"Kenapa mama Jo tidak pulang Pa?" tanya Ruby lagi dengan tangis sesenggukan. Sepanjang malam itu ia terus menanyakan tentang keberadaan pengasuhnya. Radith Aditya sampai kewalahan menjawabnya. Apalagi nomor handphone gadis itu juga tidak bisa dihubungi.
"Lagi ada tugas sayang, jadi gak pulang dulu. Besok pasti pulang." Radith Aditya membujuk putrinya itu dengan kata-kata penghiburan.
"Sini deh bobok sama eyang. Ada dongeng tentang kelinci dan kura-kura mau gak?" Rania ikut membujuk agar cucunya itu berhenti menangis dan segera tidur.
"Tapi maunya bobok sama mama Jo eyang," ujar Ruby merajuk.
"Sama eyang aja ya, ayok." Rania segera membawa gadis kecil itu sambil menggendongnya. Ia juga sudah sangat mengantuk tapi amak ini terus saja mencari gadis pengasuh itu.
"Tapi besok, Mama Jo halus ada di lumah Pa," ujar Ruby dengan tatapan tajam pada Papanya. Tampaknya malam ini ia masih menerima alasan tapi tidak untuk besok.
"Iya sayang, besok ia pasti ada di sini," janji Radith Aditya yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Mamanya.
"Ma, plis." Pria itu sedang tidak ingin berdebat dengan perempuan paruh baya itu. Ia sendiri sedang sangat pusing dan marah saat ini. Rania pun melanjutkan langkahnya ke kamar Ruby sedangkan Radith Aditya mendatangi Bik Mina.
Ia yang baru pulang ke Rumah di tengah malam itu malah dikagetkan dengan tangisan putrinya yang tiada henti menanyakan dimana Jovanka sedangkan ia sendiri tidak mengerti apa yang telah terjadi.
"Nona Jovanka membawa semua pakaiannya dan pamit pulang ke rumahnya Tuan," jawab Bik Mina dengan wajah menunduk.
"Tapi kenapa Bik? Dan sejak kapan? Apa ada pesan untuk ku atau untuk Ruby?" Radith Aditya dengan tidak sabar mengeluarkan semua rasa ingin tahunya.
"Sejak pulang dari kampus Tuan. Ia cuma titip pesan supaya Non Ruby dijaga dengan baik."
"Cuma itu?"
"Iya Tuan."
"Baik Bik. Terimakasih banyak. Ini sudah larut. Bibik tidur saja."
"Terimakasih banyak Tuan." Perempuan itu pun segera berlalu dari hadapan Radith Aditya karena memang sudah sangat lelah dan mengantuk. Sampai larut seperti itu Ia dan Rania membujuk Ruby untuk tidak menangis.
Radith Aditya kembali ke kamarnya dengan perasaan yang sangat kacau. Ia sangat marah pada Jovanka yang telah berani pergi meninggalkan Rumahnya tanpa meminta izin padanya.
"Pukul 11 malam, ini sudah sangat larut," ujarnya pelan seraya menatap penanda waktu di pergelangan tangannya. Ingin ia mengecek keberadaan gadis itu di Rumah orangtuanya akan tetapi ia membatalkannya karena waktu yang tidak tepat.
Pria itu pun segera membersihkan dirinya di kamar mandi kemudian mengganti pakaiannya dengan piyama. Ia berharap bisa menemui gadis itu besok pagi di kampus dan memintanya untuk pulang. Ia pun akhirnya tertidur karena cukup lelah seharian mengikuti acara Universitas.
🌺
"Papa, mana Mama Jo? ini udah pagi kenapa belum datang juga?" Gadis kecil itu mendatangi sang Papa untuk menanyakan kembali keberadaan pengasuhnya.
"Ini kan masih pagi sayang. Ruby berangkat ke sekolah dulu ya, nanti pulang sekolah pasti Mama Jo sudah ada di rumah ini," bujuk Radit Aditya seraya mencium pipi kiri dan kanan gadis kecil kesayangannya.
Pria itu merasa aneh sendiri karena ikut-ikutan menyebut Jovanka sebagai Mama Jo. Tapi dalam hati ia juga sangat berharap itu terjadi.
"Janji ya Papa, Luby belangkat ke sekolah ya, Dadah." Ruby pun melambaikan tangannya pada sang Papa dan juga eyangnya.
"Kamu belum menceritakan pada Mama siapa gadis itu Radith?!" ujar Rania dengan perasaan yang masih sangat penasaran.
"Dia calon Mamanya Ruby Ma," jawab pria itu seraya memandang wajah sang Mama.
"Lho, jadi dia yang kamu maksud sewaktu menghubungi Mama?"
"Iya Ma, Aku sangat menyukainya. Dan Aku ingin menikahinya."
"Tapi Radith, kamu tidak lihat usianya yang masih sangat muda seperti itu? mana bisa ia jadi istri yang baik untukmu. Pemikirannya belum dewasa."
"Mama, Jovanka sudah sangat cocok dengan Ruby. Jadi apalagi yang Aku cari."
"Terserah kamu lah. Yang penting jangan sampai kamu dikecewakan lagi untuk yang kedua kalinya."
"Semoga saja tidak Ma." harap Radith Aditya dengan senyum diwajahnya.
Jovanka gadis baik meskipun sangat centil. Tapi itu yang Aku suka.
"Mama masih tinggal 'kan?"
"Iya, Mama mau ngajak Ruby jalan-jalan setelah pulang sekolah."
"Kalau begitu Aku berangkat ya Ma." Pria itu pun mencium punggung tangan perempuan yang dikasihinya itu kemudian segera berangkat ke Kampus. Ia masih ada acara lanjutan dari kegiatan kemarin. Dan ia berharap sekali bisa bertemu dengan Jovanka sore ini.
🌺
"Ada apa sama Jojo ya, tumben gak ngampus," ujar Cici seraya menatap Naomi.
"Iya ya, apa ia masih sedih kayak kemarin ya?"
"Mungkin saja. Ah gak enak banget deh kalau kita lagi kayak gini. Gak rame gak asyik."
"Sejak semalam Aku chat juga gak dibalas. Apa dia marah sama kita ya Mi?"'
"Heh, gak usah mikirin Jovanka. Mungkin dia sedang asyik-asyik sama Pak dosen tuh. Buktinya ini jadwal mengajar Pak Radith kan? Tapi Kok keduanya janjian gak ada yang datang."
"Min, udah deh. Gak baik lho punya pikiran negatif seperti itu pada sahabat sendiri. Apa gunanya coba?"
"Lho, Aku bicara fakta. Kalian aja yang mau saja ditipu sama Jojoba itu."
"Bisa diam gak sih Min. Kuping Aku panas lho denger kamu ngomong gitu mulu pada sahabat sendiri."
"Terserah. Yang penting kamu jangan kaget aja kalau anak itu tiba-tiba ah sudahlah. Aku malas ngomong sama kalian, bye!" Mini Geraldine segera berlalu dari hadapan dua sahabatnya dan berniat ke Kantin saja. Kelas hari ini kosong karena Pak Radith Aditya tidak masuk dan hanya mengirimkan tugas lewat blognya.
"Ya Allah, gak enak banget deh punya teman kayak Mini. Bawaannya cari masalah terus sama kita-kita." Naomi membuka diktatnya bersiap mengerjakan tugas dari Radith Aditya.
"Iya Mi, Aku juga heran deh. Kasihan kan Jojoba jadi sedih banget digituin."
"Tapi ngomong-ngomong. Jovanka enak banget ya, semua dosen sangat menyukainya. Cowok-cowok juga antri untuk jalan dengannya. Aku kok mengiri ya," ujar Naomi dengan tarikan nafas panjang.
"Kok mengiri sih menganan dong, kan ada Aku Mi," sela Boby Dirgantara sang ketua tingkat yang langsung duduk di samping Naomi.
"Ih, apaan tuh menganan hihihihi." Naomi langsung cekikikan.
"Kamu ngapain mengiri padahal di samping kananmu ada Aku Mi," ujar Boby lagi dengan tatapan lurus ke dalam mata Naomi. Sejak dulu pria itu sudah lama menyukai Naomi.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Tia H.
lucu nih si bobi 😅😅
2023-08-06
0
Dewi Zahra
semangat kak
2023-07-15
0
penggemar novel onlen
ha-ha-ha mengiri
2023-02-15
1