Radith Aditya menggeliat pelan kemudian membuka matanya. Seperti biasa, sejak ia menjadi single parent karena kepergian Felicia dari hidupnya, ia selalu terbangun ditengah malam untuk memeriksa Ruby di kamar pribadi gadis kecil itu.
Setelah itu ia akan melaksanakan sholat dua rakaat di sepertiga malam itu untuk lebih mendekatkan dirinya pada sang Khaliq. Pintu kamar itu pun ia buka dan kembali merasakan sesuatu bergolak dalam syaraf-syarafnya.
Di atas ranjang sedang itu, Ruby sedang memeluk gadis pengasuhnya yang masih sangat muda akan tetapi ukuran bagian-bagian tubuhnya sudah sangat menarik perhatian kaum pria seperti dirinya.
Tangan Ruby yang mungil ia taruh di atas perut rata gadis itu yang terbuka karena pakaian tidur gadis Pengasuh itu tersingkap ke atas. Dan alhasil menampilkan hampir keseluruhan tubuh bagian atas gadis itu.
Seketika inti dirinya menggeliat dan bahkan meronta hanya karena melihat tampilan yang menggoda dari gadis centil itu. Ia pun beristigfar berkali-kali karena mulai membayangkan yang tidak-tidak.
Ruby sepertinya sedang sangat aman bersama pengasuhnya. Tapi kenapa Aku yang merasa tidak aman ya?
Ini sungguh tidak dibenarkan. Aku bisa gila nantinya.
Apa Aku memang sudah harus mulai menerima tawaran Mama untuk menikah lagi.
Pria itu terus bermonolog dalam hati untuk mengeluarkan semua pikiran-pikiran yang mulai sangat terganggu hanya karena keberadaan gadis itu beberapa jam di rumahnya.
Oh tidak! Bagaimana kalau sebulan?
Dengan menarik nafas berat ia segera keluar dari kamar itu untuk mengambil air wudhu agar hati dan pikirannya kembali tenang.
Sebuah hal yang luar biasa sebenarnya karena ia bisa bertahan selama hampir 4 tahun menduda tanpa melakukan sebuah aktifitas yang menyenangkan dengan lawan jenis.
Ia terlalu sakit hati dengan pengkhianatan Felicia hingga tak pernah lagi berpikir untuk menjalin hubungan dengan perempuan manapun.
Akan tetapi kali ini imannya sedang diuji oleh gadis centil yang mengaku ingin jadi pengasuh Ruby. Jovanka benar-benar polos dan tak merasa bersalah kalau pria seperti dirinya sedang tak baik-baik saja jika melihatnya berpenampilan seperti itu.
Setelah mandi di waktu dini hari itu ia pun sholat dan membaca kitab suci untuk meredakan hasrat yang entah kenapa tidak bisa ia abaikan.
Dua juz Alquran ia baca tanpa mengantuk sama sekali. Sampai waktu subuh datang, ia pun sholat dan tak berniat membangunkan Ruby atau juniornya akan ikut bangun lagi karena masih sangat penasaran dengan gadis itu.
"Papa, selamat pagi. Luby kok gak dibangunin, sekalang udah siang Pa," ucap Ruby yang datang dengan tampilan yang sudah sangat cantik dan juga rapih. Radith Aditya tersenyum dengan mata layu karena baru merasakan kantuk.
"Wah, Ruby udah cantik dan sangat harum. Biarpun Papa gak bangunin tapi kan Ruby sekarang udah siap berangkat ke sekolah," jawab sang Papa seraya menciumi pipi kiri dan kanan gadis cilik itu.
"Kakak Jo yang bantu Luby mandi dan belpakaian, kan biasanya Papa," rajuk gadis cilik itu menunjukkan rasa protesnya.
"Eh, itulah kenapa Kakak Jo ada di sini. Supaya bisa gantiin Papa ngurus Ruby sayang, Papa kan mau kerja dan sering pulang sampai sore."
"Oh gitu ya Pa? jadi kakak Jo bisa juga jadi mamanya Luby?" tanya gadis cilik itu dengan tatapan polosnya pada sang Papa.
"Uhukkkk uhukkkk uhukkkk," Radith Aditya entah kenapa langsung tersedak dengan air liurnya sendiri.
"Duh Papa, kok jadi batuk-batuk? udah ah Luby mau ke sekolah sekalang, Assalamualaikum Alaikum, mmmuah mmmuah." Ruby mengecup pipi kiri dan kanan pria yang sangat dekat dengannya itu dengan perasaan yang sangat bahagia.
"Saya ikut Ruby Pak, mau ngampus dulu," ujar Jovanka bermaksud berpamitan pada pria pemilik rumah itu.
"Ah iya, hati-hati," balas Radith Aditya tanpa mau melihat Jovanka yang tampak sangat cantik hari itu dengan tampilan yang lebih tertutup. Sebuah rok pensil ia pakai dipadukan dengan blouse lengan panjang.
"Dadah Papa," Ruby berteriak nyaring seraya melambaikan tangannya. Ia pun naik ke atas mobil yang akan dibawa oleh seorang supir pribadi keluarga Radith Aditya.
Sekitar 15 menit kemudian, mereka sampai di sekolah Ruby. Sekolah Paud yang baru 3 bulan ini ia tempati belajar.
"Dadah Ruby," ucap Jovanka saat anak itu sudah turun dari mobil.
"Nanti jemput Luby ya Kak," balas gadis cilik itu dengan senyum cerahnya. Baru kali ini ia merasa sangat bahagia berangkat ke sekolah.
Dan ia akan menceritakan pada Miss. Susi sebagai gurunya di kelas kalau ia sudah mempunyai seorang kakak yang cantik dan juga baik.
"Insyaallah kalau kakak udah gak belajar ya sayang," jawab Jovanka dengan wajah tak kalah senang. Mereka pun berpisah di depan kelas anak itu. Jovanka kembali naik ke mobil dan diantar ke kampusnya oleh sang sopir.
"Saya jemputnya jam berapa Non?" tanya Kang Udin sang sopir. Jovanka langsung melihat jam tangannya kemudian menjawab, "Nanti Aku hubungi ya Kang. Soalnya jadwalnya kadang berubah."
"Iya deh Non," jawab kang Udin kemudian meninggalkan kampus tempat gadis itu menuntut ilmu.
"Wah, hebat nih jadi pengasuh, dapat perlakuan istimewa dari sang Papa duda," ujar Mini Geraldine bermaksud menggoda gadis yang baru masuk ke halaman kampus itu.
"Ya iya dong, Aku kan pengasuh spesial, hehehe," jawab Jovanka Baron dengan senyum diwajahnya.
"Ciee cieee yang jadi pengasuh, mau juga dong," ujar Naomi ikut tertarik dengan godaan teman-temannya.
"Jadi penasaran nih sama si Papa duda, pengen juga ih," timpal yang lain dengan semangat.
"Eh udah ah, tuh dosen pengganti Prof. Asfah Rahman sudah datang. Yuk buruan masuk ke kelas." Naomi langsung meminta semua temannya untuk masuk karena kelas jam pertama sudah akan mulai.
Mereka pun segera menuju kelas yang ada di lantai dua gedung perkuliahan itu. Tak ada lagi yang membahas tentang masalah pengasuh dan taruhan yang mereka lakukan.
"Selamat pagi semuanya," sapa seorang dosen muda dan sangat keren yang baru masuk ke dalam ruangan kelas itu. Semua mata mahasiswi perempuan langsung berubah cerah melihat pengganti Professor yang sudah pensiun itu.
"Vitamin mata Jo. Aku janji akan rajin ngampus kalau gini," bisik Mini Geraldine pada Jovanka yang sedang sibuk mencari diktat dan juga pulpennya di dalam tasnya.
Jovanka mengangkat wajahnya dan tiba-tiba saja tak sengaja menatap mata pria yang sedang berdiri di depan kelas yang juga sedang menatapnya.
Deg
🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut
2023-07-13
0
shebina putri
kaaannnnnnn rezeqy joooo 😁😁😁
2023-04-15
1
Mammeng
asfah rahman???....kyk kenalll....🤔🤔
2023-02-06
1