhubungan kan dengan makhluk itu,” ucap Lasmi.
“Kamu itu ngomong apa sih Lasmi, Mas itu ritual lagian mana mungkin mas kaya gitu,” ucap Trisno berdalih.
“Aku melihatnya Mas. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri!” pekik Lasmi.
“Lalu apa masalahnya Lasmi? Kamu pikir semua gelang yang ada di tanganmu itu dari mana hah?”
“Tapi Mas kenapa harus tidur dengan mahluk itu, aku gak terima Mas menghianati aku,” ucap Lasmi.
Plak!
Tamparan keras melayang ke wajah Lasmi, Trisno menghampiri Lasmi lalu menjambak rambutnya.
“Jika kamu tidak terima maka keluar saja dari rumah ini jadi gelandangan sana!”
“Aduh Mas sakit,” ucap Lasmi sambil meringis kesakitan.
“Aaarggghh!” Trisno mengeram dan melepaskan jambakannya lalu pergi meninggalkan Lasmi.
Lasmi di tinggal sendiri oleh Trisno, Lasmi menangis tersedu karena mendapat perlakuan kasar untuk pertama kalinya dari suaminya tersebut.
Tapi apa daya, Lasmi mau tidak mau harus menerimanya ia tidak ingin hidup miskin lagi apa lagi Lasmi hidup sebatang kara, hanya Trisno lah sandarannya satu-satunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Muis Hakim
Gak ada 99 karat oncom
2024-05-18
0
Kustri
mending pergi dr rmh drpd ikut trisno
2024-05-11
0
Kemlinthi Kemethak Kemlenthus
itu emas" an dlm dunia halusinasi bro bagus prakoso
2024-05-02
1