"Ekhem," Radit Aditya berdehem agar gadis asing yang belum ia kenal baik itu tidak bertanya-tanya lagi tentang Mama dari putrinya itu.
"Eh Papa, sini Pa, main sama kakak Jo," panggil Ruby seraya keluar dari pelukan dan pangkuan gadis yang bernama Jojoba itu. Ia berpindah ke rumah Barbie yang lumayan besar setinggi badannya.
Mata Radith Aditya langsung ia alihkan ke sembarang arah karena tak sengaja melihat rok mini yang dipakai oleh gadis itu tersingkap ke atas dan memperlihatkan yang tidak seharusnya ia lihat.
Ya ampun gadis centil ini bisa-bisanya malah ada di dalam rumahku. Gerutu pria itu dalam hati.
"Ruby, mandi sore dulu sayang," panggil pria itu seraya melangkahkan kakinya ke arah putrinya yang mulai sibuk mengatur boneka-boneka yang tampak sangat cantik dengan pakaian-pakaian yang sangat seksih itu.
"Gak mau Pa. Aku maunya mandi sama Kakak Jo aja," tolak gadis cilik itu dan langsung berlari dan menubruk tubuh Jojoba yang sedang ingin berdiri dari duduknya. Mereka berdua kemudian jatuh ke lantai dengan Ruby yang berada di atas tubuh Jojoba.
Oh ya Ampun, apa ini? Rezki atau musibah kah? gumam Radith Aditya dalam hati. Matanya kembali melihat sesuatu yang sangat mengundang salivanya untuk ia telan sangat kasar.
Pangkal paha mulus gadis itu tampak begitu jelas dimatanya yang sudah lama berlibur melihat yang seperti itu. Dua kali sudah ia melihat gadis centil itu dalam tampilan yang sangat menggoda imannya sebagai seorang duda.
"Papa sini, bantuin. Kakak gak bisa bangun!" Ruby berteriak memanggilnya untuk membantunya bangun. Radit Aditya mengabaikan panggilan putrinya. Ia benar-benar harus menghindari gadis itu yang telah berani membuat sesuatu dari dalam dirinya bergolak.
"Segera mandi Ruby. Papa tunggu kamu di ruang Sholat, okey?!" Pria itu pun pergi dari kamar itu dan tak mau lagi melihat dua perempuan beda usia itu.
"Ayo bangun kak, Papa tidak pintal main-main. Ia sangat kaku, hehehehe," ujar Ruby seraya bangun dari tubuh Jovanka. Ia langsung membantu gadis berusia 18 tahun itu untuk bangun dengan menarik tangannya.
"Ayo kita mandi Kak nanti Luby kena malah sama Papa." Gadis cilik itu segera berlari keluar dari kamar itu diikuti oleh Jovanka.
"Kamalku disini Kak, ayo sini..." panggil Ruby dengan tangan melambai-lambai kearah gadis cantik itu. Jovanka tersenyum kemudian mengikuti Ruby kesebuah kamar lain di dalam rumah itu.
Kamar yang cantik dan rapih
Gumamnya dengan tatapan takjub pada penataan ruangan di dalam kamar itu. Dalam hati ia kembali bertanya dimana mama dari gadis cilik pemilik kamar itu.
"Ayo Kak, kita mandi." panggil Ruby lagi seraya membuka pakaiannya sendiri. Yang tersisa hanya underwear yang dipakai oleh anak itu. Ia pun menarik tangan Jojoba untuk ikut masuk ke kamar mandi.
"Aaaaaa!" Jojoba berteriak kaget karena langsung disemprot air oleh gadis cilik itu sedangkan ia masih berpakaian lengkap.
"Ruby, kamu membasahi pakaianku dedek sayang," ujarnya dengan bibir mengerucut. Ia langsung meraih selang air yang sedang dipegang oleh gadis cilik itu dan memasangnya di tempatnya lagi.
"Supaya kakak ikut mandi hihihi," Ruby kembali membasahi Jovanka dengan air dari tempat lain.
"Aaawwwww Ruby! kamu nakal ya," balas Jovanka lagi seraya mengangkat tubuh mungil itu ke dalam bathtub.
"Papa bilang gak boleh bilang nakal kakak," tegur Ruby dengan wajah seriusnya. Jari telunjuknya ia goyang-gayangkan di depan wajahnya. Jovanka hanya tersenyum kemudian menjawab,
"Maafkan kakak ya Ruby. Itu karena kamu juga sih main semprot-semprot aja, 'kan kakak jadi basah." bibir Jovanka ia buat mengerucut berpura-pura sedih.
"Iya deh Kak. Luby minta maaf," ujar gadis cilik itu seraya memeluk tubuh Jovanka.
"Kita mandi ya kak sama-sama," lanjutnya dengan wajah kembali gembira. Ia sudah membayangkan akan bermain-main dengan busa sabun bersama dengan teman barunya itu.
"Tapi Kakak tidak bawa baju ganti sayang, nanti kakak mandi di rumah Kakak aja ya?" tolak Jovanka dengan halus.
"Gak boleh. Kakak gak boleh pulang. Bobok sama Luby aja," ujar gadis cilik itu seraya menarik tangan Jovanka ke dalam bathtub itu.
"Kakak gak punya baju ganti Ruby, besok deh kalau udah pulang dari sekolah. Kakak kesini lagi ya?"
"Gak mau. Ada banyak sekali bajunya Mama bisa kakak pakai. Ayo mandi," rengek.gadis cilik itu lagi.
"Hem baiklah. Karena kamu memaksa. Tapi habis ini kakak pulang dulu ya, mau minta izin sama mama di rumah." Mereka berdua pun akhirnya mandi bersama dengan sangat seru sampai lupa waktu.
Sedangkan Radit Aditya mondar-mandir di ruang sholat sambil menunggu Ruby yang biasanya selalu sholat bersamanya.
"Bik, bisa panggilkan Non Ruby di kamarnya?" pintanya pada Bik Mina sang Asisten Rumah Tangga di rumahnya.
"Baik Tuan."
Tak lama kemudian perempuan paruh baya itu datang bersama dengan Ruby yang sudah siap dengan mukenanya.
"Papa, maaf Luby telat. Mandinya sangat selu," ujar Ruby saat ia sudah sampai di depan Radit Aditya sang Papa.
"Gak apa-apa. Ayo kita sholat "
"Gak nunggu Kakak Jojoba?"
"Emangnya dia mau sholat juga?"
"Gak bilang-bilang sih, lagian kakak Jo tidak punya baju, hihihi," jawab Ruby cekikikan. Radit Aditya hanya menarik nafasnya kemudian segera mengumandangkan Iqamah dan mulai memimpin sholat magrib.
"Papa, Kakak Jo belum pakai baju," ujar Ruby sesaat setelah ia membaca doa setelah salam. Rupanya ia sejak tadi kepikiran tentang teman barunya itu yang masih berada di dalam kamarnya dengan mengenakan handuk saja.
"Hah? bajunya tadi memangnya ia taruh dimana?" tanya Radith Aditya dengan wajah penasaran.
"Bajunya kakak Jo basah Pa. Luby tadi main basah-basahan di Kamal mandi. Pokoknya selu sekali, hihihi."
"Pinjam bajunya Mama boleh?" Radith Aditya tersentak kaget dengan permintaan putrinya itu. Selama ini ia tidak pernah membuka lemari pakaian mantan istrinya itu karena terlalu benci dan marah pada perempuan itu.
Ia sungguh tidak Ingin membuka apapun yang mungkin membangkitkan kenangan tentang perempuan yang melahirkan Ruby itu.
"Pa, Papa!" panggil Ruby karena sang Papa hanya diam saja.
"Papa akan panggil Bik Mina. Mungkin ia mempunyai baju yang cocok dengan teman barumu itu." Ia pun berdiri dari sajadahnya dan segera mencari asisten rumah tangganya.
"Bik, tolong carikan baju yang cocok dipakai oleh temannya Ruby."
"Oh temannya yang tadi ya Tuan?"
"Iya Bik."
"Sudah saya kasih baju Tuan."
"Oh iya makasih ya Bik. Nah Ruby dengar kan kalau teman mu itu sudah..."
Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya pada Ruby, gadis centil yang ia maksud itu sudah muncul dihadapannya dengan mengunakan pakaian yang sangat ia kenal.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Normah Basir
wah Ruby SDH bisa mengambil hatinya anaknya
2024-08-06
0
Dewi Zahra
seru ni
2023-07-11
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
kapan2 kalo sempat aku singgah lagi
2023-02-16
1