"Hai Jo! Akhirnya kamu bisa juga diajak ngobrol secara live seperti ini." Cici Dewangga langsung menjemput sahabatnya itu yang baru tiba di kelasnya.
"Ih apaan sih pakai acara live segala. Emangnya konser?" Jovanka tersenyum kemudian menaruh tasnya di atas meja.
"Eh beneran lho. Kamu itu nyimak percakapan di grup tapi kok gak balas-balas sih? Handphonemu udah kembali di tanganmu 'kan?"
"Aku semalaman sibuk kerja tugas dan tidak sempat buka chat atau nimbrung di dalam grup. Handphone aku baru Aku dapatkan setelah malam."
"Hah? jadi yang nyimak percakapan kita itu bukannya kamu? tapi ...oh my God!" Cici menutup mulutnya tak percaya. Ia jadi curiga kalau yang membaca percakapan absurd itu adalah dosen mereka, yaitu Radith Aditya.
"Tapi ngomong-ngomong. Handphonemu itu kamu bilang baru dapat semalam. Emangnya kamu janjian dimana sama pak Duren?" Cici Dewangga menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan menyelidik. Jovanka sendiri langsung berubah gugup.
"Jo? kamu tidak menyembunyikan sesuatu pada kami semua 'kan?" Gadis itu kembali bertanya dengan tatapan lurus pada mata Jovanka Baron.
"Nanti Aku ceritakan padamu Ci, sekarang temani Aku dulu menemui Pak Randy Jaya di ruangan dosen."
"Pak Randy Jaya?"
"Iya. Ayok cepetan. Kamu jangan terlalu banyak nanya deh," jawab Jovanka seraya menarik tangan sahabatnya itu untuk keluar dari ruangan kelas.
🌺
Radith Aditya sejak tadi memperhatikan dari jauh bagaimana interaksi Jovanka dengan rekannya sesama dosen di Fakultas itu. Jovanka begitu serius mendengarkan penjelasan penting dari seorang dosen tampan yang terkenal suka bermain-main dengan mahasiswi itu.
Ya, Randy Jaya adalah seorang pengusaha muda yang sering mengisi perkuliahan di Fakultas itu dan diberikan kepercayaan mengajarkan mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Entah kenapa perasaan khawatir dan juga cemburu kini sangat menumpuk di dalam hatinya melihat kedekatan pria yang mengakui dirinya sebagai seorang Casanova itu begitu dekat dengan Jovanka pengasuh centil di rumahnya.
Ia pun berdiri dari duduknya dan segera mendekati tiga orang yang sedang asyik mengobrol itu di ruang tamu ruangan dosen.
"Maaf Pak Randy, boleh ganggu sebentar?" ujarnya berbasa-basi dengan ekor mata melirik kearah Jovanka yang ternyata juga sedang melihatnya.
"Ah iya Pak Radith. Silahkan. Kami juga hanya sedang berbicara santai kok," ujar Randy Jaya dengan perhatian yang ia fokuskan pada Radith Aditya seorang dosen yang masih cukup muda dan cerdas yang sudah bergelar sebagai seorang doktor.
"Apa boleh kita bicara berdua saja Pak Randy?" pinta Radith Aditya supaya Jovanka dan juga Cici Dewangga yang berada di sana segera kembali ke kelas mereka.
"Tentu saja Pak. Kalau itu hal yang sangat penting, saya bisa meminta Jovanka dan juga Cici untuk bertemu di tempat lain saja. Iyyakan Jo?" Randy Jaya memandang Jovanka dengan tatapan yang sangat menggangu perasaan Radith Aditya.
"Iya Pak. Kami akan kembali ke kelas kalau begitu. Permisi Pak Radith." Pamit Jovanka yang diikuti oleh Cici Dewangga.
Dua pria dewasa itu memandang kepergian dua mahasiswi cantik itu dengan pikiran yang berbeda.
"Well, Pak Radith ada hal penting apa yang ingin anda bicarakan dengan saya."
"Ah ini tentang rencana kegiatan akhir tahun di Fakultas ini Pak," jawab Radith Aditya dengan perasaan yabg sudah agak lega karena ia bisa menjauhkan Randy Jaya dengan Jovanka.
"Memangnya ada apa Pak? Apa ada perubahan rencana?" Randy menegakkan punggungnya dan menatap serius wajah rekan kerjanya itu.
"Sebenarnya sih tidak Pak. Akan tetapi agenda kegiatan itu yang harus direvisi ulang."
"Oh begitu ya. Tapi bukannya itu sudah disepakati dengan Pak Dekan dan juga para ketua jurusan?"
"Ya itulah yang juga ingin saya bicarakan dengan anda. Kita bisa kok menanyakan kebenaran informasi ini pada Pak Dekan sekarang juga."
"Baiklah Pak Radith kebetulan sekali karena waktu yang sebenarnya ingin saya gunakan untuk lebih dekat dengan mahasiswi cantik tadi kini harus digunakan untuk mendekati Pak Dekan, hahaha," Tawa renyah Randy Jaya di ruang tamu itu membuat Radith Aditya semakin bersikap waspada. Dosen Casanova itu memang selalu blak-blakan tentang kebiasaannya menarik perhatian semua mahasiswi cantik di kampus itu.
'Kalau boleh tahu, pak Randy dengan mahasiswi tadi lagi membahas apa? nampak seru sekali," pancing Radith Aditya dengan rasa penasaran yang sangat tinggi dari dalam hatinya. Hatinya benar-benar semakin was-was dengan pengakuan blak-blakan pria itu.
"Jovanka itu mahasiswi yang cukup berprestasi. Di dalam kelas ia juga sangat aktif. Nah saya ingin membuat sebuah kompetisi antar kelas sih dan anak itu bersedia untuk membantu."
"Oh begitu ya? Ide itu bagus sekali Pak Randy. Akan tetapi untuk Jovanka sebaiknya anda tidak melibatkannya dalam agenda anda."
"Kenapa? justru karena dia itu saya ingin membuat acara seperti ini. Gadis itu memberi banyak inspirasi pada saya Pak Randy. Ia mempunyai banyak visi yang sangat menarik. Dan tentu saja ia sangat cantik, hahaha." Randy Jaya kembali memperdengarkan tawanya yang sangat menyebalkan di telinga Radith Aditya
"Saya juga ingin menjaring mahasiswa yang berprestasi untuk bisa saya jadikan karyawan setelah mereka selesai di Universitas ini. Dan Jovanka sangat antusias dengan ide saya itu."
"Kurasa gadis cantik dan sangat menarik seperti itu harus selalu bisa diberdayakan bukan? itung-itung bisa menambah nutrisi bagi mata dan hati kita Pak Radith, hahaha." Kembali pria Casanova itu tertawa dengan sangat bahagia.
Radith Aditya merasakan tangannya mengepal sempurna disisi kiri kanan tubuhnya. Ia pun menghentikan langkahnya yang sedang menuju ke ruangan Dekan Fakultas itu.
"Kenapa berhenti Pak Radith?" tanya Randy Jaya dengan wajah bingung.
"Boleh saya berkata jujur pak Randy?" Radith Aditya menatap tajam mata pria Casanova dihadapannya.
"Iya silakan Pak."
"Jovanka tidak boleh lagi anda masukkan ke dalam daftar mahasiswi yang ingin anda dekati secara pribadi."
"Hey, apa saya sedang mendengar nada cemburu di sini Pak Radith?"
"Terserah Pak Randy mau mengatakan saya cemburu atau tidak. Tapi Jovanka adalah milik saya Pak. Kami sudah tinggal bersama."
"Apa?" Randy Jaya merasakan kupingnya memanas. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Pendengaran anda masih sangat baik bukan? Saya berkata dengan sejujurnya Pak Randy. Buang segera niat anda untuk mendekati Jovanka."
Randy tidak ingin menjawab. Ia sungguh merasa sangat kesal dan marah saat ini. Ia tidak menyangka akan kalah cepat dengan duda beranak satu ini.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Tia H.
cemburu nih si bpk 😂😂😂.
2023-08-06
0
Dewi Zahra
bagus Aditya
2023-07-14
0
rista_su
idiiiihhhh ngaku ngaku paak
2023-02-27
1