Ritual

Trisno yang sangat panik pun mengarahkan lampu senter di ponselnya ke arah wajah makhluk itu, terlihat jelas wajah menyeramkan dari makhluk itu dengan gigi taring yang panjang di sertai cairan kental berwarna merah yang menetes dari mulutnya.

Sosok makhluk bertaring ini melihat cahaya lampu senter Trisno, membuat mata merahnya silau lalu menghilang.

Trisno yang melihat makhluk itu hilang segera membantu Lasmi untuk bangun dengan mengulurkan tangannya.

“Ayo Lasmi kita tinggalkan tempat ini,” ujar Trisno membantu Lasmi bangun.

“Iya Mas,” sahut Lasmi memegang tangan Trisno untuk bangun.

Mereka berdua pun berjalan menyelusuri isi hutan yang sangat gelap itu, di bantu penerangan oleh lampu senter di ponsel Trisno.

“Mas kita mau ke mana? Di hutan ini tidak ada rumah semuanya hanya pohon besar, bagaimana jika kita tidak bisa kembali pulang?” eluh Lasmi yang sangat takut.

“Jangan takut Lasmi, kita berdua pasti bisa melewati ini semua aku yakin itu,” Trisno yang tetap optimis memberikan semangat Lasmi.

“Iya Mas,” sahut Lasmi mencoba mempercayai Trisno.

Mereka berdua terus berjalan menyelusuri hutan itu, terdengar suara dari hewan nokturnal di malam hari.

Setelah merasa lelah berjalan menyelusuri hutan hingga putus asa terlihat dari kejauhan sebuah rumah gubuk tua yang terbuat dari kayu beratap rumput-rumput liar yang di anyam menjadi sebuah atap.

Terlihat senyum bahagia di wajah lelah Trisno saat dirinya melihat ada sebuah gubuk dari kejauhan.  

“Lasmi, coba lihat di sana ada sebuah rumah gubuk!” pekik Trisno yang menunjuk ke arah rumah gubuk itu.

“Iya Mas, mungkin saja itu rumah nyai Asih,” pungkas Lasmi.

“Ayo cepat kita segera menuju rumah itu sebelum makhluk mengerikan itu muncul kembali,” ujar Trisno.

“Iya Mas,” sahut Lasmi.

Lasmi yang menahan sakit saat berjalan menuju gubuk tua itu, akibat dirinya terjatuh.

“Mas! Kakiku sangat sakit aku tidak mampu lagi untuk berjalan?” eluh Lasmi.

“Ayo cepat naik ke punggungku, aku takut makhluk itu mendatangi kita kembali.”

Lasmi pun mengikuti ucapan Trisno ia menaiki punggung Trisno. Setelah Trisno mengendong Lasmi di belakang ia pun melanjutkan jalannya menuju rumah gubuk itu.

Beberapa menit mereka berjalan akhirnya Trisno beserta Lasmi telah sampa di depan pintu rumah gubuk itu.

Trisno yang mengendong Lasmi menurunkan dirinya, lalu Trisno pun mengetuk pintu rumah itu.

“Permisi! Apa ada orang di dalam?” Pekik Trisno sembari mengetuk pintu.

KREK    

Suara pintu yang terbuka.

Terlihat seorang wanita menggunakan baju kebaya berwarna hijau serta bawahan kain batik sebagai penutupnya, terlihat di samping bibi wanita itu terdapat daun sirih yang biasa di pakai untuk menginang.

Wanita itu bertanya kepada Trisno serta Lasmi.

“Apa mau kalian malam-malam  datang ke rumahku?” tanya Wanita itu.

“Permisi mbak, kedatangan kami berdua ingin mencari Nyai Asih?” tanya Trisno.

“Aku Nyai Asih!” ucap wanita itu yang ternyata nyai Asih.

“Akhirnya kami bertemu dengan Nyai,” sahut Trisno dengan sangat senang.

“Masuklah!” perintah Nyai Asih.

Mereka berdua masuk ke rumah nyai Asih dan mengikuti di belakang nyai Asih hingga mereka berdua berada di ruang ritual nyai Asih.

“Duduklah!” perintah nyai Asih.

Trisno berserta Lasmi pun mengikuti perintah nyai Asih merek duduk dengan posisi menghadap nyai Asih.

Sementara nyai Asih yang duduk bersila dengan di depannya terdapat tunggu perapian yang sering di gunakan dirinya untuk membakar serpihan kemeyan.

“Ada apa kalian mencariku?” nyai Asih bertanya kepada mereka berdua?

Trisno pun mulai menceritakan masalah dan keinginannya kepada nyai Asih.

“Kedatangan kami berdua ke tempat nyai, untuk meminta bantuan nyai. Saya sudah lelah hidup miskin nyai dan hutan-hutan saya pun sangat banyak, saya lelah di tagih hutang terus menerus, belum lagi saya juga baru di keluarkan dari tempat saya bekerja, sudi kirannya nyai membantu kami berdua menjadi kaya,” pungkas Trisno.

“Apa kau sanggup dengan segala persyaratannya?” ucap nyai Asih.

“Apa pun akan saya lakukan asal kan saya bisa menjadi kaya?” tutur Trisno yang sangat berambisi.

“Kalau memang tekadmu sudah bulat aku akan membantumu,” ucap nyai Asih yang sesekali menguyuh sirihnya.

“Kalian berdua ikutlah denganku,” ucap kembali nyai Asih.

“Baik Nyai,” ucap serentak Trisno serta Lasmi.

Mereka berdua mengikuti nyai Asih dari belakang.

Nyai Asih mengajak mereka ke belang rumahnya di sana terdapat sumur tua serta gentong besar yang di gunakan untuk menampung air.

“Buka baju kalian!” perintah nyai Asih.

“Buka! Apa tidak ada kain sebagai penutupnya nyai?” tanya Lasmi. 

“Tidak ada! Ikuti saja perintahku!” bentak nyai Asih.

“Ba-baik nyai,” ucap Lasmi.

Trisno beserta Lasmi membukan pakaian mereka tanpa satu helai pun yang menutupi tubuh merek berdua.

“Duduklah aku akan memandikan kalian dengan bunga tujuh rupa yang ada di dalam gentong ini,” tutur nyai Asih.

Mereka berdua pun mengikuti perintah nyai Asih.

“Ikuti mantra yang aku ucapkan di saat aku memandikan kalian berdua,” ujar nyai Asih.

“Baik Nyai,” sahut serentak Trisno beserta Lasmi.

Nyai Asih pun mulai menyiram tubuh mereka dengan air bunga yang berada di dalam gentong sembari membacakan mantra yang di ikuti oleh mereka berdua.

Beberapa menit kemudian mereka telah selesai di mandikan oleh nyai Asih.

“Pasang baju kalian, ada tiga sarat ritual yang harus kalian penuhi, ini baru syarat pertama masih ada syarat kedua apa kalian siap?” tanya  nyai Asih.

“Kami siap nyai,” ucap Trisno yang telah memakai bajunya.

“Saya pun juga siap nyai,” sahut Lasmi yang telah selesai memakai bajunya.

“Baiklah jika begitu ikutlah denganku!” perintah nyai Asih kembali.

Mereka berdua kembali mengikuti nyai Asih di belakang masuk ke dalam rumah hingga mereka bertiga berhenti di depan pintu kamar nyai Asih.

“Untuk ritual yang kedua hanya kau saja Trisno yang boleh masuk, istrimu tidak boleh masuk!”

“Ba-baik nyai,” ujar Trisno.

“Mas! Kamu mau ke mana?” tanya Lasmi.

“Sudahlah ikuti saja apa kata nyai kamu di sini saja dulu, biar kita bisa cepat kaya. Kamu mau hidup susah terus menerus denganku Lasmi?” ucap Trisno dengan nada pelan.

“Tidak Mas, aku tidak ingin hidup susah terus,” sahut Lasmi.

“kalau begitu ikuti saja perintah nyai Asih, Lasmi.”

“I-iya Mas.”

Trisno pun mengikuti perintah nyai Asih mereka masuk ke kamar nyai Asih berdua saja meninggalkan Lasmi yang di tinggal di luar kamar.

Walau pun nyai Asih berumur sudah kepala 50 an namun wajah serta tabuhnya masih terlihat seperti gadis yang berumur 20 tahunan.

Terkadang orang yang melihat dirinya nyai Asih sendiri dapat tertipu karena parasnya yang terlihat masih cantik setarta  bentuk tubuh masih seperti gadis.

Trisno beserta nyai Asih pun sudah masuk ke dalam kamarnya.

Nyai Asih mengajak Trisno ke tempat tidurnya.

Saat mereka berdua sudah berada di tempat tidur, Trisno yang sangat gugup pun bingung apa yang harus ia lakukan kembali.

“Buka bajumu?” perintah nyai Asih.

       

  

 

Terpopuler

Comments

Nhamee

Nhamee

oo......🙈akan kah.....terjadi🤔

2024-06-06

0

𝙾𝚛𝚊𝚗𝚐 𝙿𝚎𝚗𝚍𝚒𝚊𝚖

𝙾𝚛𝚊𝚗𝚐 𝙿𝚎𝚗𝚍𝚒𝚊𝚖

dukunnya pasti mantan psk dulu

2024-05-20

0

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Kalau dukunnya laki2 kalo ada syarat berhubungan badan dng dukun dibilang dukun cabul. Nah kalau dukunnya peremouan trs syaratnya berhubungan badan gitu disebut dukun cabul lg ga ya

2023-05-01

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Rencana pergi ke hutan Kawi
3 Warung kopi
4 Penunggu hutan Kawi
5 Ritual
6 Ritual 2
7 Kebengisan Herman
8 Sajen
9 Kematian
10 Kemenangan Trisno
11 Syarat dari nyai Asih
12 Roda berputar
13 Kehidupan Trisno berubah
14 Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15 Penampakan Jenglot
16 Pindah ke Desa
17 Kedatangan Surti
18 Suara dari kamar ritual
19 Incaran jenglot
20 Teror terhadap Surti
21 Pertolongan Mbah Minah
22 Rencana tumbal bayi kembar
23 Surti kabur
24 Meninggalnya bayi Surti
25 Di pasung
26 Tumbal
27 Tawaran bisnis baru
28 Kemarahan Trisno kepada Surti
29 Menuju pertambangan
30 Kebejatan Trisno
31 Percobaan Bunuh diri
32 Kejahatan Trisno
33 Kehamilan kedua Surti
34 Ritual memberi makan Jenglot
35 Vonis Dokter Untuk Lasmi
36 Mencari seorang bayi
37 Pengganti bayi Surti
38 Pemeriksaan Kandungan Surti
39 Jenglot menagih Tumbal
40 Teror sang Jenglot
41 Kekhawatiran Trisno
42 Tumbal berikutnya
43 Akal Jahat Trisno
44 Santet Jenglot
45 Meninggalnya Lasmi
46 Pesaing Baru
47 Pesaing Baru
48 Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49 Hutan terlarang
50 Ditolong oleh Leluhur
51 Santet
52 Pencarian Gadis Perawan
53 Pencarian Sari si Kembang Desa
54 Sepuluh tahun kemudian
55 Kasus Hilangnya Sari
56 Kabar bahagia
57 Mimpi buruk Bayu
58 Jangan dekati kamar itu!
59 Perjanjian
60 Di tutupnya kasus kematian Sari
61 Mimpi buruk Ningsih
62 Hilangnya kandungan Ningsih.
63 Pergi ke Dokter
64 Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65 Teror nyai Asih
66 Mimpi yang sama
67 Kontak Batin Gendis dan Surti
68 Amarah Trisno
69 Keinginan Trisno kawin lagi
70 Pertikaian
71 Target
72 Amukan Ningsih
73 Kejadian 15 tahun yang lalu
74 Bayi laki-laki yang di buang
75 Mimpi buruk
76 Meminta bantuan
77 Kepergian Ningsih dan Sari
78 Mulai terkuak kebenaran
79 Melenyapkan Jenglot
80 Akhir Kisah Trisno
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Perkenalan
2
Rencana pergi ke hutan Kawi
3
Warung kopi
4
Penunggu hutan Kawi
5
Ritual
6
Ritual 2
7
Kebengisan Herman
8
Sajen
9
Kematian
10
Kemenangan Trisno
11
Syarat dari nyai Asih
12
Roda berputar
13
Kehidupan Trisno berubah
14
Berhubungan dengan Nyai Lasmi
15
Penampakan Jenglot
16
Pindah ke Desa
17
Kedatangan Surti
18
Suara dari kamar ritual
19
Incaran jenglot
20
Teror terhadap Surti
21
Pertolongan Mbah Minah
22
Rencana tumbal bayi kembar
23
Surti kabur
24
Meninggalnya bayi Surti
25
Di pasung
26
Tumbal
27
Tawaran bisnis baru
28
Kemarahan Trisno kepada Surti
29
Menuju pertambangan
30
Kebejatan Trisno
31
Percobaan Bunuh diri
32
Kejahatan Trisno
33
Kehamilan kedua Surti
34
Ritual memberi makan Jenglot
35
Vonis Dokter Untuk Lasmi
36
Mencari seorang bayi
37
Pengganti bayi Surti
38
Pemeriksaan Kandungan Surti
39
Jenglot menagih Tumbal
40
Teror sang Jenglot
41
Kekhawatiran Trisno
42
Tumbal berikutnya
43
Akal Jahat Trisno
44
Santet Jenglot
45
Meninggalnya Lasmi
46
Pesaing Baru
47
Pesaing Baru
48
Kelicikan Trisno terhadap Sobari
49
Hutan terlarang
50
Ditolong oleh Leluhur
51
Santet
52
Pencarian Gadis Perawan
53
Pencarian Sari si Kembang Desa
54
Sepuluh tahun kemudian
55
Kasus Hilangnya Sari
56
Kabar bahagia
57
Mimpi buruk Bayu
58
Jangan dekati kamar itu!
59
Perjanjian
60
Di tutupnya kasus kematian Sari
61
Mimpi buruk Ningsih
62
Hilangnya kandungan Ningsih.
63
Pergi ke Dokter
64
Pertemuan Trisno dengan sang Biduan
65
Teror nyai Asih
66
Mimpi yang sama
67
Kontak Batin Gendis dan Surti
68
Amarah Trisno
69
Keinginan Trisno kawin lagi
70
Pertikaian
71
Target
72
Amukan Ningsih
73
Kejadian 15 tahun yang lalu
74
Bayi laki-laki yang di buang
75
Mimpi buruk
76
Meminta bantuan
77
Kepergian Ningsih dan Sari
78
Mulai terkuak kebenaran
79
Melenyapkan Jenglot
80
Akhir Kisah Trisno

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!