"Jo kamu udah pulang sayang?" sapa sang bunda ketika putri pertamanya itu muncul dihadapannya. Ia memperhatikan gadis cantik berkacamata sedang membawa dua buah tas besar yang berisi pakaian.
"Bunda..." Jovanka langsung meraih tubuh perempuan yang sangat menyayanginya itu dengan tangis sesenggukan.
"Lho, kamu kok nangis? Ada apa?" Jovanka membuka kacamatanya kemudian menyusut airmatanya kemudian tersenyum dengan sangat terpaksa.
"Aku belum bayar ongkos ojeknya bunda," jawab Jovanka yang langsung membuat perempuan yang telah melahirkannya itu tertawa terbahak-bahak.
"Ya ampun Jo, sejak kapan kamu menangis hanya karena belum bayar ongkos ojek sayang." Zarina langsung melepaskan pelukan putrinya itu kemudian memasuki kamarnya untuk mencari dompet.
"Nih, kasih tukang ojeknya dan ucapkan terimakasih."
"Iya bunda," jawab Jovanka seraya berlari ke depan rumahnya untuk membayar tukang ojek itu. Ia pun kembali dengan wajah yang masih tampak murung meskipun ia sudah membayar ongkos ojek itu.
"Kamu kok tambah cantik sih selama jadi pengasuh putrinya Pak dosen?" goda sang bunda seraya menatap wajah putrinya yang nampak murung dengan mata sembab. Ia yakin kalau tangisan tadi bukan karena persoalkan ongkos ojek.
Jovanka hanya diam saja kemudian membawa dua tas pakaiannya itu ke dalam kamarnya.. Sebuah tempat yang sudah lama ia tinggalkan gara-gara taruhan yang sangat mengesalkan nya itu.
Rania ikut ke kamar sang putri karena merasa perlu mendengarkan keluh kesah gadis berusia 18 tahun itu selama berada di Luar rumah selama sebulan lamanya.
"Bunda, Aku mau pindah kuliah aja deh," ujar Jovanka setelah selesai mengatur pakaiannya kembali ke dalam lemarinya.
"Lho kenapa Jo?" tanya sang bunda dengan wajah penasaran.
"Udah gak nyaman belajar di Universitas itu. Mau cari pengalaman di tempat lainnya aja bunda."
"Katakan sebenarnya ada apa sayang? Alasanmu sangat tidak masuk akal lho." Zarina meraih kedua bahu putrinya itu dan menghadapkannya pada dirinya.
"Aku udah gak punya sahabat bunda, hiks. Cici, Naomi dan Mini, semuanya memusuhi aku." Jovanka menundukkan wajahnya dengan perasaan yang sangat sakit.
"Lho kok bisa sayang?"
"Pokoknya ayah harus ngurus supaya aku bisa pindah dari sana."
"Jo, Ayah gak mungkin melakukan sesuatu yang tidak jelas seperti itu sayang. Kalau masalah teman-teman yang sedang menjaga jarak denganmu. Gak usah dipikirin. Berbuat baik saja, insyaallah akan ada banyak orang baik yang akan datang padamu sayang."
"Tapi bunda,"
"Udah, kamu kayaknya perlu mandi agar segar. Setelah itu makan. Bunda yakin perasaanmu pasti akan baik lagi." Jovanka menarik nafas panjang. Ia pun segera mengikuti anjuran dari sang bunda.
🌺
"Assalamualaikum Alaikum!" Ruby mengucapkan salam dengan suara ceria ketika ia pulang dari sekolahnya.
"Waalaikumussalam cucunya eyang," jawab Rania dengan wajah gembira. Ia menyambut cucu kesayangannya itu dan langsung memberinya pelukan dan ciuman di pipi kiri dan kanannya.
"Wahhh, eyang ada di sini?" Ruby tampak sangat antusias dengan kedatangan perempuan itu. Perempuan yang sejak kecil dekat dengannya dan menemaninya sebagai pengganti Mamanya.
"Iya dong. Eyang kan kangen sama Ruby yang cantik."
"Asyik, Luby bisa bobok sama eyang lagi." Ruby segera menarik tangan perempuan berusia lebih dari seperdua abad itu ke dalam kamarnya. Rania hanya tersenyum dengan tingkah cucunya. Ia sangat bahagia karena gadis cilik itu selalu bisa membuatnya senang.
"Eyang, nanti bobok dimana ya?" tanya gadis cilik itu dengan wajah bingung. Ia memandang ranjangnya dengan wajah serius seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Eyang nanti bobok sama Ruby di ranjang ini. Memangnya kenapa sayang?" Rania juga nampak bingung dengan ekspresi cucunya.
"Mama Jo bobok sini sama Luby. Telus kalau eyang bobok sini juga, tidak cukup."
"Mama Jo? Siapa itu sayang?" Ruby menatap wajah Rania dengan senyum lebar. Deretan giginya tampak putih, rapih dan bersih.
"Mama Jo itu yang temanin Luby bobok sama belajal eyang." Rania sudah paham sekarang. Pasti pengasuh cantik itu yang Ruby panggil Mama. Jangan-jangan gadis itu mempunyai maksud tersembunyi dengan menjadi pengasuh di Rumah ini.
"Kenapa Ruby panggil Mama?"
"Kalena Luby tidak punya Mama eyang," jawab gadis kecil itu dengan wajah murung. Rania langsung memeluk tubuh mungil cucunya dengan penuh perasaan. Ia begitu kasihan pada putri kecil yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu diusianya yang masih sangat muda ini.
"Bentar lagi Ruby akan punya Mama kok. Jadi Ruby tidak perlu sedih ya."
"Luby maunya mama Jo aja. Mama Jo udah janji akan kasih Luby adik kecil eyang," ujar Ruby dengan senyum yang tiba-tiba terbit dibibirnya. membayangkan mempunyai adik kecil sesuai dengan pembicaraan mereka berdua semalam membuatnya kembali merasa sangat senang.
Gadis kecil itu benar-benar sudah tidak sabar dengan apa yang dikatakan oleh pengasuhnya.
Rania hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia yakin kalau gadis pengasuh itu sudah banyak mempengaruhi otak polos Ruby.
Sepertinya gadis itu ingin mendapatkan kedudukan yang lebih baik dengan mempengaruhi anak kecil seperti Ruby. Menjadi istri seorang dosen cerdas dengan penghasilan yang lumayan bagus siapa yang tidak mau.
Baguslah karena Radith dengan cepat mengambil keputusan untuk mencari pengganti istrinya. Jadi gadis itu tidak punya lagi kesempatan untuk melakukan rencananya.
Untunglah juga ia segera sadar diri dan cepat-cepat pergi dari sini sebelum Radith menikah. Jadi kesalahpahaman bisa cepat dihindari.
"Eyang melamun?"
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mila
Perasaan aku aja ya namanya sama sama Mama nya Pak Duda?
2023-08-24
1
Dewi Zahra
lanjut kak
2023-07-14
0
Mammeng
mudh2sn dia pindah....biar tau rasa si dosen......rindu smpe d ubun2....🤣🤣🤣
2023-02-12
1