Makan malam yang cukup canggung sangat terasa di ruang makan itu. Hanya Ruby yang sibuk berceloteh menambah suara peraduan sendok dan juga piring di atas meja makan itu.
Radith Aditya dan juga Jovanka Baron belum juga mau saling menyapa setelah kejadian tadi di ruang kerja pemilik rumah itu. Sebuah kegiatan menyenangkan yang cukup memacu adrenalin mereka berdua dan sepertinya sangat ingin mereka ulangi lagi.
"Apa kakak Jo punya adik?" tanya Ruby seraya mengunyah makanan yang baru saja di suap oleh gadis cantik itu ke dalam mulutnya.
"Iya sayang, tapi adik Kakak Jo udah besar. Gak bisa diajak main seperti Ruby."
"Luby gak mau punya adik besal. Luby cuma mau punya adik kecil supaya bisa main telus."
"Hehehe, tapi nanti semua orang akan besar sayang," jawab Jovanka dengan bibir menahan untuk tidak tertawa.
"Gak mau. Luby mau punya adik kecil tapi tidak boleh besal. Papa bisa kan belikan Luby adik di toko?" Ruby memandang wajah Papanya dengan tatapan serius.
Radith Aditya yang sejak tadi mencuri-curi pandang pada gadis cantik yang sedang sibuk menyuapi putrinya itu tersentak kaget.
"Papa!"
"Ya, ada apa sayang?" tanyanya dengan wajah bingung. Ia cepat-cepat berpura-pura sibuk mengaduk makanan yang ada diatas piringnya.
"Luby mau adik kecil untuk ditemani main Balbi-Balbi."
"Hah? adik?"
"Iya Papa, semua teman Luby di sekolah juga punya adik kecil. Meleka lucu dan bisa main sama-sama."
Radith Aditya tidak bisa menjawab. Ia hanya memandang Jovanka yang ternyata juga sedang memandangnya.
Untuk beberapa detik mata mereka berdua berada pada titik yang sama. Mereka berdua merasakan sengatan tak kasat mata bagaikan aliran arus listrik yang sangat tinggi tegangannya.
Jovanka menarik tatapannya karena tidak kuat dengan gelenyar aneh yang sudah berhasil mengantarkan pesan yang sangat indah kedalam hatinya.
"Ruby, makan lagi sayang. Masih banyak lho ini," ujar Jovanka dengan cepat. Ia lalu menyuap lagi gadis cilik itu agar tidak menanyakan soal adik pada Papanya yang pasti tidak bisa dijawab oleh Doktor muda itu.
Radith Aditya tersenyum samar melihat bagaimana Jovanka bisa mengatasi masalahnya. Dadanya berdebar kencang hanya karena membayangkan kalau gadis itu bisa berada di rumahnya dan mendampinginya setiap saat seperti ini.
18 tahun, apa mungkin bisa menjadi ibu dari Ruby?
Tanyanya dalam hati dengan segala macam pertimbangan.
Pria itu pun segera menyelesaikan makanannya dan pergi dari ruangan makan itu. Ia ingat kalau harus melakukan sesuatu di ruang kerjanya.
"Kakak Jo, Apakah Papa bisa kasih Luby adik?' tanya Ruby setelah makanannya di atas piringnya telah ia habiskan. Rupanya gadis cilik itu masih juga memikirkan tentang adik.
'Bisa sayang, tapi Ruby harus punya mama dulu. Nanti adiknya akan datang dari perut Mamanya Ruby," jawab Jovanka dengan sebuah debaran keras didadanya. Entah kenapa ia membayangkan dirinyalah yang akan mengandung adik kecil untuk Ruby.
Astaghfirullah .Apa yang kamu pikirkan Jo?!
"Tapi kan Luby tidak punya Mama Kakak Jo. Kata Papa, mama udah gak ada dan bisa pulang kesini," ujar gadis kecil itu dengan wajah yang tiba-tiba tampak sangat sedih. Jovanka langsung memeluk gadis kecil itu dan mencium pucuk kepalanya.
"Apa kakak mau jadi Mamanya Luby?" tanya gadis kecil itu seraya memandang wajah Jovanka dengan mata berkaca-kaca. Jovanka menganggukkan kepalanya kemudian memeluk gadis kecil itu lagi kedalam pelukannya.
"Holeee, Mama Jo. hihihi," Ruby langsung berteriak dengan suara bahagia. Ia begitu senang karena pasti akan mendapatkan adik kecil jika sudah mempunyai seorang mama.
"UPS. Jangan ribut dong. Nanti Papa dengar bisa marah dia." Jovanka langsung menutup mulut gadis kecil itu karena merasa malu. Ia tak mau kalau dosennya itu akan tahu kalau ia ternyata memang sangat menginginkan pria itu.
*Jangan terlalu berharap Jo. Kamu mungkin hanya akan jadi mainan pria itu.
Tak ada komitmen diantara kalian*.
Yang ada hanya hasrat sesaat saja Jo. Jangan sampai kamu lupa diri. Gadis itu terus menerus menstimulasi otaknya untuk tidak berharap lebih.
"Udah makan. Kita ke kamar dan kerja PeEr dari Miss.Susi, okey?"
"Okey siap Mama Jo!" Ruby langsung melompat dari kursinya dengan wajah bahagia. Jovanka hanya bisa tersenyum lucu karena tidak pernah menyangka kalau di usianya yang 18 tahun ini ada yang memanggilnya Mama.
Mereka berdua pun kembali ke kamar untuk belajar bersama. Besok pagi ia akan mengikuti final test. Dan itu berarti adalah besok merupakan hari terakhirnya di rumah ini. Tak terasa ia sudah melaksanakan taruhan itu selama sebulan.
🌺
Malam itu Radith Aditya tidak bisa menutup matanya. Ia merasakan hatinya sangat gelisah. Bayang-bayang rasa bibir Jovanka begitu mengusik hatinya.
Bukan hanya bibir gadis itu yang sangat mengganggu kelelakiannya yang sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi merasakan benda kenyal dan manis seperti itu. Akan tetapi anggota tubuh lainnya pun sangat ingin ia rasakan kembali.
Ia benar-benar menginginkan gadis itu sekarang juga. Atau ia akan sakit kepala dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Sadar Radith! ia tidak halal buatmu.
Sebuah suara dari sisi kanan hatinya membuatnya sadar saat kakinya sudah berada di depan kamar putrinya.
Astaghfirullah. Ya Allah.
Pria itu meraup wajahnya kasar karena menyadari kalau ia sudah terlalu jauh melangkah selama ini. Ia sudah menyentuh tubuh gadis itu padahal belum resmi ia miliki.
Ia pun kembali ke kamarnya dengan berusaha menenangkan perasaannya yang sangat gelisah karena sesuatu yang sangat bergolak di dalam dirinya harus ia lepaskan.
Maafkan Aku Tuhan
Ia terus mengulang-ulang kalimat itu untuk meredakan hasrat yang benar-benar menyiksanya saat ini. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia hanya bisa membayangkan wajah dan tubuh Jovanka berada dalam kuasanya.
"Aaaaargh," erangnya sangat nikmat saat pelepasan itu datang dengan bersolo karier. Ia tahu kalau ini adalah kesalahan dan sangat dilarang dalam keyakinan yang ia anut. Akan tetapi ia lebih merasa bersalah nantinya jika ia merusak gadis itu yang jelas-jelas bukan istrinya.
Sementara itu Jovanka juga tidak bisa tidur malam itu. Ia merasa sangat sedih kalau harus meninggalkan Ruby dan juga rumah itu esok harinya. Ia sedang memikirkan kata-kata apa yang akan ia katakan pada gadis cilik yang sedang berada dalam pelukannya itu.
"Ruby sayang, Maafkan Kakak ya," ujarnya pelan seraya mencium pipi kiri dan kanan Ruby kemudian berusaha untuk tidur.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut kak
2023-07-14
0
Uya Suriya
Ruby....cari adiknya di shopee aja...😁😁😁... dijamin dedenya tak bakalan besar....!!!!
2023-03-06
1
Susilawati Rela
mama Jo....panggilan yg bagus itu....🤭🤭🤭
2023-02-12
0