Butiran bening lolos dari pelupuk mata Adira ketika kedua tangannya menutup koper sedang berwarna biru.
Hari yang tak pernah ia tunggu-tunggu, mau tak mau datang juga. Entah pukul berapa pria itu akan tiba Adira tak tau, namun ia harus tetap bersiap untuk keberangkatan putranya.
Mengemasi seluruh barang milik Elvis, dari mulai baju hingga mainan kesukaan lelaki kecil itu. Adira masukan ke dalam satu koper ukuran sedang milik Elvis.
Sesaat Adira memandangi seluruh isi kamar yang nampak jauh lebih kosong, seperti hatinya yang kini hampa karena ditinggal lagi oleh orang terkasih, kehangatan yang selalu terasa kian menghilang dan berganti hembusan angin dingin yang menggesek pori-pori kulit.
Kamar kecil yang ia hias seadanya agar Elvis merasa nyaman, meski sederhana tanpa hiasan dinding apapun kamar itu tetap akan menjadi tempat yang dipenuhi kenangan seorang anak laki-laki.
Lagi-lagi Adira terisak di tepi ranjang, sekuat tenaga ia menahan suara sambil menutup mulut dengan dua tangan agar tak terdengar oleh putranya.
Adira sengaja menyuruh Elvis untuk bermain di ruang tamu agar dirinya bisa membereskan barang-barang sang putra supaya si empu tidak curiga dan bertanya-tanya, karena sebelumnya Adira tak pernah mengatakan jika Eza akan datang hari ini.
"Maafkan Mama, nak.... Hiksss..... Maafkan Mama!"
Rasanya jantung Adira sudah tak berfungsi dengan baik, sesak merambat hingga ke sekujur tubuh, bahkan untuk menghirup oksigen pun Adira lupa bagaimana caranya.
Mencoba untuk ikhlas rupanya tak segampang yang di pikiran, Adira tau ini demi kebaikan Elvis dan masa depan anak itu, namun bolehkan sekali saja ia egois? Ia ingin mengurung Elvis disisinya, meski terus membuat kehidupan anak tersebut dalam keadaan yang terbatas.
"MAMAAA..... MAMAAA.....!!! TOLONG EL.... MAMAAAAAA......!"
Suara teriakan Elvis sontak menghentikan tangis Adira, perempuan berbaju putih itu dibuat terkejut oleh suara kencang dari luar sana, membuat perasaan Adira makin kalut dan kacau.
"Elvis...." Segera Adira keluar dari kamar, berlari ke arah Elvis berada.
Ketika sampai di ruang tamu bertapa terkejutnya Adira mendapati keberadaan tiga orang disana, dimana satu wanita dan satu pria tengah sibuk menahan Elvis yang memberontak sambil meraung-raung memanggil ibunya.
Sementara satu orang lagi tengah berdiri sembari menatap tajam pada Adira yang baru saja muncul.
"Elvis...." Adira hendak mendekat, tetapi Eza lebih dulu menghalangi langkah Adira.
"Jangan mendekatinya!" Perintahnya tegas.
"T-tuan... Tolong jangan paksa Elvis seperti itu, b-biarkan saya yang membujuknya" pinta Adira tak tega mendengar jeritan Elvis yang terus meminta tolong padanya agar terlepas dari dua orang disampingnya.
"Jangan mencoba mengulur-ulur waktu, kau tidak akan bisa membujuknya! Kami harus segera pergi dari sini" tolak Eza bersikeras.
"LEPAS.... LEPASSS..... EL MAU MAMA...!!! EL MAU MAMA, LEPASSSS!! MAMA.... TOLONG EL HIKSSS....!!"
"Tuan sayang mohon....!! Hikss biarkan saya memeluknya sekali saja saya mohon, Tuan!" Adira terus memohon sambil menyatukan kedua telapak tangan untuk meminta sedikit belas kasihan, setidaknya pelukan untuk terakhir kali yang bisa Adira ingat dan ia simpan di memori jangka panjangnya.
"Saya janji ini yang terakh...."
"Tidak ada negoisasi!! Sekali aku ucapkan tidak, maka jawabnya tetap tidak!" Ujar Eza tak mau dibantah.
Seketika Adira bungkam tak berani membantah, ia takut perbuatannya malah semakin menyiksa sang putra.
Eza terlihat memberi kode pada dua bawahannya agar membawa Elvis ke dalam mobil, sedangkan ia ada sedikit urusan dengan wanita di hadapannya ini.
Kedua orang tersebut langsung mematuhi, mereka pun membawa Elvis keluar meski harus dengan cara paksa sekalipun.
"MAMAAA..... TOLONG EL... HIKSS!!"
"MAMAA.... EL MAU MAMA....!!
"TOLONG LEPASIN EL.... HIKSSS!!"
"MAMAAAAAA......."
Teriakan panjang sebelum Elvis keluar dari dalam rumah menggema seisi ruangan dengan degungan yang memantul di gendang telinga Adira.
"E- EL.....!"
"Hiksss.... El......"
Adira bisa berbuat banyak, Eza masih berdiri di depannya guna menghalangi Adira yang ingin menyusul Elvis di luar.
Sekarang hanya tinggal mereka berdua, suasana makin mencekam dengan aura berbeda di sekeliling ruangan. Adira hanya mampu memaku ditempat sambil terus menatap ke arah luar pintu berharap bisa berlari ke sana dan memeluk Elvis saat itu juga.
"Sepertinya urusan kita sudah selesai. Tapi ada yang ingin aku berikan padamu...." Eza menjeda ucapannya sesaat.
Adira menatap Eza dengan tatapan pilu, dipaksa fokus pada pria itu, entah apa maksud perkataannya, otak Adira tengah sulit berpikir dengan baik.
Tak mau menerka-nerka, Adira hanya berharap pria di depannya ini mengizinkan ia menghampiri Elvis meski hanya sekedar memeluk beberapa detik saja.
Namun dugaan Adira salah besar, Eza justru nampak menyodorkan sebuah koper uang yang di lemparkan di atas sofa tamu, hingga setumpuk kertas berwarna merah terlihat dengan jelas.
Adira memandang bingung benda tersebut, sampai ia memberanikan diri menatap Eza seolah meminta penjelasan.
"Uang itu sebagai ganti rugi yang telah kau keluarkan untuk putraku selama ini, dengan ini aku harap tidak ada lagi urusan diantara kita semua. Aku tidak mau memiliki hutang Budi padamu, maka dengan itu aku bayar semua dengan uang. Aku rasa itu sudah lebih dari cukup untukmu!" Cetus Eza dengan sangat pedas, tanpa memikirkan perasaan lawan bicara.
Adira seketika tercengang mendengar tuturan Eza, merasa sangat di rendahkan dan di injak-injak harga dirinya.
Apa maksud pria itu? Dia pikir semua bisa diganti dengan uang?!!
Adira tak bisa menyembunyikan rasa geram yang bergejolak di dalam dada, ia mengepalkan kedua lengan di bawah sana, tak pernah ia semarah ini pada seseorang.
Eza benar-benar menjatuhkan harga dirinya!
Langkah sepatu kian terdengar ketika Eza hendak keluar dari rumah Adira.
Namun suara lantang dari si pemilik rumah menghentikan langkahnya yang sudah tepat di depan pintu.
"SAYA TIDAK BUTUH UANG ANDA!!"
Entah keberanian dari mana, Adira dengan sangat lantang menolak seluruh uang yang diberikan Eza, membuat lelaki itu menoleh tanpa membalikkan badan.
"APA ANDA PIKIR SEMUA BISA DIBELI MENGGUNAKAN UANG?!!" Makinya lagi.
"Saya tau anda orang berada, Tuan! Saya tau uang satu koper ini tidak ada apa-apanya bagi anda, tapi bukan berarti anda bisa membeli semua yang sudah saya lakukan!! Saya punya harga diri, uang anda hanya sampah bagi saya!!"
"SAYA HANYA INGIN PUTRA SAYA KEMBALI...!!!"
Dan lagi-lagi Adira mengutarakan isi hatinya tanpa takut dengan siapa ia berbicara, sekalipun dengan seorang yang berkuasa. Yang ia ingin hanya putranya, Elvis!
Eza tersenyum kecut mendengar kalimat yang keluar dari bibir seorang Adira, seakan meremehkan semua yang dikatakan wanita tersebut.
Sembari menegakkan tubuhnya Eza kembali berbicara.
"Perlu saya ingatkan lagi, Elvis... Bukanlah Putra Anda!"
Setelah berkata demikian Eza pun benar-benar keluar dari sana dan ikut memasuki mobil dimana Elvis berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ina Karlina
semoga aja si Eza mendapatkan karma yang sangat pedih karena sudah menyakiti dan menghina perempuan sebaik Adira..tunggu aja pembalasan nitizen 😁😁😁😁
2025-03-06
0
Asiah Erap
Eza lelaki egois, seharusnya berterima kasih pd Adira yg telah bersusah payah mengasuh n menjaga El tapi malah berlaku kejam😬😡😡
2024-04-24
0
Raufaya Raisa Putri
🅿🅴🅽 🆃🅰🅺 🅱🅴🅹🅴🅺 " 🆃🆄🅷 🅼🆄🅻🆄🆃 🆂🅸 🅴🅹🅰
2024-04-21
0