Keesokan harinya Trisno berpamitan kepada Lasmi ingin pergi ke rumah Edi sahabatnya.
“Lasmi, aku pergi ke rumah Edi terlebih dahulu,” ucap Trisno yang sedang berada di teras rumah kontrakannya.
“Iya Mas, hati-hati di jalan,” ucap Lasmi yang berdiri di depan pintu masuk.
Trisno pun mulai menaiki motor tuanya, menyalakan motornya dan pergi menuju rumah Edi.
Rumah Edi sendiri berada di pinggir jalan raya, karena di samping rumahnya Edi mempunyai usaha warung makan yang cukup besar bernama Warung makan Cak Edi
Jarak antara rumah Trisno dan Edi tidak terlalu besar hanya memakan waktu 15 menit jika menempuhnya dengan kendaraan beroda dua.
Setelah 15 dalam perjalanan menuju Warung Edi, Trisno pun sampai di depan warung makan Edi.
Trisno masuk ke dalam warung makan tersebut, terlihat Edi di meja kasir yang sedang sibuk melayani pelanggan.
Seorang pemuda mendatangi Trisno yang sedang berdiri.
“Mau makan apa Mas?” tanya pelayan laki-laki itu.
“Sa-saya mau bertemu pak Edi bisa?” tanya Trisno yang gugup.
“Bisa dari Mas siapa ya namanya biar saya sampaikan?”
“Bilang saja dari Trisno temannya.”
“Oh ya, tunggu sebentar ya Mas,” sahut si pelayan pergi meninggalkan Trisno.
Pelayan laki-laki itu menghampiri Edi bosnya dan menyampaikan pesan Trisno, mendengar hal itu Edi pun langsung menghampiri Trisno.
“Eh Trisno apa kabarnya?” sapa Edi dengan ramah.
“Baik Edi, tambah rame warungmu.”
“Iya Trisno alhamdulillah, tumben sekali kamu ke sini.”
“Aku mau minta tolong sama kamu Edi.”
“Ayo kita duduk di sana, sambil mengobrol santai.”
Edi mengajak Trisno untuk duduk di belakang.
Setelah mereka berdua duduk santai Edi menanyakan kembali perihal bantuan apa yang di minta oleh Trisno.
“Kamu mau minta bantuan apa Trisno?”
“Begini, aku baru saja di berhentikan dari pekerjaanku, dan terlilit hutang di rentenir, mana kontakkan aku sudah menunggak beberapa bulan, aku bingung harus bagaimana, dalam bulan ini aku harus membayarnya semua. Kira-kira kamu punya simpanan uang 50 juta.”
“50 juta? Kalau uang sebanyak itu aku tidak bisa bantu Trisno, warungku saja baru ramai seminggu ini. Aku bisa bantu hanya 5 juta saja,” ucap Trisno.
Mendengar ucap Edi yang tidak bisa membantu sepenuhnya membuat Trisno semakin bingung.
“Tolong aku Edi, siapa tahu kamu punya kenalan yang bisa meminjamkan aku uang segitu, aku sedang butuh sekali, pak Herman sangat kejam jika aku tidak bayar maka Lasmi akan di bawanya,” Eluh Trisno yang meminta tolong.
“Aku tidak bisa membantu Trisno aku tidak punya kenalan yang mau meminjamkan uang sebanyak itu, tapi jika kamu mau aku punya saran untukmu siapa tahu bisa membantumu?” ucap Edi.
“Apa itu?” tanya Trisno yang penasaran.
Edi mulai bercerita mengenai Warungnya yang sepi, dan Edi di sarankan oleh pelanggan untuk pergi ke hutan kawi bertemu nyai Asih. Setelah bertemu nyai Asih Edi menceritakan masalahnya nyai Asih memberi Edi penglaris hingga akhirnya warungnya ramai sampai sekarang.
“Itu saja saranku kamu datangi nyai Asih, ceritakan masalahmu. Nanti nyai Asih akan membantu masalah perekonomianmu,” ucap Edi.
“Apa itu benar Edi?” tanya kembali Trisno meyakinkan dirinya.
“Coba lihat warungku tidak pernah sepi kan, aku sudah membuktikannya sendiri, dalam dua minggu ini aku menghasilkan omset 10 juta ”
“Ya sudah kalau begitu aku akan mengikuti saranmu, tapi aku boleh pinjam dulu uangmu.”
“Tunggu sebentar,” ucap Trisno.
Edi mendatangi meja kasir mengambil sejumlah uang di laci kasirnya, setelah itu Edi mendatangi Trisno kembali di tempat duduknya.
“Ini Trisno aku hanya bisa membatu segini saja, nanti jika kamu sudah sukses baru kamu bisa kembalikan uang ini kepadaku,” ucap Edi menyodorkan tumpukan uang ke meja Trisno.
“Terima kasih Edi, kamu benar-benar temanku yang terbaik.”
“Sama-sama semoga itu bisa membantumu dan jangan lupa kamu harus pergi ke hutan kawi temui nyai Asih mintalah bantuan kepadanya,” sahut Edi yang mengingatkan Trisno kembali.
“Baik Edi, aku akan mengikuti saranmu, ya sudah aku mau pulang dulu mau memberitahukan Lasmi tentang saranmu itu,” sahut Trisno.
“Tunggu sebentar?”
Edi menyuruh beberapa pegawainya untuk membungkuskan dua bungkus nasi beserta lauknya untuk di berikan kepada Edi.
Setelah selesai membungkuskan dua nasi beserta lauknya, Edi pun memberikan bungkusan itu kepada Trisno.
“Ini buatmu dan Istrimu,” ucap Edi sembari memberikan kantong plastik yang berisi nasi bungkus.
“Te-terima Kasih Edi,” sahut Trisno yang terharu akan kebaikan temannya itu.
Setelah itu Trisno pun kembali pulang, dengan membawa dua bungkus nasi dan juga sejumlah uang.
Sesampainya di rumah Trisno sudah di tunggu oleh ibu Retno pemilik kontrakan yang mereka tinggali.
“Eh Trisno, kapan kamu mau bayar tunggakanmu itu, kalau hari ini tidak kamu bayar sebaiknya kalian pergi dari kontrakanku ini!” ucap Ibu Retno dengan nada tinggi.
Trisno mengeluarkan uang yang dia pinjam kepada Edi tersebut namun tidak semuanya, Trisno hanya memberikan uang sebesar 3 juta saja kepada Bu Retno.
“Ini Bu, sisanya nanti saya lunasan,” sahut Trisno dengan ramah.
Bu Retno langsung mengambil, uang di tangan Trisno lalu menghitungnya.
“Ini kurang! Sisanya bulan depan kamu harus melunasinya jika tidak kalian pergi saja dari kontrakan ini!” ancam Bu Retno.
“Ba-baik Bu” sahut Trisno.
Bu Retno pun pergi meninggalkan mereka.
Trisno pun duduk di kursi kayu yang berada di ruang tamu. Lasmi menghampiri suaminya lalu bertanya kepada Trisno mengenai perihal pinjaman 50 juta yang mereka ingin pinjam kepada Edi.
“Bagaimana Mas, apa Edi mau meminjamkan uang sebayak itu?”
“Tidak Lasmi, Edi hanya meminjamkan uang lima juta saja.”
“Lalu bagaimana kita membayar hutang pak Herman Mas?” ucap Lasmi yang sangat bingung.
“Edi menyarankan aku, untuk pergi ke hutan kawi bertemu Nyai Asih dia bisa membantu perekonomian kita, rencananya Mas mau coba meminta kaya kepada nyai Asih itu,” Trisno yang menjelaskan kepada Lasmi.
“Apakah itu benar terbukti Mas? Jaman sekarang marak sekali dukun penipu?”
“Tidak Lasmi, aku melihat betul, warung makan Edi begitu rame tidak sepi dari pengunjung setelah dia meminta penglaris kepada nyai Asih.”
“Kalau jika benar begitu, ya sudah kita coba saja Mas tidak ada salahnya, lagi pula mencari uang dengan jumlah yang sangat banyak itu sangat susah.”
“Iya Lasmi besok, pagi kita berdua akan pergi ke hutan kawi untuk memanta tolong kepada nyai Asih, aku sudah cape hidup miskin terus,” eluh Trisno.
“Aku pun begitu Mas, aku sudah lelah di hina banyak orang utang menumpuk belum lagi semua tetangga di sini selalu membicarakan aku dari belakang Mas.”
“Baiklah besok pagi kita akan pergi ke hutan kawi bertemu nyai Asih, oh ya Lasmi kamu pasti belum makan, ini aku bawakan makan tadi di beri sama Edi,” ucap Trisno memberikan kantong plastik yang berisi dua bungkus nasi.
Mereka berdua sedari kemarin menahan lapar akhirnya menyantap makanan yang di berikan oleh Edi.
Tekad Trisno beserta Lasmi yang ingin kaya membuat mereka gelap mata, mencari jalan pintas untuk memenuhi keinginan mereka berdua.
Bersambung dulu ya gaes dukungannya sekilasnya saja terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nhamee
hukum yang paling kejam memang hukum masyarakat🤦♀️🤦♀️
2024-06-06
0
Kustri
hahh, 50jt...g kerja dr mn mau byr'a🥴
2024-05-11
1
estycatwoman
Gunung sma hutan Kawi sama gak sih thor? karna klo pesugihan Gn Kawi kan mmg sdh tenar seantero jagat 😁
2024-03-29
1