"Apa maksud anda sebenarnya Pak Dr. Radith Aditya yang terhormat!" Jovanka menatap tajam duda keren dihadapannya dengan emosi tertahan. Hatinya begitu kesal saat ini pada pria dihadapannya ini. Tangannya sampai ia genggam erat karena ingin meremas wajah tampan dan sok cool itu.
"Duduklah Jo. Kalau bicara pada orang yang lebih tua kamu harusnya lebih sopan." Radith Aditya dengan santai melipat tangannya di depan dadanya seraya tersenyum pada gadis yang tampak sangat kesal itu.
Jovanka menggigit bibir bawahnya menahan untuk tidak menyalak. Sungguh ia sangat emosi karena baru saja mendapatkan pesan dari Pak Randy Jaya kalau ia dikeluarkan dalam kepanitiaan.
"Orang yang lebih tua itu harusnya bisa bersikap baik dan juga tentu saja bisa menjadi seorang contoh yang patut diteladani." Jovanka tidak juga duduk sesuai perintah pria itu. Ia malah membalas dengan kalimat sindiran.
"Duduklah Jo, tak baik marah-marah seperti itu Hem."
"Terima kasih banyak Pak Doktor yang terhormat. Tapi Aku tidak Ingin duduk sebelum anda menjelaskan kenapa saya dikeluarkan dari kepanitiaan oleh Pak Randy Jaya."
"Oh masalah itu toh? Rupanya Pak Randy Jaya sangat pengertian ya. Saya tidak menyangka kalau ia sangat bisa bergerak cepat seperti ini."
"Jadi memang benar kalau ini semua gara-gara bapak?" Jovanka menggeleng-gelengkan kepalanya dengan perasaan yang sangat sakit.
Gadis itu sudah lama menginginkan kegiatan ini terjadi dan juga terlibat dalam kepanitiaan. Akan tetapi pria di hadapannya ini malah membuat semua usahanya hancur seketika.
"Kamu tidak boleh ikut dalam kegiatan Pak Randy Jaya. Jadi saya rasa kita tak perlu lagi membahasnya, okey?" Radith Aditya tersenyum penuh kemenangan kemudian meninggalkan Jovanka di dalam ruangan itu.
Gadis yang tampak sangat kesal itu langsung berlari kearah Radith Aditya dan menarik kaos pria itu.
"Katakan Pak Doktor! Apa salahku kenapa anda lakukan ini hah? Bagaimana dengan nilai mata kuliah dari Pak Randy Jaya yang 3 sks itu!" Jovanka berteriak keras dengan tangis yang sudah mulai pecah.
"Nilai? Kamu hanya memikirkan nilai Jo?"
"Tentu saja Pak. Bagi mahasiswa seperti kami. Mendapatkan nilai yang terbaik adalah tujuan kami mengikuti semua permintaan dan keinginan dosen." Jovanka menjawab dengan tatapan tajam pada pria dihadapannya. Ia harus mengatakan itu karena ia yakin semua dosen juga pasti tahu apa yang ia maksudkan.
Radith Aditya menarik nafas panjang kemudian memandang gadis itu dengan rasa kesal yang kembali muncul di dalam hatinya.
"Jadi benar apa yang Aku pikirkan tentang dirimu Jovanka. Kamu berada di sini untuk mengambil perhatianku agar kamu mendapatkan nilai yang sangat baik begitu?!"
"Hah?" Gadis itu menatap pria dihadapannya dengan wajah tak percaya. Tuduhan pria itu kembali ia dengar dan membuatnya sangat kesal. Ia sungguh tidak pernah berniat seperti itu.
"Baiklah, sekarang Aku ingin kamu menuruti semua keinginanku dan akan aku berikan nilai yang sangat bagus untuk mu," ujar Radith Aditya seraya menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Tangannya tidak tinggal diam. Ia bergerak kebagian belakang Jovanka yang begitu padat berisi.
Jovanka menggigit bibirnya menahan amarahnya karena kembali merasa dilecehkan. Akan tetapi ia sudah bertekad untuk membalas pria itu. Ia pun mengalungkan tangannya pada leher duda beranak satu itu kemudian berusaha untuk tersenyum dengan sangat manis.
Ia sudah telanjur dicap sebagai gadis nakal begitu pikirnya. Jadi ia tidak akan berhenti sampai pria itu bertekuk lutut dibawah kakinya. Dan sekarang Ia ingin tahu sejauh apa pria itu bertahan dengan apa yang akan dilakukanmya.
Tatapannya ia arahkan pada bibir tebal dan sangat seksih milik dosen yang sangat tampan itu.
Jari-jarinya ia mainkan dengan sangat menggoda di seluruh permukaan wajah sang dosen.
Radith Aditya balas menatap mata gadis itu yang sepertinya sudah merasakan satu perasaan asing merambat ke seluruh pembuluh darahnya.
Ia yang tadinya hanya berniat untuk memberi pelajaran pada gadis centil itu kini mulai terbakar. Apalagi bibir sensual gadis itu sudah mulai menyentuh permukaan bibirnya.
Tangan kirinya tanpa sadar mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jovanka hingga jarak mereka sangat terkikis. Tubuh bagian depan gadis itu yang begitu sangat kencang dan kenyal ia rasakan menyentuh dadanya. Sementara tangan kanannya meremass bokong gadis itu dengan sangat lembut.
Jovanka tersentak kaget dengan gerakan cepat pria itu padanya. Tubuhnya ia rasakan bergetar hebat. Sebuah perasaan asing merambat dengan sangat cepat dari seluruh urat-urat syarafnya.
Ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa indah dan nikmat. Jiwa dan raganya terasa berada di dunia lain. Ia lupa diri apalagi bibirnya tiba-tiba saja diraih dengan sangat lembut oleh pria itu.
Radith Aditya mengulumm daging kenyal itu dengan sangat lembut. Sampai Jovanka merasa kehabisan pasokan oksigen barulah ia lepaskan dengan perasaan tak rela.
Aku tahu ini ciuman pertama mu Jo dan kamu berani untuk menggodaku hem.
Pria itu harus melepaskan pengasuh centil itu atau ia akan lupa diri dan merusak gadis yang ia yakini masih sangat polos itu. Ibu jarinya bergerak menyentuh bibir yang nampak masih basah itu.
"Aku yang akan mengusahakan nilai yang bagus untukmu tapi jangan sekali-kali mengikuti kemauan Pak Randy Jaya. Kamu sekarang adalah milikku, mengerti?" bisik Radith Aditya dengan tatapan lurus kedalam mata bening yang sangat indah itu.
*Ingat Jo, kalau itu tidak ada hubungannya dengan perkuliahan jangan pernah mau diajak oleh dosen manapun," ujarnya lagi dengan suara bergetar menahan hasrat yang bergejolak dari dalam dirinya.
Ia pun melepaskan gadis itu dan segera meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tak terbendung. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat keras karena takut akan berbalik dan memangsa gadis itu lagi.
Jovanka sendiri menyentuh bibirnya yang masih merasakan kelembutan sentuhan pria yang mampu membuatnya menyerahkan dirinya seperti itu. Ia pun segera menutup wajahnya yang terasa memanas dengan apa yang baru saja mereka berdua lakukan.
"Kakak Jo kenapa?" tanya Ruby yang tiba-tiba saja memasuki ruangan kerja Papanya itu.
"Ruby? kamu disini sayang? Sejak kapan kamu disini Hem?" Jovanka merasa sangat kaget dan tiba-tiba merasa sangat khawatir. Jangan sampai gadis cilik itu melihat apa yang baru saja mereka lakukan.
"Luby balu saja masuk sini. Luby cali-cali kakak Jo tapi tidak ada di Kamal." Jovanka menarik nafas lega. Ia pun membawa gadis cilik itu keluar dari ruangan itu untuk meredakan debaran didadanya yang menggila.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Tia H.
si pak dosen malah yg kacau pikirannya terbius pesona jojoba 🤩🤩🤩.
2023-08-06
0
Dewi Zahra
semangat kak
2023-07-14
0
Uya Suriya
kau milikku....akupun milikmu...dalam suka dan duka...cinta bersemi...teringat film jadul meriam Bellina n sandro Tobing
2023-03-06
1