Kedatangan Surti

Pagi hari saat sang surya masih perlahan naik, suara kokokkan ayam bersahut-sahutan.

Lasmi tengah berada di halaman rumahnya sembari menyiram sejumlah tanaman.

Dengan gelang emas mentereng yang baru di belinya itu ia tersenyum senang tak kala beberapa tetangga memandanginya.

Wajah Lasmi pun semakin cerah dan bersih, dengan rambut pirang yang di jepit itu Lasmi mondar-mandir di halaman tanpa pagar itu.

Dari kejauhan terdengar suara klakson motor yang di bunyikan berulang kali.

“Sayur-sayur,” suara tukang sayur menggema di area jalan rumah Lasmi.

“Pak sayur!” teriak Lasmi.

Lasmi menaruh gayung yang di gunakannya untuk menyiram tanaman lalu berjalan menghampiri tukang sayur itu.

Bukan hanya Lasmi yang menghampiri tukang sayur itu sejumlah ibu-ibu juga menghampirinya.

Mereka berkerumun memilih sayur-sayur segar tersebut. 

Lasmi juga ikut memilih sayuran.

Para ibu-ibu pun saling senggol dengan wajah lipat seribu mereka melihat ke arah pergelangan tangan Lasmi.

“Bu orang baru yang beli rumah besar itu ya? gelangnya bagus, itu emas asli?” tanya salah satu ibu dengan nada sedikit menyindir.

“Ya asli Bu,” sahut Lasmi singkat.

Usai memilih sayur Lasmi pun membayar sayurnya dan berpamitan dengan ibu-ibu itu.

“Mari bu saya duluan,” ucap Lasmi.

“Oh iya silahkan,” sahut mereka.

Saat akan masuk ke halaman rumahnya, Lasmi berpapasan dengan seorang gadis. Gadis itu seperti terus memperhatikan rumahnya.

“Mau cari siapa ya?” tanya Lasmi.

“Ibu pemilik rumah ini?” tanya gadis itu.

“Iya ada apa ya?”

“Bu apa saya boleh kerja di tempat Ibu? Saya bisa kerja apa saja Bu di gaji kecil juga tidak apa-apa,” ucapnya.

“Kita masuk saja dulu,” ajak Lasmi.

Lasmi dan gadis itu pun masuk ke dalam rumah, gadis itu di persilahkan duduk. Lasmi pun memanggil Trisno yang tengah duduk santai di halaman belakang.

“Mas boleh ke depan sebentar tidak?” tanya Lasmi.

“Ada apa?”

“Ada orang mau minta kerja di rumah ini,” ucap Lasmi.

Trisno pun mengikuti Lasmi menuju ruang tamu.

“Loh aku kira laki-laki,” ucap Trisno sambil duduk di sofa.

“Pak ... Ibu. Apa bisa saya bekerja di sini? Kerja apa saja saya mau asalkan saya bisa makan,” ucapnya.

“Kamu ini masih sangat muda, apa keluargamu tidak keberatan kamu kerja jadi pembantu di rumah ini?” tanya Lasmi.

Gadis itu terdiam sejenak, gadis itu tiba-tiba menangis dan bersujud kepada Lasmi.

“Bu saya mohon terima saya bekerja di rumah ini, gak di gaji juga gak apa-apa Bu asalkan saya punya tempat bernaung.” 

“Aduh cah ayu jangan begini, duduk di sofa saja,” ucap Lasmi.

“Sepertinya kamu sedang ada masalah,” ucap Trisno.

“Saya ... Saya kabur dari rumah Pak karena saya hamil dan pacar saya Mas Bayu tidak mau bertanggung jawab Bu. Saya di campakkan bahkan di kata-katai,” ucapnya sambil menangis sesenggukan.

“Pak ... Bu saya mohon izin kan saya bekerja di sini,” sambungnya.

“Kami tunggu di sini sebentar, saya mau diskusi sama ibu dulu,” ucap Trisno.

Trisno pun mengajak Lasmi ke dapur dan berbicara empat mata dengannya.

“Ini kesempatan emas. Dia bisa kita manfaatkan,” ucap Trisno.

“Ta-tapi Mas, apa tidak ada cara lain?” ucap Lasmi.

“Dia masih muda juga, masih subur. Hilang satu orang anak pasti tidak masalah,” ucap Trisno.

Lasmi pun menyetujui rencana jahat Trisno tersebut, mereka pun kembali ke ruang tamu dan menerima gadis itu sebagai pembantu di rumahnya.

“Nama kamu siapa?”

“Nama saya Surtini Bu,” sahutnya.

“Baiklah Surti, kamu kami terima bekerja di sini. Untuk permulaan kamu akan kami gaji satu juta, nanti jika kerja kamu bagus akan kami naikkan,” ucap Lasmi.

“Saya mau Bu, terima kasih Bu,” ucapnya dengan senyum semringah.

Surti pun di antar ke kamarnya oleh Lasmi, Surti di berikan sebuah kamar yang tidak terlalu besar yang letaknya berdekatan dengan dapur.

“Ini ada pakaian saya, ini baru belum pernah saya pakai,” ucap Lasmi.

“Terima kasih Bu,” ucap Surti dengan senang.

“Ngomong-ngomong sudah berapa bulan?”

“Tiga bulan Bu,” sahutnya.

“Pantas belum kelihatan, saya mau jelaskan kalau pekerjaan di sini gak berat. Kalau memasak itu bagian saya, kamu cukup bantu bersih-bersih, jemur sama lipat pakaian. Kalau cuci baju tinggal pakai mesin cuci saja,” tutur Lasmi.

“Baik Bu, terima kasih karena sudah mau menerima saya Bu,” ucap Surti.

“Iya sama-sama. Saya tinggal dulu ya.”

Lasmi pun pergi meninggalkan Surti, Surti sangat senang karena ada yang mau membantunya dalam masa kesulitan seperti ini.

Surti mengganti pakaiannya dengan baju yang baru saja di berikan oleh Lasmi.

Waktu terus berjalan, hingga menjelang magrib Surti menutup semua jendela dan juga pintu.

Rumah tampak sepi karena Lasmi dan Trisno tengah berada di dalam kamar, Surti mencoba mencari tombol lampu dan menyalakannya. 

Saat Surti akan menuju dapur ia mendengar suara aneh dari salah satu kamar.

Karena penasaran Surti mencari sumber suara tersebut.

Hingga Surti sampai di depan kamar dengan pintu berwarna hitam. Ia seperti mendengar ada aktivitas di kamar tersebut seperti ada orang di dalamnya.

‘Ah mungkin Bapak bos,' pikir Surti.

Surti pun kembali ke kamarnya tanpa menaruh kecurigaan sedikit pun.

Keesokan harinya Surti mulai bekerja, Surti mulai membersihkan lantai serta membersihkan barang-barang dari debu yang menempel. 

“Wah Bos, ada anggota baru nih kok kita gak tahu,” ucap Iwan salah satu pengawal dari Trisno.

“Iya dia baru datang kemarin,” sahut Trisno.

“Dek ... Kenalan dong nama abang Iwan. Kalau ada apa-apa panggil aja,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

“Saya Surti Bang,” sahut Surti sambil sibuk mengepel lantai.

“Surti lagi sibuk jangan di goda-goda!” ucap Trisno sambil memukul tangan Iwan dengan koran.

“Yah Bos saya kan mau kenalan aja.”

“Nanti aja kenalannya, Surti kan lagi sibuk,” ucap Lasmi sambil membawa beberapa gelas kopi dan teh hangat serta kue.

“Wah Bu Bos, pas banget,” ucap Iwan senang.

“Usup mana?” tanya Lasmi.

“Usup masih molor jam segini Bu Bos.”

“Oh iya Surti, hari ini kami mau pergi ke kota mungkin malam baru pulang. Kamu kalau mau makan masak sendiri ya di kulkas ada banyak sayur sama ikan kamu pakai aja.”

“Baik Bu,” sahut Surti.

Usai bersantai Lasmi dan Trisno beserta kedua pengawalnya pergi menggunakan sebuah mobil, mobil melaju menuju kota.

Seperti biasa, Lasmi lah yang ingin pergi ke kota untuk sekedar berbelanja atau pun jalan-jalan ke mall.

Sedangkan Surti tengah sendirian di dalam rumah. Suasana rumah menjadi hening saat semua orang pergi.

Surti memilih untuk masak makanan untuknya di dapur. 

Saat tengah sibuk memasak Surti kembali mendengar suara aneh, kali ini seperti suara tawa seorang wanita.

Namun Surti memilih untuk menghiraukannya dan melanjutkan aktivitas memasaknya.

Episodes
1 Perkenalan
2 Rencana pergi ke hutan Kawi
3 Warung kopi
4 Penunggu hutan Kawi
5 Ritual
6 Ritual 2
7 Kebengisan Herman
8 Sajen
9 Kematian
10 Kemenangan Trisno
11 Syarat dari nyai Asih
12 Roda berputar
13 Kehidupan Trisno berubah
14 Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15 Penampakan Jenglot
16 Pindah ke Desa
17 Kedatangan Surti
18 Suara dari kamar ritual
19 Incaran jenglot
20 Teror terhadap Surti
21 Pertolongan Mbah Minah
22 Rencana tumbal bayi kembar
23 Surti kabur
24 Meninggalnya bayi Surti
25 Di pasung
26 Tumbal
27 Tawaran bisnis baru
28 Kemarahan Trisno kepada Surti
29 Menuju pertambangan
30 Kebejatan Trisno
31 Percobaan Bunuh diri
32 Kejahatan Trisno
33 Kehamilan kedua Surti
34 Ritual memberi makan Jenglot
35 Vonis Dokter Untuk Lasmi
36 Mencari seorang bayi
37 Pengganti bayi Surti
38 Pemeriksaan Kandungan Surti
39 Jenglot menagih Tumbal
40 Teror sang Jenglot
41 Kekhawatiran Trisno
42 Tumbal berikutnya
43 Akal Jahat Trisno
44 Santet Jenglot
45 Meninggalnya Lasmi
46 Pesaing Baru
47 Pesaing Baru
48 Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49 Hutan terlarang
50 Ditolong oleh Leluhur
51 Santet
52 Pencarian Gadis Perawan
53 Pencarian Sari si Kembang Desa
54 Sepuluh tahun kemudian
55 Kasus Hilangnya Sari
56 Kabar bahagia
57 Mimpi buruk Bayu
58 Jangan dekati kamar itu!
59 Perjanjian
60 Di tutupnya kasus kematian Sari
61 Mimpi buruk Ningsih
62 Hilangnya kandungan Ningsih.
63 Pergi ke Dokter
64 Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65 Teror nyai Asih
66 Mimpi yang sama
67 Kontak Batin Gendis dan Surti
68 Amarah Trisno
69 Keinginan Trisno kawin lagi
70 Pertikaian
71 Target
72 Amukan Ningsih
73 Kejadian 15 tahun yang lalu
74 Bayi laki-laki yang di buang
75 Mimpi buruk
76 Meminta bantuan
77 Kepergian Ningsih dan Sari
78 Mulai terkuak kebenaran
79 Melenyapkan Jenglot
80 Akhir Kisah Trisno
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Perkenalan
2
Rencana pergi ke hutan Kawi
3
Warung kopi
4
Penunggu hutan Kawi
5
Ritual
6
Ritual 2
7
Kebengisan Herman
8
Sajen
9
Kematian
10
Kemenangan Trisno
11
Syarat dari nyai Asih
12
Roda berputar
13
Kehidupan Trisno berubah
14
Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15
Penampakan Jenglot
16
Pindah ke Desa
17
Kedatangan Surti
18
Suara dari kamar ritual
19
Incaran jenglot
20
Teror terhadap Surti
21
Pertolongan Mbah Minah
22
Rencana tumbal bayi kembar
23
Surti kabur
24
Meninggalnya bayi Surti
25
Di pasung
26
Tumbal
27
Tawaran bisnis baru
28
Kemarahan Trisno kepada Surti
29
Menuju pertambangan
30
Kebejatan Trisno
31
Percobaan Bunuh diri
32
Kejahatan Trisno
33
Kehamilan kedua Surti
34
Ritual memberi makan Jenglot
35
Vonis Dokter Untuk Lasmi
36
Mencari seorang bayi
37
Pengganti bayi Surti
38
Pemeriksaan Kandungan Surti
39
Jenglot menagih Tumbal
40
Teror sang Jenglot
41
Kekhawatiran Trisno
42
Tumbal berikutnya
43
Akal Jahat Trisno
44
Santet Jenglot
45
Meninggalnya Lasmi
46
Pesaing Baru
47
Pesaing Baru
48
Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49
Hutan terlarang
50
Ditolong oleh Leluhur
51
Santet
52
Pencarian Gadis Perawan
53
Pencarian Sari si Kembang Desa
54
Sepuluh tahun kemudian
55
Kasus Hilangnya Sari
56
Kabar bahagia
57
Mimpi buruk Bayu
58
Jangan dekati kamar itu!
59
Perjanjian
60
Di tutupnya kasus kematian Sari
61
Mimpi buruk Ningsih
62
Hilangnya kandungan Ningsih.
63
Pergi ke Dokter
64
Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65
Teror nyai Asih
66
Mimpi yang sama
67
Kontak Batin Gendis dan Surti
68
Amarah Trisno
69
Keinginan Trisno kawin lagi
70
Pertikaian
71
Target
72
Amukan Ningsih
73
Kejadian 15 tahun yang lalu
74
Bayi laki-laki yang di buang
75
Mimpi buruk
76
Meminta bantuan
77
Kepergian Ningsih dan Sari
78
Mulai terkuak kebenaran
79
Melenyapkan Jenglot
80
Akhir Kisah Trisno

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!