Keesokan paginya Trisno beserta Lasmi bersiap-siap pergi ke hutan Kawi.
Perjalanan yang di tempuh untuk sampai ke hutan tersebut memakan waktu sekitar lima jam perjalanan.
“Ayo Lasmi,” ajak Trisno yang telah siap.
“Ya tunggu sebentar Mas,” sahut Lasmi yang sedang memasukkan perlengkapannya ke dalam tas.
Beberapa menit kemudian Lasmi pun telah siap untuk berangkat.
Lasmi yang sedang berada di teras rumahnya tidak lupa mengunci pintu rumahnya sedangkan Trisno sudah siap duduk di atas motornya.
Setelah selesai mengunci pintu rumah, Lasmi menghampiri Trisno lalu naik di belakang Trisno duduk.
“Kamu sudah Siapa Lasmi?” tanya Trisno yang melihat Lasmi di melalui kaca spion motornya.
“Sudah Mas,” sahut Lasmi yang sedang di bonceng oleh Trisno.
Mereka pun akhirnya berangkat menaiki motor tua Trisno menuju hutan Kawi.
Untuk menghilangkan rasa bosan di perjalanan Trisno mengajak Lasmi mengobrol santai.
“Lasmi aku tidak sabar lagi untuk menjadi kaya, sebentar lagi kita akan kaya,” ujar Trisno yang sedang berkhayal.
“Iya Mas, aku juga sudah bosan hidup seperti ini, aku ingin membeli baju bagus, makan di tempat mewah, membeli produk kecantikan,” sahut Lasmi yang juga ikut mengkhayal.
“Iya sayang, sebentar lagi keinginanmu dan aku akan segera tercapai, selamat tinggal kemiskinan,” ujar Trisno yang sangat antusias.
“Oh ya Mas, nanti kalau kita kaya aku mau beli rumah yang besar yang di dalamnya ada kolam berenangnya, seperti di TV itu Mas.”
“Iya Lasmi, aku akan memberikan semua keinginanmu jika kita menjadi kaya.”
Mereka berdua pun sangat asyik mengobrol hingga, tidak terasa sudah pertengahan jalan.
Trisno yang sedari tadi melewati hutan pohon karet yang terbentang panjang di sisi-sisi jalan.
“Mas, apa masih lama kita sampainya?” tanya Lasmi yang mulai merasa lelah duduk di atas motor.
“Aku pun tidak tahu sayang, kata Edi ini jalannya tapi kok sepanjang jalan tidak ada rumah penduduk atau warung?”
“Nanti kalau ada warung kita singgah dulu Mas aku lelah duduk di kendaraan ini, sekalian kita bertanya kepada pemilik warungnya di mana hutan Kawi itu,” Lasmi yang memberi saran kepada Trisno.
“Iya Lasmi.”
Tiga jam telah berlalu terlihat dari kejauhan sebuah warung kopi.
“Mas sepertinya di sana ada warung, ayo kita coba berhenti dahulu menanyakan kepada pemilik warung tersebut,” ucap Lasmi yang melihat warung kopi dari kejauhan.
“Baiklah Lasmi,” sahut Trisno.
Tidak berselang lama mereka pun telah sampai di warung tersebut.
Terlihat kedua orang paruh baya seperti suami istri yang sedang menjaga warung tersebut.
“Nek, saya pesan minumnya dua, satu teh hangat satu lagi kopi manis,” ujar Trisno yang hanya memesan minuman.
“Iya Nak,” sahut nenek tersebut.
“Mau ke mana Nak kalian berdua?” tanya Kakek yang menjaga warung tersebut.
“Ini Kek, kami mau ke hutan Kawi kira-kira masih jauh lagi apa tidak ya?” Trisno yang bertanya sang kakek.
“Lumayan jauh Nak, kira-kira menempuh jarak dua jam lagi baru bisa sampai ke hutan itu, memang kalian berdua mau apa di hutan itu?” tanya sang kakek.
“Ada keluarga yang tinggal di sana Kek,” sahut Lasmi yang berbohong.
Tidak berselang lama sang nenek pun datang membawa dua buah gelas berisi minuman kopi beserta teh.
“Ini pesanannya Nak,” ucap sang nenek sembari menyodorkan dua gelas minuman itu di meja mereka berdua.
“Terima kasih Nek,” sahut serentak Trisno beserta Lasmi.
Trisno yang sedang beristirahat sejenak mengajak mereka berdua untuk mengobrol santai.
“Kakek rumahnya di mana?” tanya Trisno.
“Ya warung ini Nak,” sahut sang kakek.
“Apa tidak takut jika malam sendirian di sini, saya lihat di sisi tidak ada pemukiman warga?” tanya Trisno.
“Sudah biasa kami berdua di sini jadi tidak takut,” sahut sang kakek.
Sembari berbincang-bincang kepada mereka berdua Trisno pun menyeruput kopi manisnya yang di ia pesan tadi.
Saat menyeruput kopi tersebut wajah Trisno berubah, rasa kopi itu tidak manis melainkan sangat pahit.
“Nek maaf ini kopinya sangat pahit sekali,” ucap Trisno yang meringis kepahitan.
“Oh iya mungkin Nenek lupa memberikan gula,” sahut sang Nenek mengambil gelas Trisno yang berisi kopi tadi.
Tidak lama kemudian Nenek memberikan segelas kopi yang dia ambil di meja Trisno.
“Nak Nenek lupa gulanya habis, belum beli,” ujar sang Nenek.
“Ya sudah Nek tidak apa-apa,” tutur Trisno.
Beberapa menit kemudian mereka berdua yang telah selesai beristirahat di warung itu pun ingin melanjutkan perjalanan.
“Berapa semuanya Nek?” tanya Lasmi.
“10 ribu saja Nak,” sahut sang nenek.
Lasmi pun mengambil selembar uang berwarna biru di dalam tasnya.
“Ini Nek, kembalinya ambil saja,” sahut Lasmi yang memberikan selembar uang.
“Terima kasih Nak, hati-hati kalian di jalan,” ujar Nenek berserta kakek.
Mereka berdua pun menunu motor tua mereka.
Trisno yang lebih dahulu menaiki motor tuanya ingin menghidupkan motornya terlebih dahulu, namun saat di sedang di hidupi motor tua miliknya tidak dapat hidup.
“Sial motornya mogok,” sahut Trisno.
“Kenapa Mas, apa kehabisan bensin?” tanya Lasmi.
“Tidak sepertinya busi motor ini bermasalah,” ujar Trisno yang mencoba membenarkan motor tuanya.
Saat Trisno sedang sibuk membenarkan motor tua mereka yang mogok sedangkan Lasmi berdiri di samping Trisno.
Ada seorang bapak-bapak yang keluar dari hutan telah selesai mengambil getah karet. Bapak itu berjalan menuju rumahnya.
Saat sedang berjalan bapak itu melihat Trisno tengah sibuk memperbaiki motor tua yang mogok. Melihat Trisno yang sedang membutuhkan bantuan bapak itu pun menghampiri lalu menanyainya.
“Kenapa motornya Mas?” tanya bapak itu.
“Mogok Pak sepertinya businya bermasalah, tapi ini sudah saya perbaiki,” sahut Trisno.
“Oh ya sudah kalau begitu, kalian berdua memang habis dari mana?” tanya bapak itu.
“Dari warung kopi, beristirahat sebentar mau ke rumah nenek yang ada di hutan kawi,” ucap Trisno yang berbohong.
“Warung kopi? Di sepanjang jalan ini tidak ada warung kopi, ada memang waktu dulu, tapi karena ada insiden kecelakaan sebuah truk yang menabrak warung tersebut membuat kakek dan nenek yang menjaga warung tersebut meninggal dunia,” sahut bapak itu.
“Ah bapak, tidak mungkin tadi saya baru saja dari–,” ucapan Trisno terhenti
Trisno beserta Lasmi yang terkejut melihat warung kopi yang mereka singahi itu memang sebagiannya telah roboh dan terlihat seperti warung tua yang lama tidak di tempati bertahun-tahun, warung itu pun sebagian kirinya roboh akibat insiden mobil truk yang menabraknya.
“Melihat hal itu Trisno dan Lasmi sangat terkejut.”
“Tadi saya tidak melihat warung itu roboh seperti itu pak dan kakek nenek ada di sana,” pungkas Trisno menjelaskan.
“Hal itu di sini sudah biasa Mas dan Mbak, banyak pengendara yang singgah tidak sadar jika warung itu telah roboh dan kakek, nenek yang menjaga warung itu pun telah meninggal dunia,” Bapak-bapak itu menjelaskan ulang kepada mereka.
Trisno pun segera menyalakan motor tuanya dan akhirnya motor tuanya pun hidup, Trisno beserta Lasmi pun segera menaiki motor itu dan berpamitan kepada bapak-bapak yang memberi tahu mereka tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nhamee
baru setengah perjalanan sudah ada godaan....
apa itu sebagai peringatan ya?🤔
2024-06-06
0
Kustri
maaf byk yg diskip
2024-05-11
1
Desy Rs Azuz
Baru jalan sdh ada penampakan
2023-05-01
1