Flashback on 10 menit yang lalu.
Untuk mengurangi rasa canggung yang ia rasakan di dalam hatinya karena telah meminta Jovanka untuk mengambil handphone gadis itu di dalam kamarnya, ia pun membuka kembali alat komunikasi itu yang tidak berhenti berbunyi klotak-klotak karena banyaknya notifikasi pesan yang masuk.
Hal pertama yang ia buka adalah grup chat gadis itu.
Naomi 🐭: Hellow kalian pada kemana sih? @Mini@Jojoba. Aku tuh cuman berdua sama Cici nih.
Cici 👸: Yups, kita cuma berdua aja di Mall kayak orang bego. Biasanya kalo ada Jojoba sama Mini pasti ramai. Banyak cowok-cowok kece yang lirik and godain kita, hehehe.
Naomi 🐭: Mini, kamu jawab dong? Kok kamu pergi begitu saja sih? Ayolah muncul dan balas.
Cici 👸: Jo, kamu juga sayang, udah deh gak usah jadi pengasuh lagi ya, mending juga bebas lagi kayak dulu. Taruhannya kita batalkan saja. Gak asyik banget tahu jalan tanpa kamu.
Naomi 🐭:Hooh, Jo. Tinggalkan saja rumah Pak duda itu. Kamu masih sangat muda sayang, belum cocok ngasuh anak. Nanti kamu cepat tua lagi.
Mini Geraldine 🐼: Gak bisa. Jojoba harus tetap jadi pengasuh. Supaya dia bisa menggoda Papanya tuh anak agar kita bisa dapat nilai A+.
Naomi 🐭: 🤔😲
Cici 👸:Min, ngomong apa kamu?
Mini Geraldine: Gak udah Aku jelasin nanti Jojoba yang akan jelaskan pada kalian semua, iyyakan Jojo sayang?
Naomi 🐭:Jo, kamu belum dapat handphone kamu dari pak duren itu? kalo udah dapat cepetan balas dong.
Cici👸: Oh iya ya, kamu kan gak ada hape sekarang.
Radith Aditya menutup aplikasi chat itu saat pintu diketuk dari luar. Ia yakin sekali kalau itu pasti adalah Jovanka Baron yang memenuhi panggilannya.
Ia pun mempersilahkan gadis itu masuk setelah menurunkan suhu kamar itu menjadi sangat dingin agar gadis yang selalu berpakaian minim itu merasakan akibat dari apa yang selama ini ia lakukan.
Ia begitu marah dan berniat untuk membalas Jojoba yang ternyata sengaja datang ke rumahnya hanya karena taruhan. Dan tentu saja juga mempunyai alasan lain yaitu menggodanya agar mendapatkan nilai yang bagus pada mata kuliah yang diajarkannya.
Lalu apakah ia juga mempunya rencana pada dosen-dosen lainnya di Universitas?
Sungguh gadis centil murahan.
Flashback off.
Pria itu mondar-mandir di dalam kamarnya karena merasa sangat bersalah pada gadis itu. Akan tetapi sisi lain dari hatinya juga membenarkan percakapan di dalam grup itu.
Mereka yang ada di dalam grup itu adalah teman kelas Jovanka yang juga mengikuti perkuliahan yang sama dengan gadis centil itu. Jadi apa yang mereka bicarakan pasti betul adanya.
Sementara itu di kamar Ruby. Jovanka masih belum juga berhenti menangis. Ia tahu kalau penampilannya yang cukup terbuka dan sedikit centil sering disalahartikan oleh orang-orang.
Akan tetapi mengenai tuduhan pria itu padanya sungguh merupakan hal yang tidak beralasan sama sekali. Ia benar-benar tidak pernah berniat menggoda seorang Radith Aditya karena sebuah nilai.
Ia suka dan kagum pada pria itu karena kehormatannya pernah diselamatkan olehnya. Dan itu jauh sebelum ia tahu kalau pria itu adalah dosen yang mengajar di kelasnya.
Sungguh hatinya sangat sakit saat ini. Ia sekarang benci pada pria itu dan ingin pergi dari Rumah itu saja.
"Apa kepala Nona Jo masih sakit?" Bik Mina datang dengan membawa teh hangat agar gadis itu merasa lebih baik. Ia begitu kasihan pada gadis itu yang belum juga berhenti menangis.
"Udah baikan kok Bik. Makasih banyak," jawab Jovanka dengan bibir ia paksa untuk tersenyum.
"Makan malam udah siap Non. Bibik udah masak sup ayam lho. Ayo makan dulu. Insyaallah sakit kepalanya bisa hilang setelah makan."
"Masih kenyang Bik. Kan kami berdua baru saja makan."
"Gak apa-apa makan lagi. Tuan Radith udah lama nunggu Non di ruang makan."
"Iya Kakak Jo, kita makan dulu sama Papa, ayok," timpal Ruby seraya menarik tangan gadis pengasuhnya itu.
"Ruby aja yang makan sama Papa ya sayang, Kakak masih kenyang," tolak Jovanka dengan bertahan tidak ingin bergerak dari tempatnya berdiri.
"Ih, gak selu, nanti Papa nanya-nanya lagi mana Kakak Jo kenapa gak ikut makan?"
"Bilang aja, kakak lagi sakit sayang."
"Ih katanya tadi kakak udah sembuh. Kok jadi sakit lagi."
"Kalo gitu bilang aja kalau kakak sudah kenyang dan takut gemuk." Jovanka menggembungkan pipinya di depan wajah Ruby agar anak itu percaya kalau ia benar-benar takut gemuk.
"Baiklah kakak. Luby akan bilang sama Papa kalau kakak tidak mau makan kalena takut gemuk hihihihi," ujar Ruby seraya tertawa cekikikan. Ia juga menirukan Jovanka menggembungkan pipinya dengan sangat lucu.
Jovanka langsung tertawa melihat kelucuan gadis kecil itu. Seketika rasa kesal dan marahnya pada Radith Aditya langsung berkurang. Hatinya cukup terhibur dengan gadis cantik berusia 4 tahun itu.
"Ingat kakak Jo, jangan sampai kelapalan tengah malam ya kalena tidak mau ikut makan sama kami, hihhi," ujar Ruby kemudian berlari meninggalkan kamar itu.Ia langsung menuju ruang makan untuk makan malam bersama sang Papa.
"Ruby kok lama sekali sih sayang, Papa sampai kelaparan lho," sambut Radith Aditya seraya menarik sebuah kursi untuk putrinya itu. Ia berharap sekali Jovanka ikut bersama gadis kecilnya. Lama ia menunggu tapi tidak juga melihat gadis cantik itu menyusul.
"Kakak Jo, kenapa gak ikut makan sayang?" Akhirnya ia berani juga mengeluarkan pertanyaan itu karena tidak tahan ingin mengetahui bagaimana keadaan gadis itu setelah ia membuatnya bersedih.
"Kakak Jo tidak mau makan Papa," jawab Ruby seraya mengunyah makanan favoritnya yaitu ayam goreng dan juga nasi putih.
"Kenapa?"
"Kalena, kakak Jo tidak mau gemuk sepelti ini." Gadis kecil itu memasukkan banyak makanan ke dalam mulutnya sampai pipinya menggembung. Radith Aditya menahan dirinya untuk tidak tertawa.
"Apa kakak Jo bersedih sayang?" tanyanya lagi setelah Ruby menyelesaikan makanannya.
"Kakak Jo tidak belsedih Papa. Kakak Jo cuma menangis kalena sakit kepala. Luby sampai ikut nangis juga. Kasian Kakak Jo."
Radith Aditya terdiam. Ia kini merasa sangat bersalah dengan apa yang telah dilakukannya pada gadis itu. Tapi entah kenapa jika ingat pembicaraan teman-teman gadis itu di dalam grup beberapa saat yang lalu. Rasa kesalnya pun kembali muncul.
"Papa, Luby mau kembali ke Kamal. Kakak Jo pasti udah nunggu Luby," pamit gadis kecil itu kemudian mencium pipi kiri dan kanan pria yang sangat disayanginya itu.
"Selamat malam Papa."
"Selamat malam sayang."
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dewi Zahra
semangat jojoba
2023-07-14
0
Uya Suriya
memang betulll...lidah tidak bertulang....
2023-03-06
2
☠ Bala🦂Dewa 𝐀⃝🥀
isss luby ikut nangis ea sayang
2023-03-03
1